Saat ini, aku masih menunggumu
Di sisa-sisa semangatku menjalani hidup yang kepalang tanggung
Menunggu tinta naskah-naskah kisah hidupku kering
Masih se-naif dulu, masih dengan hati yang sama
Banyak benang merah yang harus kuurai saat ini
Tidak satu, ia ratusan..
Tidak lagi berharap pada apa atau siapa yang akan peduli tentang ini
Hanya aku, dengan diriku sendiri
Jendela enggan berbagi sinar paginya, kini
Aku layu dengan lalu
Tak tahu menahu warna diri
Membiarkan diri tenggelam dalam dan mati kemudian
Bisakah berikan aku sedikit penawar?
Perih yang harus terungkit setiap fajar datang ini
Iya, tentang perih itu..
Aku mulai ketakutan dengan apa yang ku tunggu
Aku tak terlibat pada kisah yang sebentar
Bagiku ini telah menjadi titian sejarah ku
Aku sudah lupa kapan terakhir kali malam datang dengan cantik
Seluruh malam ku telah ku tenggak habis dengan menunggu
Dan baik, dengarkan..
Aku mencintaimu..
Dengan cara ku, bisa kah itu saja?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H