Pernahkah membayangkan kamu punya rumah yang samping kanan-kiri, atas-bawah penuh dengan tanaman? Ada macam-macam sayur dan buah-buahan yang semuanya itu tersedia? Ini semua mungkin terjadi, mungkin juga tidak.Â
Kalau kita hidup di desa yang benar-benar masih pedesaan kemungkinan besar hal itu dapat kita temui. Perlu cabe? Tinggal ke belakang rumah. Ingin makan mangga, tinggal petik di samping rumah. Ingin masak kangkung? Tinggal petik di belakang rumah. Apalagi? Ayam? Ikan? Semuanya tersedia. *Ketika musimnya tiba.
Hal itu tentu saja akan berbeda ceritanya jika kita hidup di tempat yang kanan-kiri kita beton. Tembok samping rumah sekaligus tembok rumah tetangga. Depan rumah berdampingan dengan selokan jalan. Punya halaman habis dijadikan garasi. Jadi bagaimana dong? Kang sayur adalah kunci. Perlu apa? Panggil kang sayur dijamin ready stok lengkap dengan bumbu gosip. upsss! Candaaaa!
Suatu hari aku sedang berjalan-jalan pagi berkeliling komplek. Setiap minggu pagi aku memang rutin jalan pagi. Menikmati sejuknya udara pagi. Apalagi di masa pandemi seperti ini. Orang bilang kita harus banyak mandi matahari pagi untuk memperkuat imun tubuh. Tak jauh dari rumah aku bertemu dengan salah satu tetangga. Kami  memang sebelumnya sering bertemu ketika jalan pagi sepeti ini. Biasanya kami banyak ngobrol juga. Begitu juga kali ini. Sepertinya dia akan mengajaku ngobrol serius.
"Mas, sampean pernah dengan soal urban farming nggak?"Â
"Hem, sepertinya tidak asing."
Benar saja. Dia rupa-rupanya sedang punya keinginan untuk mencoba urban farming di rumahnya. Menurutnya lingkungan perkotaan seperti di komplek kami ini perlu dicoba untuk diterapkannya urban farming. Ia melihat ada potensi besar dibalik urban farming. Lagipula ada program kerja lingkungan tentang Rumah Pangan Lestari yang mana program itu menekankan pemanfaatan lahan sekitar rumah untuk ditanami sayur, buah, ataupun tanaman obat keluarga. Wah, mulia sekali memang tetanggaku yang satu ini.
"Sampean serius?"
"Iya kita coba, bagaimana?" Dia balik nanya.
Tentu saja sebagai teman sekaligus tetangga yang baik aku mendukunngnya tanpa ragu. Â
"Jadi apa yang harus aku lakukan nih?"
"Ya tentu saja pertama niat. Itu wajib."