Umur jauh sudah melangkah, mujur tersungkur lumrah
Kulit kapalan lelah berjalan, banyak noda tertinggal tertahan
Mentah mereka berkata: “Hei!, itu wajah bau tanah!”
Teliti susuri tiap sudut jalan kerut, memandangku seolah ku tak pernah ayu,..
Mereka tawarkan urug parit kerut, lubang ditambal layaknya aspal,..
Mereka sudi mengamplas, merata kulit serupa rata lantai teras..
Mereka terus menggoda, merayu menyamak kulit wajah baru..
Aku tak mau!, sama saja menghapus kenangan tersimpan!
-------------
Kerut hidung turun perlahan ke tepian bibir, papasan maut kala anak terlahir..
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!