Mohon tunggu...
Rifki Sanahdi
Rifki Sanahdi Mohon Tunggu... Freelancer - Nama lengkap

Saya suka menulis puisi dan juga essay-essay pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teruntuk Engkau yang Terus Menjadi Misteri

10 Oktober 2019   23:11 Diperbarui: 10 Oktober 2019   23:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sayangku...akhir-akhir ini obrolan politik di media terlalu menjemukan. Wajah-wajah yang tampil di depan maupun di balik layar tak pernah asing di mata. 

Dari zaman orang tua kita remaja hingga kita menginjak usia dewasa, mereka terus memegang kendali kekuasaan; benar-benar sebuah negeri gerontokrasi yang dipenuhi politisi bangkotan. Seakan-akan negeri ini yayasan keluarga dari kelompok tertentu, dan elit-elit itu berlagak paling tahu keinginan rakyat.

 Jika dikritik maka siap-siap kita dituduh islam radikal, Taliban dan kadal gurun atau lebih parahnya dianggap tidak pancasilais. Juga, beberapa minggu belakangan situasi negeri mencekam, bukan karena masifnya gelombang demonstrasi di berbagai penjuru negeri menolak revisi UU KPK dan pengesahan RKUHP yang dianggap menciderai prinsip-prinsip demokrasi, melainkan tindakan aparat yang memilih model-model kekerasan untuk meredam aksi-aksi protes tersebut. 

Selain itu, arogansi elit tua yang meremehkan wawasan anak muda secara terang-terangan menunjukkan betapa bobrok dan egoisnya orang-orang di ranah kekuasaan.

Sayang...hari ini, kabar beredar bahwa seorang Menteri terkena tusukan pisau dari orang yang mereka temukan terlibat dalam jaringan ISIS, dan saya doakan semoga beliau segera pulih dari sakitnya. 

Aparat dengan sigap dan tangap menyelediki kasus dan langsung menemukan segala informasi dan data yang diperlukan. Hal ini berbanding terbalik dengan kasus pembunuhan terhadap seorang mahasiswa yang dadanya baru saja tertembus peluru bundar , atau kematian misterius seorang aktifis lingkungan di Medan yang masih mengundang banyak tanya. 

Polisi terlihat begitu lemah menangani kasus tersebut, dan media pun sepertinya tidak begitu tertarik mengarusutamakan kasus tersebut. Kita benar-benar  hidup di negeri di mana pelayanan hanya untuk mereka yang bahkan melakukan kerusakan dan kejahatan nyata, misalkan seperti pelanggar HAM, namun mereka beruntung lantaran kekuasaan ada di dalam gengaman mereka.

Sungguh topik yang tak menggembirakan sayang. Mengapa tidak kita coba bicarakan hari-hari esok saja? Tentang target-target yang akan kita masukkan dalam list perjuangan atau tempat-tempat indah untuk dikunjungi demi melepas penat dari hiruk pikuk dunia. Sejujurnya aku ingin mengajakmu mendaki gunung Rinjani. 

Beberapa kawanku bilang gunung itu indahnya bukan kepalang. Sejak awal pendakian, mata kita akan dimanja oleh perkebunan stawbery, lalu pemandangan sabana dan di puncaknya danau Segara Anak sudah menanti. Namun jika obrolan itu kurang asik, maka bagaimana dengan berencana menulis puisi, novel atau sajak cinta? 

Jika kau setuju, maka sajak yang paling ingin kutulis adalah tentang perdebatan-perdebatan kecil yang mungkin akan kita lakoni di masa mendatang saat  berdiskusi tentang cita-cita dan waktu. Dan sajak itu akan ku tulis dalam kedaan di mana hujan sedang deras-derasnya biar tak ada suara pun yang mengganggu konsentrasiku selain  suara rintikannya di aspal jalanan.

By: Rifki Sanahdi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun