Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah artikel yang berhubungan dengan bagaiamana cara kerja otak kiri dan kanan pada manusia dan apa dampaknya terhadap pola prilaku antara laki-laki dan perempuan. Secara garis besar pola perkembangan otak pada laki-laki dan perempuanlah yang mempengaruhi masing-masing dalam bersikap dan bertindak. Karena secara umum otak terbagi atas 2 bagian, otak kiri dan otak kanan. Masing-masing memiliki peran dan fungsi, Otak kanan mengatur gerak tubuh bagian kiri dan begitu pun sebaliknya. Otak kiri berperan dalam aktifitas mengingat kata-kata, matematika, verbal, logis, fakta,analisis, atau secara sederhana yang berhubungan dengan keteraturan. Sedangkan otak kanan cenderung kepada hal-hal yang berhubungan dengan kreatifitas, khayalan, visiualisasi, gagasan, gagasan, music, bentuk, dan ruang.
Nah diumur 0 hingga 6 tahun, laki-laki dan perempuan berbeda dalam hal pertumbuhan otaknya. Perempuan diumur tersebut mengalami keseimbangan dalam pertumbuhan kedua bagian otak, makanya tidak heran di umur pertama sekolah mereka cenderung lebih cepat pintar hingga sering meraih rangking di kelas. Sedangkan laki-laki diumur tersebut yang berkembang lebih cepat adalah otak bagian kanan, sehingga jangan kaget anak lelaki cenderung hanya berfikir bermain, atau paling tidak akhirnya melakukan berbagai macam kekacauan diruang kelas atau dalam suatu permainan karena merasa terintimidasi akan kecerdasan perempuan diumur tersebut. Nanti diumur 6-12 tahun baru laki-laki mulai mengalami keseimbangan perkembangan otak antara kiri dan kanan dan nanti diumur 18 tahun perkembangan antara otak kiri dan kanan mengalami keseimbangan secara purna.
Selain itu dalam perkembangannya, baik laki-laki maupun perempuan  memiliki perbedaan bentuk kerja otak yang berbeda. Otak perempuan dalam bekerja saling terhubung antara yang kiri dan kanan, sedangkan laki-laki otaknya jika bekerja sendiri-sendiri. Salah satu faktornya karena otak perempuan memiliki corpus collosum yang lebih tebal dibandingkan otak milik laki-laki. Karena otak perempuan bekerja dengan salin terhubungan jangan heran jika mereka memiliki kemampuan untuk multitasking, dan karena otak laki-laki cenderung bekerja sendiri-sendiri akhirnya bekerja pada pekerjaan yang khusus saja. Karena bentuk kerja otak yang berbeda pula berpangaruh pada perbedaan sudut pandang antara laki-laki dan perempuan. Sudut padang perempuan pendek tapi lebar, sedangkan laki-laki sudut pandangnya sempit tapi panjang. Hal lain yang juga akhirnya dipengaruhi oleh proses tumbuh-kembang otak adalah letak emosi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Letak emosi laki-laki terletak di otak sebelah kanan yang artinya perasaan laki-laki dapat bekerja secara terpisah dari fungsi otak yang lain. Sedangkan perempuan letak emosinya tersebar disemua bagian otak, sehingga ketika perasaannya bekerja juga mempengaruhi fungsi otak yang lain. Untuk yang ini bisa dilihat ketika seorang perempuan mampu menangis ketika sedang mengganti ban mobil. Ketika menyimakpun seorang lelaki dan perempuan juga mengalami perbedaan. Dalam sepuluh menit pertama seorang perempuan mampu berkali-kali merubah ekpresi, berbeda dengan lelaki yang sepuluh menit pertama relative datar dan tanpa ekspresi yang berarti. Sehingga akumulasi dari semua kondisi diatas ialah akhirnya seorang perempuan berorientasi pada hubungan dan kerjasama sedangkan laki-laki berorientasi pada kekuasaan, kedudukan, dan bersaing.
Kedua paragraph diatas menurut saya jadi menarik ketika dihubungkan dengan permasalahan kesehatan hari ini. Berbicara tentang kesehatan secara umum, kita tidak bisa lepas pada 4 aspek yang berhubungan dengannya, yaitu; Kuratif, Rehabilitatif, Promotif, dan Preventif. Jika merujuk pada hikayat mytologi  Yunani Asclepius dan Higea, masing-masing dari mereka berdua membagi diri berdasarkan 4 aspek tadi. Asclepius hanya bertugas mengobati orang yang dating kepadanya, sehingga dalam cerita itu dia dikiaskan seorang tenaga kesehatan di bidang Kuratif dan Rehabilitatif. Sedangkan Higea berperan dalam mengurangi jumlah kunjungan di rumah mereka melalui kegiatan pernyebarluasan informasi yang berhubungan dengan pencegahan atau yang saat ini adalah aspek Promotif dan Preventif. Asclepius dan Higea adalah sepasang suami – istri. Bukan kebetulan dalam mytologi tersebut kemudian ada hubungan antara jenis kelamin dan 4 aspek dalam penanganan masalah kesehatan.
Asclepius sebagai seorang lelaki yang kedua bagian otaknya bekerja sendiri-sendiri akhirnya hanya bisa menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kesehatan perseorangan saja. Sehingga tidak berlebihan ketika Asclepius digambarkan hanya menekuni aspek Kuratif Dan Rehabilitatif saja. Berbeda dengan Higea yang merupakan seorang perempuan dan otaknya berkembang secara berhubungan, sehingga sudut pandangnya sangat luas melihat masalah kesehatan dari aspek Promotif dan Preventif. Ketika kemudian dia mengambil alih peran untuk hanya sekedar mengingatkan pasien dari sang suami paska memeriksakan kesehatan mereka untuk lebih menjaga lingkungan tetap bersih, atau sekedar memperhatikan pola makan sehingga terhindar dari beberapa penyakit, minimal bisa mencegah mereka untuk datang kembali dalam berobat.
               Jika mencoba membaca ulang mytologi Asclepius dan Higea, lagi-lagi membuktikan bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam berfikir,bersikap, bahkan bertindak. Ketika Asclepius hanya mampu menangani permaslahan kesehatan melalui pendekatan orang per orang, kemudian menjadikan Higea untuk ikut berperan aktif dalam menangani permasalahan kesehatan melalui aspek yang tidak dikuasai oleh Asclepius, Promotif dan Preventif. Masing-masing mereka akhirnya mampu berperan secara maksimal dalam mengatasi masalah kesehatan. Ketika Higea melihat bahwa permasalahan kesehatan tidak selamanya hanya berhubungan dengan pengobatan saja, kemudian mengambil peran untuk sekedar menyampaikan masyarakat jika sebenarnya kesehatan bisa dipertahankan dengan upaya melakukan pola hidup yang seimbang, seperti menghindari makanan/minuman yang beracun, makan-makanan yang bergizi seimbang, serta istirahat yang cukup. Lagi-lagi upaya ini bukan untuk mengurangi jumlah kunjungan ke klinik sang suami, karena ini semata-mata dilakukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan di lingkungan mereka.
               Apa yang terjadi jika kemudian muncul niatan dari Asclepius untuk menceraikan Higea ketika itu. Mengingat apa yang dilakukan oleh Higea sebenarnya bisa dilakukan juga oleh Asclepius. Lagi-lagi ini berhubungan dengan sudut pandang laki-laki yang lebih menginginkan kekuasaan dan kedudukan. Dan Asclepius merasa apa yang dilakukan oleh Higea adalah sesuatu yang tidak pantas dilakukan karena mempengaruhi angka kunjungan di tempat prakteknya. Mari kita liat bersama, ketika Asclepius menceraikan Higea secara otomatis peran-perannya diambil alih. Disini permasalahannya kemudian apakah ketika Asclepius melakukan pemeriksaan penyakit kepada pasien yang berkunjung yang membutuhkan waktu tidak lama akhirnya menjadikan pasien harus lebih lama tinggal untuk mendengarkan informasi tambahan dari Asclepius.
Ada dua kondisi yang kemudian tercipta, pertama pasien tentu akan merasa risih ketika harus lebih lama tinggal diruangan praktek dan mendengarkan informasi tambahan yang berhubungan dengan kesehatan dan yang kedua tentunya ini akan menjadikan pengahambat bagi pasien berikutnya dalam hal memeriksa penyakitnya. Ini kita belum berbicara tingkatan kedaruratan masing-masing yang datang berkunjung kepadanya. Mungkin betul ketika Higea di ceraikan dan angkat kaki dari tempat Asclepius akhirnya menjadikan tempat dipenuhi dengan orang yang akan memeriksakan penyakitnya, pertanyaannya seberapa lama Asclepius mampu bertahan dalam kondisi dia sendiri yang harus melayani pasien dalam jumlah yang besar dalam satu waktu, ketika disaat bersamaan durasi yang dibutuhkan dalam menangani satu orang lebih lama dari biasanya. Lagi-lagi ini berhubungan dengan kemampuan otak seorang laki-laki yang hanya terbatas pada pekerjaan khusus karena bagian otak kiri dan otak kanan laki-laki bekerja secara sendiri-sendiri, berbeda dengan otak perempuan yang bekerja saling berhubungan sehingga memiliki kemampuan untuk multitasking. Â
Tapi lagi-lagi itu hanya hayalan, karena tidak mungkin Asclepius menceraikan Higea, bukan hanya karena dia sangat cinta, tapi karena keberadaan Higea sedikit banyak memberikan bantuan pada Asclepius dalam mengatasi permeasalahan kesehatan pada umumnya. Higea mampu mengisi ruang yang sudah pasti tidak diisi oleh Asclepius sekuat apapun dia berusaha untuk mengukuhkan keinginan berkuasanya. Dan lagi-lagi ini berbicara profesionalisme dibidang kesehatan sehingga bisa memaksimalkan masing-masing peran dalam mengatasi masalah kesehatan. Dan akhir kata semoga kita senantiasa terhindar dari masalah-masalah kesehatan yang ada…AMIN YA RABB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H