Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, publik tentu menantikan efek dari setiap konsep perbaikan kota yang tentunya melibatkan banyak faktor dan unsur. Dan Jakarta tetap harus diberikan prioritas meski implementasi dari pemindahan ibu kota sudah mulai dilaksanakan.Â
Bagaimanapun juga, komitmen dalam mewujudkan janji kampanye baik oleh Anies Baswedan sebagai pemangku jabatan saat ini maupun pendahulunya (Jokowi-red) tak layak untuk dikesampingkan.Â
Banjir dan macet adalah masalah utama di ibu kota. Jangan sampai penanganannya justru didegradasi oleh program lain yang tak memberi efek langsung dan signifikan bagi kehidupan sekian banyak warga ibu kota. Penataan trotoar menjadi satu program yang ternyata punya andil dalam terjadinya genangan di beberapa ruas jalan di ibu kota.Â
Semoga saja, pemindahan ibukota yang diinisiasi oleh pemerintah pusat tidak mencerminkan ketidakmampuan dalam memperbaiki kondisi Jakarta dengan segala problematikanya.
Kerugian Akibat Banjir
Berdasarkan perhitungan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), banjir di 2007 yang mengakibatkan kerugian yang sifatnya direct impact hingga Rp 5,2 trilyun. Perhitungan itu di luar kerugian yang dideruta sektor usaha dan asuransi yang diperkirakan sejumlah Rp 3,6 trilyun untuk banjir selama 7-10 hari (*).Â
Mengenai potensi cuaca ekstrim di awal 2020, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia dan dapat mengakibatkan potensi hujan ekstrem pada tanggal 10-15 Januari. Selanjutnya, pergerakan aliran udara basah juga masih akan berlanjut pada Januari akhir hingga pertengahan Februari 2020.
Melihat masih panjangnya rentang waktu yang tersisa, agaknya perlu dipertimbangkan secara serius penanganan potensi banjir yang akan menerjang ibukota dan wilayah di sekitarnya. Karena banjir bukan hanya mengakibatkan kerugian material namun juga berpotensi menggangu kesehatan psikologis para korbannya.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H