Valentino Rossi, satria berkuda besi itu sudah tak muda lagi. Dia yang kini menjadi pebalap paling senior baik dari segi usia maupun pengalaman masih saja betah mengaspal di kelas para raja, MotoGP. Separuh usianya dihabiskannya di kelas ini. Tahun ini, sudah 19 tahun lamanya pebalap kelahiran Urbino Itali, 16 Pebruari 1979 itu bertarung di kelas premier.
Vale mengawali karirnya di balap motor purwarupa di kelas capung (125 cc) pada tahun 1996. Bersama pabrikan dari negeri sendiri, Aprilia, Vale hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk bisa menjadi juara dunia.Â
Tahun 1998, Vale pun naik kelas ke jenjang lebih tinggi, GP 250. Di tahun yang sama, calon rival beratnya di kelas utama --Massimiliano Biaggi-- naik kelas dari GP 250 ke GP 500 setelah 4 tahun berturut-turut dari 1994 hingga 1997 merajai GP 250. Masih bersama Aprilia, Vale kembali menjadi raja setelah 2 tahun berkiprah. Gelar juara dunia GP 250 berhasil digenggamnya di tahun 1999.
Tahun 2000, Suzuki melalui pebalap AS --Kenny Roberts, Jr-- menjadi pemuncak di klasemen akhir GP 500. Dan Vale dengan sukses menggeser posisi Biaggi dari posisi runner up di tahun sebelumnya (1999) menjadi posisi ke-3 pada klasemen akhir. Di kelas 500cc ini, Vale meninggalkan Aprilia dan berpindah ke ajas jok Honda.
Tradisinya di GP 125 dan GP 250 terulang di GP 500. Di tahun ke-2-nya memanggul bendera Nastro Azurro Honda, Vale merebut gelar juara dari Suzuki. Dan lagi, dia masih "mengatasi" rekan senegaranya --Max Biaggi-- yang membela Yamaha.
Tahun-tahun berikutnya, GP 500 menyajikan perseteruan antara pebalap hebat senegara itu. Rivalitas antara Vale dan Biaggi adalah salah satu rivalitas paling sengit yang terjadi di kelas premier.
Vale dan Tim Pabrikan
Ingin meneruskan tradisi kemenangannya, tim pabrikan Honda -Repsol Honda- pun menggaet Vale di tahun 2002. Benar saja, tahun itu dan 2003, Vale dapat mengembalikan pamor tim utama itu setelah Alex Criville turun tahta di tahun 2000.
Dengan mengendarai RC211V, Vale ibarat membalap tanpa lawan di era awal MotoGP 4 tak. Yang unik di saat itu adalah bercampurnya motor berkapasitas 500c 2 tak dan 1000cc 4 tak dalam satu lintasan balap. Dan Honda adalah tim yang paling siap menghadapi masa transisi itu.