Alangkah naifnya jika ada muslim yang menuduh muslim lain sebagai anti Islam hanya karena si tertuduh mengasosiakan bendera hitam bertulis kalimat tauhid itu sebagai lambang yang kerap digunakan oleh HT.Â
Dan kenaifan itu menanjak menjadi sebuah kebodohan saat dia menyindir saudaranya dengan perkataan "jika membenci Islam, kenapa masih menjadi muslim?".Â
Pertanyaan semacam itu adalah sebuah pernyataan bahwa si penanya sejatinya tertinggal informasi. Mereka memanfaatkan rendahnya pengetahuan untuk merendahkan orang lain yang justru lebih mengerti.Â
Disadari atau tidak, politik telah menganeksasi kesadaran berpikir sekian banyak orang. Bahkan seolah menjadi mazhab di negeri ini bahkan menjadi "agama". Karena di saat agama mengajarkan perkataan jujur, mereka justru menyebarkan berita bohong.Â
Di saat agama mengajarkan tabayun, mereka justru membudayakan buruk sangka tanpa klarifikasi. Di saat agama mengajarkan perkataan baik, merela justru mengumbar perkataan kotor karena menganggap tak bermasalah karena percaya diri dengan kebenaran versinya.Â
Dan nampaknya, tantangan yang ditimbulkan oleh skema "Islam yang anti Islam" itu akan membesar jika penguasa tak pandai-pandai menempatkan diri di kalangan umat Islam moderat yang tak kerap larut dalam arus politik.
______
Baca juga artikel lain :
- Distorsi Istilah "Moslem Fanatics" dalam Pertempuran Surabaya
- Duka Ducati di Motogp dan WorldSuperbike
- Media Sosial dan "Superiority Complex" Penggunanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H