Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Modifikasi, Antara Kepuasan dan Penyesalan

30 April 2019   19:28 Diperbarui: 1 Mei 2019   10:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi seorang lelaki single berusia 30 tahunan seperti saya (dulu), ada 2 hal yang mendominasi pikiran. Pertama sebuah motor sport bak tunggangan Valentino Rossi atau Marc Marquez dan yang ke dua.. jodoh. Namun saya tak ingat apakah urutan penyebutan 2 hal tadi sesuai dengan skala prioritas atau tidak. Kenyataannya, saya baru mendapatkan jodoh setelah sekian kali melakukan eksperiman dan operasi plastik terhadap tunggangan saya.

Ternyata benar adanya bahwa hobi itu tak mengenal batasan, baik batasan usia, waktu ataupun finansial. Maka dari itu, kadang kita bisa jumpai seseorang yang sudah menginjak umur 40 tahunan tapi masih gemar mengumpulkan miniatur mobil atau boneka Superman. 

Atau bagi seseorang yang hobi membaca, saat membonceng seorang pengojek yang mengantarnya ke kantor pun dilakukannya sambil membaca sebuah novel. Bisa jadi suatu saat kita pun mendapati seseorang yang mau dan mampu mengeluarkan uang berjuta-juta untuk sebuah perangko atau uang yang sudah habis masa berlakunya. 

Itulah hobi, yang hanya bisa diukur oleh hati.

Saya sendiri mulai serius dalam dunia modifikasi motor setelah 6 tahun bekerja. Dengan uang sendiri, maka semuanya terasa lebih bebas tanpa membebani siapa pun. 

Bermodal sebuah motor standar keluaran tahun 2001, saya pun menyambangi sebuah bengkel modif terkenal di kota Solo, dekat kampus UNS tepatnya. Di bengkel itu, para konsumen disuguhi berbagai macam barang after market yang siap dipasang baik secara bolt on ke motor maupun yang memerlukan modifikasi oleh bengkel.

Dan motor saya adalah salah satu komoditas modifikasi yang tergolong mayor atau banyak mengalami perubahan dari aslinya. Karena saya lagi menggandrungi balap MotoGP maka pilihan modif pun terjatuh pada model motor sport full fairing ala MotoGP atau superbike.

Lebih dari sebulan motor saya dipermak di bengkel itu. Dan setelah jadi, ternyata saya kesulitan mengendarainya (sigh). Apa pasal?

Karena model motor full fairing yang saya bayangkan saat ngobrol dengan sang pemilik bengkel pada kenyataannya mengorbankan kenyamanan berkendara yakni keterbatasan radius putar stang.

Honda Tiger Modif Full Fairing | Dok. Pribadi
Honda Tiger Modif Full Fairing | Dok. Pribadi
Akibatnya, saya merasa harus berusaha membuat tunggangan lebih nyaman untuk dikendarai. Namun proses improvement saya serahkan ke bengkel lain di sekitar Jl. Parangtritis Yogyakarta. 

Di sini lah saya kebobolan. Dari yang cuma ingin memperbaiki handling motor, akhirnya merembet ke hal-hal yang lain. Mulailah motor saya jejali dengan part-part eks motor sport ber-cc kecil yang pastinya lebih mahal dari barang after market. Kaum penyuka modif, biasa menyebutnya limbah motor gede.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun