Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

'JOKOWISME', Model Baru Berpolitik di Indonesia

20 September 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:09 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertama-tama, saya ucapkan selamat kepada pasangan Jokowi-Ahok dan pendukungnya yang berhasil memperoleh kepercayaan masyarakat DKI Jakarta dalam pemilukada yang digelar hari ini, Kamis (20/9/2012). Setidaknya, berdasarkan hasil hitung cepat atau Quick Count dari berbagai lembaga survei, pasangan ini mendapatkan hasil sekitar kurang lebih 5 persen lebih tinggi dari pasangan Foke-Nara,

Kedua, saya juga mengucapkan terimakasih dan salut serta bangga kepada pasangan Foke-Nara dan para pendukungnya yang secara sportif Bang Foke telah menyatakan selamat kepada Jokowi dan 'mengakui kekalahannya' berdasar hitung cepat dari berbagai lembaga survei. Apa yang dilakukan Foke ini merupakan contoh dan teladan yang baik, yang harus ditiru oleh para politikus lain yang akan bertarung di pilkada dan pilpres mendatang.

Fenomena Pilkada DKI Jakarta 2012 yang mencapai puncaknya pada pencoblosan pagi tadi memang suatu tontonan yang menarik dan inspiratif. Mungkin jika kita melihat pelaksanaan pilkada langsung dari pertama kali gelar para tahun 2005 sampai sekarang, Pilkada DKI Jakarta 2012 inilah yang paling menarik, unik dan inspiratif, termasuk dari Pilkada DKI Jakarta 2007 sekalipun.

Banyak inspirasi yang bisa diambil dari pilkada DKI Jakarta kali ini. Mulai dari sosok Jokowi sendiri yang kemudian menjadi 'Jokowisme' dengan simbol baju kotak-kotaknya yang dimaknai sebagai bhineka tunggal ika, sampai runtuhnya kekuatan dan klaim hegemoni parpol besar pengusung Foke-Nara yang harus malu dan instropeksi jika tetap ingin mendapat hati dan kepercayaan rakyat.

Dari pilkada DKI Jakarta ini juga, kita bisa melihat bagaimana partisipasi aktif publik dan masyarakat jakarta serta rakyat Indonesia melalui berbagai saluran seperti jualan baju kotak-kotak sampai membangun opini melalui media social. Pertarungan ide sampai perang 'ideologi' dan strategi pun terjadi antara tim sukses masing-masing kandidat sampai-sampai isu SARA pun ikut disertakan dalam kampanye.

Setelah pencoblosan tahap kedua ini, kita juga diberikan suguhan menarik soal fakta terjungkalnya partai-partai gajah besar pendukung Foke-Nara yang tak bisa berbuat apa-apa dengan serbuan jutaan semut-semut rakyat dan relawan setia pendukung Jokowi. Saya melihat, meskipun ada, pengaruh PDIP dan Gerindra tak banyak dalam mendongkrak dukungan publik ke Jokowi dibanding dukungan rakyat yang terbangun dari cara dan gaya berpolitik Jokowi. Sikap dan gaya Jokowi dalam berpolitik itulah yang menjadi faktor penentu kemenangannya dalam pilkada terpanas, terseru dan terinspiratif di seluruh Indonesia ini.

Menurut saya, apa yang terjadi dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 ini merupakan gambaran demokrasi sejati yang keras dan aktif serta partisipatoris. Namun berakhir dengan suasana 'ihlas' dan legowo terhadap hasil yang diperoleh setelah usaha dan berjuang habis-habisan dengan berbagai cara. Ucapan selamat Foke kepada Jokowi melalui telpon ini adalah bukti kedewasaan berdemokrasi yang mulai tumbuh di negeri ini. Tauladan yang baik dari FokeIni harus di tiru oleh semua kompenen anak bangsa yang mau terjun ke dunia politik jika ingin demokrasi kita tumbuh sehat dan bermanfaat.

5 Inspirasi dari Jokowi

Terkait apa yang saya sebut dengan 'Jokowisme' di atas, apa yang sudah dilakukan oleh walikota Solo dalam pertarungannya di Pilkada DKI Jakarta ini harus di tiru atau setidaknya dipelajari untuk disesuaikan dengan konteks lokalitas masing-masing daerah oleh para calon bupati, walikota, gubernur sampai capres mendatang jika ingin berhasil. Ada beberapa poin penting dan kunci yang saya amati mengenai keberhasilan Jokowi dalam pilkada DKI tahun 2012 ini.

Pertama, sosok yang sederhana dan gayanya yang merakyat, tetapi memiliki kemampuan berkomunikasi yang bisa meyakinkan orang lain akan kemampuannya memimpin. Poin pertama ini sangat dominan saya lihat dari sosok Jokowi yang kemudian menghasilkan membludaknya dukungan kepada dia. Ditambah lagi prestasi dia saat dia memimpin kota Solo selama ini juga menjadi poin plus keyakinan warga Jakarta bahwa Jokowi diharapkan bisa membenahi Jakarta yang sudah akut dan bising ini.

Kedua, cara berkampanye yang santai dan tepat sasaran. Tak harus berbiaya besar karena mengerahkan massa yang banyak, apalagi sampai membayar orang untuk datang dan memasang berbagai spanduk narsistik di mana-mana. Apa yang dilakukan Jokowi selama ini dengan blusukan ke kampung-kampung di Jakarta walau hanya diikuti oleh puluhan orang memberi pelajaran akan makna kampanye sejati. Menyapa dengan hati yang tulus serta mengajak bersama-sama membangun harapan, itulah yang ternyata menjadi kunci keyakinan dan kepercayaan masyarakat kepada sosok ini.

Ketiga, tutur kata yang 'njawani' yang tidak arogan, tidak sombong dan sabar saat direndahkan juga menjadi kunci penting dari kesuksesan Jokowi di pilkada DKI Jakarta ini. Bayangkan, apa jadinya jika Jokowi reaktif dan mutungan dalam merespon berbagai isu miring dan black campaign yang diterimanya selama ini. Sikap rendah hati yang ditunjukkan wong solo ini dalam merespon serangan politik yang bertubi-tubi ini berbuah simpati publik yang akhirnya berbalik memberikan dukungan tanpa diminta Jokowi.

Keempat, kemampuan Jokowi dalam menawarkan janji-janji solutif dari berbagai problematika yang dihadapi masyarakat DKI Jakarta seperti banjir, macet yang akut, kesejahteraan kaum miskin kota dan layanan publik. Cara dia membawa kartu sehat dan kartu pintar yang sudah diterapkan di Solo ke mana-mana selama berkampanye terbukti efektif menarik dukungan warga. Dengan cara itu, Jokowi dengan mudah menjawab pertanyaan warga saat ditanya soal solusi jaminan kesehatan dan pendidikan gratis serta jaminan sosial yang akan diterapkan jika terpilih. Meski Jokowi-Ahok tergolong baru memasuki hutan belantara perpolitikan Ibukota di banding calon-calon lain, tetapi dengan cara kampanyenya yang solutif, sedrhana dan tepat sasaran menjadi difrensiasi tersendiri dari sosok pasangan ini.

Kelima, gaya Jokowi yang dekat dan bersahabat dengan media menjadi ujung tombak dari semua kampanye murahnya. Ditambah lagi dari wajah dia yang terlihat sosok yang lugu dan lucu, hal ini membuat Jokowi tambah dekat dengan pelaku media baik dari media maisntream maupun media sosial yang karakternya menyukai kejujuran, keluguan dan kelucuan atau keunikan. Sementara kita tahu, saat ini para pelaku media baik media mainstream atau media sosial inilah yang memiliki peran penting dalam membangun opini publik karena perannya yang kritis-transformatif.

Itulah beberapa hal terpenting yang berhasil saya catat dalam fenomena pilkada DKI Jakarta yang melahirkan sosok baru sekaligus idola dan ideologi baru 'Jokowisme'. Saya melihat massifnya dukungan publik dari relawan Jokowi dan masyarakat DKI Jakarta yang akhirnya ikut membantu menjungkalkan 'kesombongan' partai-partai besar pendukung Foke-Nara adalah hasil dari sikapnya dan kemampuannya dalam memainkan peran pada 5 hal di atas.

Para Politisi, Parpol Besar, Berbenahlah ...

Oleh karena itu, siapa pun kalian, orang-orang yang akan nyalon jadi kepala desa, bupati, walikota, gubernur, anggota DPR atau bahkan presiden sekalipun, jika ingin berhasil dan memenangkan pertarungan, lihatlah bagaimana cara Jokowi berpolitik. Sementara, bagi kaum oligarkis yang selama ini dalam berpolitik mengunakan gaya elitis, hegemonis, dan hanya mengandalkan uang, bersegeralah 'bertobat' dan ubah gaya berpolitik kalian, karena zaman telah berubah dan rakyat makin cerdas dan kritis. "Kami tak mau lagi dibohongi dan dibodoh-bodohi lagi," teriak rakyat saat ini.

Rakyat memang butuh uang, tapi hati dan keinginan rakyat yang paling mendalam juga harus diperhatikan. Karena dalam hipokritisitas publik saat ini, mereka masih mempunyai hati nurani yang setiap saat selalu berteriak, "aku ingin hidup lebih baik, aku ingin hidup sejahtera, aman san sentosa. Tidak hanya kalian-kalian saja yang ingin hidup subur makmur dan menikmati hidup sejahtera setelah menjadi pejabat daln mulai lupa janji-janjimu kalian saat pemilu " kata rakyat saat ini. Faktor memperhatikan keinginan publik yang mulai kritis dan transformatif  inilah yang harus dipahami betul oleh para politisi, para calon dan pemimpin parpol serta para pemimpin negeri ini.

Sementara untuk Partai-partai besar yang selama ini dianggap mempunyai pengaruh besar dalam menentukan kemenangan calon, ingatlah kalian telah 'dipermalukan' oleh 'Jokowisme' yang santun, sederhana, murah dan ramah. Jika ingin tetap di hati rakyat, wahai para pemimpin parpol dari yang paling besar sampai yang kecil, cepat-cepatlah ubah strategi dan gaya berkomunikasi dengan pendukungmu. Jika tidak, kalian tidak akan mendapat apa-apa lagi nanti di 2014 mendatang dan dalam kancah perpolitikan tanah air.

Meskipun saya tidak mengikuti langsung proses pertarungan dalam tahapan Pilkada DKI 2012 ini secara langsung seperti Pilkada DKI 2007 lalu karena sedang bertugas di Aljazair, namun saya merasakan semangat pertarungan dan panasnya persaingan yang saya ikuti melalui media. Dari sanalah aku membangun keyakinan dan kepercayaan sejak awal munculnya Jokowi, bahwa sosok peraih berbagai penghargaan mulai dari nasional sampai internasional ini akan menang dalam pertarungan di Pilkada DKI Jakarta. Saat itu aku sama sekali tak melihat Jokowi karena diusung PDIP dan Gerindra. Karena aku yakin, sebagaimana partai-partai gajah yang dipermalukan oleh koalisi semut, PDIP dan Gerindra memang punya kontribusi, tetapi kontribusi para relawan dan koalisi rakyat inilah yang dominan memenangkan pasangan Jokowi-Ahok

Tulisan ini saya bikin khusus untuk menyambut kemenangan Jokowi-Ahok dengan harapan, nanti saat menjabat dia benar-benar menepati janji-janjinya saat berkampanye, melaksanakan pembangunan di DKI Jakarta, menyelesaikan berbagai persoalan inti di Jakarta mulai dari mecet, Banjir dan keamanan serta kenyamanan tinggal di Ibukota. Sebab, sebagai warga DKI Jakarta, kami ingin ibukota negeriku ini menjadi cermin Indonesia yang katanya bangsa besar. Sebagai ibukota, Jakarta harus tertata baik dan tertata rapi sebagaimana ibukota-ibukota negara besar lainnya.

Untuk saudara-saudaraku rakyat Jakarta, mari kita bersama-sama memantau dan mengawasi tata kelola dan realisasi program dan janji-janji pasangan Jokowi-Ahok selama kampanye. Kita tak boleh lengah dengan kemenangan pasangan baru yang kita harapkan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik ini. Sebab, adigum the power tend to corrups ini juga berlaku kepada pasangan ini. Karena mereka terpilih atas bantuan rakyat, maka mereka tak boleh lupa akan komitmennya kepada rakyat. Jika mereka melenceng dari janji-janjinya kepada kita saat kampanye, mari kita ingatkan dia agar kembali ke jalan yang lurus.

Sebab, kita harus ingat, dalam tata politik di negeri ini, Jokowi yang hanya didukung oleh PDIP dan Gerindra, ini bermakna dia didukung oleh minoritas anggota DPRD DKI yang juga memiliki peran penting dalam pembangunan DKI Jakarta. Karena itu, jika anggota DPRD DKI Jakarta menghalangi program pro rakyat yang akan direalisasikan Jokowi, kita harus bersama-sama berada di belakang pasangan ini. Sebaliknya, jika Jokowi ingkar, kita juga harus bersama-sama mengingatkan agar kembali ke jalan yang lurus. Sebagai warga bangsa yang baik, kita harus belajar menerima dan legowo tetapi juga tetap kritis atas hasil proses politik dan proses demokrasi yang telah jalani dan kita sepakati bersama.

Sekali lagi selamat kepada pasangan Jokowi-Ahok dan kerja keras para pendukungnya atas kepercayaan yang telah diberikan masyarakat DKI Jakarta. Semoga kalian mampu menjalankan tugas dan amanat rakyat Jakarta dan mampu merealisasikan janji-janji kampanye dengan baik selama menjabat. Dan untuk Bang Foke-Bang Nara serta pendukungnya, mari kita bantu Jokowi-Ahok merealisasikan program-program menariknya di Jakarta, sebab, jika ini terlaksana, Bang Foke dan Bang Nara serta para pendukung yang lain bisa melanjutkan program Jokowi dengan cara bisa bertarung lagi dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 mendatang .... (Alger, 20 September 2012).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun