Mohon tunggu...
Mashuri Mashar
Mashuri Mashar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kongkow-kongkow dan Ballo

3 Oktober 2015   22:24 Diperbarui: 3 Oktober 2015   22:41 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salah satu hal yang mejadi pembeda manusia dengan machluk lain adalah karena manusia adalah machluk social. Salah satu ciri machluk social adalah dengan hidup berkelompok dan berkomunikasi. Melalui komunikasi tersebut antara manusia satu dengan yang lain mampu menyampaikan maksud dan tujuan atau dengan kata lain pesan. Mekanisme komunikasi antara manusia dalam kelompok tertentu juga memliki bentuk dan dengan alat yang berbeda. Mulai dari komnikasi lisan maupun non lisan. Untuk bentuk komunikasi lisan secara umum pesan terartikulasi dalam kata yang terucap melalui berbagai bentuk bahasa tentunya.

Sedangkan bentuk komunikasi non lisan, pesan mengalir dalam banyak bentuk. Misalnya dalam bentuk bahasa tubuh atau bentuk tertulis. Inti dari itu semua adanya pesan yang mengalami perpindahan tempat dari manusia yang satu menuju ke manusia yang lain. Karena secara epistemiologis Komunikasi merupaka proses berpindahnya Pesan dari Komunikator ke Komunikan (timbal balik) melalui perantara media/alat. Peran penting kemunikasi ini juga menjadikan tetap terjaganya peradaban manusia hingga saat ini.

Sehingga tidak berlebihan jika komunikasi dalam perkembangannya mengalami transformasi secara beransur-angsur dari komunikasi di Dunia Nyata ke bentuk Komunikasi Dunia Maya. Meski dalam perkembangannya pun Komunikasi tidak lepas dari berbagai bentuk penyimpangan, baik berbentuk pesan yang terdistorsi sampai tidak maksimalnya pesan yang tiba pada masing-masing penyampai pesan (Miss Communication).


Dalam masing-masing budaya di Indonesia kongow-kongkow bukan merupakan hal baru. Karena melalui ritual tersebut kemudian menjadikan proses komunikasi antar anggota dalam komunitas di berbagai budaya menjadi lebih maksimal. Melalui aktifitas tadi juga penyebaran informasi bisa dipastikan secara merata. Budaya kongkow-kongkow sendiri untuk Indonesia terjadi bukan tanpa alasan, salah satu penyebab jika merujuk pada buah pikir salah satu Filsuf Muslim Ibnu Khaldun di Kitab Mukaddimah ialah tidak lepas dari factor Iklim yang “ikut membesarkan” masyarakat kita (Indonesia). Sebenarnya budaya tersebut jika dilihat secara harfiah sangat tidak produktif karena membuang-buang waktu. Bagi Ibnu Khaldun sebenarnya akifitas tersebut tidak membuang-buang waktu produktif, namun tidak lebih karena iklim alam kita yang Subur dan Tropis sehingga tidak memerlukan tenaga lebih untuk sekedar menanam dan memelihara.

Salah satu yang menarik dari aktifitas kongkow-kongkow tersebut adalah segala bentuk paganan yang tersaji di tempat berkumpul tersebut. Mulai dari kopi dan teh hingga berbagai bentuk varian minuman keras lokal yang berasal dari daerah tersebut. Salah satu yang menarik dari paganan tersebut sangat menyesuaikan dengan kelompok umur serta tema pembicaraan yang menjadi alasan kongkow-kongkow. Untuk kelompok umur 40-an tahun keatas biasanya paganannya hanya berupa Kopi atau Teh yang diselingi dengan berbagai kue-kue dan biasanya tema pembicaraanya seputar permasalah yang di hadapi oleh kampung. Biasanya dalam kepompok ini juga hadir para tetua adat dan tokoh masyarakat. Untuk kelompok umur dibawah 40-an tahun biasanya paganannya berupa minuman keras lokal yang diselingi dengan potongan daging sapi atau rusa.

Minuman keras sendiri di berbagai daerah di Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda walaupun secara bentuk,rasa dan khasiat ada kesamaan antara satu daerah dengan daerah yang lain. Misalnya Arak, dengan ciri bening dan dengan kadar alcohol sangat tinggi jika di daerah Sulawesi Utara (Manado) dikenal dengan nama Cap Tikus, atau bergeser ke bagian Timur Indonesia Arak tadi berubah nama menjadi Sofi. Lain lagi dengan minuman keras yang berasal dari Aren yang jika di masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan nama Ballo, jika di masyarakat Sulawesi Tenggara dikenal dengan nama Kunau. Apapun nama, rasa dan bentuknya minuman tadi jika berlebihan akan memberikan dampak negative pada tubuh kita. Yang menarik dari berbagai minuman keras local tadi ialah bisa menjadi pemersatu di tingkat local untuk kelompok umur tertentu untuk saling berkomunikasi secara lebih relaks dalam kerangka kongkow-kongkow tadi. Berbagai informasi yang beredar di lokal tersebut mampu tersebar daengan format yang lebih santai dalam kelompok tersebut.

tulisan ini pernah dimuat di : http://bone-360.com/nongkrong-dan-ballo/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun