Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Saat Basuki dan Anies Beda Konsep Soal Solusi Banjir

2 Januari 2020   16:58 Diperbarui: 2 Januari 2020   23:30 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di Jakarta 1 Januari 2020 | Foto: Kompas

Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, publik tentu menantikan efek dari setiap konsep perbaikan kota yang tentunya melibatkan banyak faktor dan unsur. Dan Jakarta tetap harus diberikan prioritas meski implementasi dari pemindahan ibu kota sudah mulai dilaksanakan. 

Bagaimanapun juga, komitmen dalam mewujudkan janji kampanye baik oleh Anies Baswedan sebagai pemangku jabatan saat ini maupun pendahulunya (Jokowi-red) tak layak untuk dikesampingkan. 

Banjir dan macet adalah masalah utama di ibu kota. Jangan sampai penanganannya justru didegradasi oleh program lain yang tak memberi efek langsung dan signifikan bagi kehidupan sekian banyak warga ibu kota. Penataan trotoar menjadi satu program yang ternyata punya andil dalam terjadinya genangan di beberapa ruas jalan di ibu kota. 

Korban banjir mengungsi ke shelter Transjakarta Jembatan Baru, Cengkareng, Jakarta Barat | Foto: Joglosemar
Korban banjir mengungsi ke shelter Transjakarta Jembatan Baru, Cengkareng, Jakarta Barat | Foto: Joglosemar
Sebagaimana yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo saat mengajukan diri dalam kontes pemilihan presiden 5 tahun lalu, bahwa penanganan banjir di Jakarta tidak bisa dilepaskan dri perang daerah-daerah di sekitarnya. Kala itu, dia menuturkan bahwa 90% volume air yang melimpas ke Jakarta berasal dari Bogor. Dan penanganan 13 sungai besar yang ada pun masuk ke dalam kewenangan pemerintah pusat (*).

Semoga saja, pemindahan ibukota yang diinisiasi oleh pemerintah pusat tidak mencerminkan ketidakmampuan dalam memperbaiki kondisi Jakarta dengan segala problematikanya.

Kerugian Akibat Banjir

Berdasarkan perhitungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), banjir di 2007 yang mengakibatkan kerugian yang sifatnya direct impact hingga Rp 5,2 trilyun. Perhitungan itu di luar kerugian yang dideruta sektor usaha dan asuransi yang diperkirakan sejumlah Rp 3,6 trilyun untuk banjir selama 7-10 hari (*). 

Mengenai potensi cuaca ekstrim di awal 2020, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan potensi hujan ekstrem pada tanggal 10-15 Januari. Selanjutnya, pergerakan aliran udara basah juga masih akan berlanjut pada Januari akhir hingga pertengahan Februari 2020.

Melihat masih panjangnya rentang waktu yang tersisa, agaknya perlu dipertimbangkan secara serius penanganan potensi banjir yang akan menerjang ibukota dan wilayah di sekitarnya. Karena banjir bukan hanya mengakibatkan kerugian material namun juga berpotensi menggangu kesehatan psikologis para korbannya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun