Lebih jauh lagi, setelah menyandang predikat awardee dan mahasiswa international di Australia, munafik rasanya kalo saya tidak bahagia dan senang. Namun ada beberapa catatan penting yang saya coba rekam selama menempuh kuliah di sini.Â
Pertama, saya merasa menjadi orang yang bisa menghargai waktu. Padatnya jadwal kuliah dan juga tugas memaksa saya bijak dalam membuat schedule. Misalkan, dalam sehari saya akan membagi waktu untuk masak, mandi, mencuci, ke perpustakaan dan juga terkadang bersepeda jika ada waktu luang. Kedua, saya selalu mengingatkan diri bahwa uang beasiswa yang membayar biaya kuliah dan juga kehidupan sehari-hari saya di sini salah satunya bersumber dari keringat-keringat masyarakat Indonesia.Â
Sehingga, ini bukan hal yang patut dibanggakan, melainkan sebuah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Hal tersebut sering kali membuat saya merenung di kelas, apa kontribusi mata kuliah yang saya pelajari terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia ke depannya.Â
Ketiga, tanpa bermaksud membanding bandingkan Indonesia dengan tempat di mana saya tinggal saat ini, saya merasa bahwa kita ketinggalan di beberapa hal, misalnya saja ruang publik. Apa yang sering menjadi tontonan saya setiap pulang kuliah adalah suasana riang anak-anak dan orang tua yang bermain di taman-taman kota. Di tempat kita, para pembuat kebijakan lebih cenderung mengedepankan pembangunan hotel dan juga mal yang merenggut hak-hak masyarakat akan akses terhadap matahari dan juga tempat untuk bermain dan menikmati momen liburan.Â
Di samping itu, dalam sektor literasi, saya melihat investasi pemerintah begitu masifnya di bidang ini, dibuktikan dengan ketersediaan perpustakaan yang banyak secara kuantitas dan juga bagus secara kualitas. Hal tersebut membuat kesadaran literasi masyarakatnya tinggi. Kita akan dengan mudah menemukan orang-orang yang menunggu antrean kereta atau bus berdiri ditemani sebuah buku. Saat menyaksikan itu semua, saya kembali bersemangat untuk mengembangkan perpustakaan mini saya di kampung yaitu "Rumah Kertas".
     Sebagai penutup, saya ingin menekankan bahwa apa yang saya dapatkan saat ini bukanlah tolak ukur sebuah kesuksesan, dalam artian keberadaan saya di sini bukan karena pintar melainkan usaha keras dan juga bantuan dari kolega-kolega yang baik hatinya. Selanjutnya, menjadi seorang awardee berarti menjadi aktor yang diutus oleh masyarakat untuk belajar hal baru di negeri tetangga, sehingga nantinya ketika kembali ke Indonesia, ia bisa sharing knowledge bukan menggurui.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H