Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

‘Turunkan Soeharto...!!!’ di Depan Asrama

3 September 2013   07:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:27 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Saat itu, tahun 1997, Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dan moneter yang menjadikan kehidupan rakyat semakin berat sangganya. Akibatnya, aksi-aksi protes dan demonstrasi mulai ramai dilakukan oleh para mahasiswa yang menuntut Soeharto turun. Awalnya aksi demo itu dilakukan oleh para mahasiswa di Jakarta. Kami para siswa dari pojok Jawa Timur, tepatnya di kabupaten Jember hpada saat itu awalnya hanya bisa nonton saja aksi dari para senior kami itu melalui televisi yang menyiarkan aksi dan gerakan itu. Sebagai siswa tentu kami paham apa yang disiarkan dan permukaan isu yang dituntuk mahasiswa dan ramainya perdebatan para pengamat itu. Namun peta politik dan apa sesungguhnya yang terjadi, kami masih meraba-raba dan belajar mencoba mencerma apa maksud dari semua gerakan itu. Karena tak kunjung paham, kami pun membuat forum diskusi soal apa maksud dari semua berita yang kami dengan dengan aktor gerakan mahasiswa menuntut turunnya Soeharto itu, tentang reformasi, dan desakan Soeharto harus turun secepatnya meskipun baru saja di lantik sebagi presiden yang ke 7 kalinya. Setelah kami gagal mencerna sendiri antar sesama siswa, kamipun menemui para senior untuk mendapat pencerahan dari mereka termasuk dari para senior di IPNU dan PMII serta lainnya. Setelah mendapat penjelasan mereka, kami pun jadi paham, bahwa rakyat Indonesia sedang menginginkan kehidupan yang lebih baik dalam bidang politik, ekonomi sosial dan budaya. Karena kehidupan yang baik selama pemerintahan Soeharto dianggap semu. Kebebasan politik dan demokrasi yang dikembangkan selama 32 tahun adalah kebebasan politik dan demokrasi yang basa-basi yang pokoknya tak menyenggol kepentingan keluarga dan kroni Soeharto. Bukan kebebasan, demokrasi dan politik yang hakiki sebagaimana yang terjadi di Barat dan dipahami dari pelajaran ilmu politik dan ilmu sosial di kampus-kampus.

Pertumbuhan ekonomi yang katanya stabil dan meningkat juga dianggap semu dan menipu, karenafaktanya masih banyak kemiskinan dimana-mana dan jurang yang dalam antara si kaya dan si miskin di mana-mana. Selain itu, pendapatan Negara dari Sumber daya alam yang melimpah ternyata bukan untuk kemakmuran dan kesejahteraaan semua bangsa dan rakyat Indonesia dengan mengunakan pendapatan itu mulai dari pajaks ampai ekplorasi minyak, gas, emas, batubarad an tambang lainnya untuk membangun jalan, sekolah, rumah sakit dan semua fasilitas umum dan public lainnya. Sebaliknya semua pendapatan Negara yang strategis khususnyad ari migas dan aneka tambang strategis lainnya seperti emas dan sebangsanya hanya buat royokan atau bancaakan bagi para elit perusahaan yang mengelola dengan sistem pembayaran upeti dan setor kepada sang pengusaa yang sunguh kuasa luar biasa. Demikian penjelasan para senior kami itu.

Begitupun dalam bidang social dan budaya yang katanya memberikan kebebasan dan kreatifitas kepada warganya, tetapi kreatifitas yang tak boleh melenceng dari pancasilanya pak harto.Sebab, jka sedikit saja melenceng, jangan harap kehiupannya akan mana dan tenteram, karena tentara dan polisi akan menguntitnya sampai kemanapun dan kapanpun, menunggu wantu yang tepat untuk menagkapnya dan memenjarakannya dengan alasan hokum yang sahih ataupun asal-asalan. Demikain terus panjang lebar kami dijelaskan. sehingga atas Dasar itulah, rakyat sudah muak dan jenuh dengan kepura-puraan dan kebohongan yang dibungkus dan dipertahankan selama 32 tahun oleh rezim sukarno. Berbabarengan dengan krisis ekonomi dan keuangan, semua elemen masyarakat muali berontak, diawali oleh gerakan mahasiswa di Jakarta dari berbagai elemen yang turun jalan dan diikuti mahasiswa yang ada di kota-kota besar di Indonesia seperti Jogjakarta, Surabaya, bandung, medan, Makassar, Kalimantan, Palembang dan semuanya.

Setelah gerakan demonstarsioleh para mahasiswa dilakukan massif di sseluruh negeri, dan kelihatannya pemerintah tak bisa mengatasi lagi, terjadilah krisis politik yang menjadikan posisi Suharto menjadi rawan dan terancam. Krisis ekonomi dan moneter dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan barang serta jatuhnya nilai mata uang rupiah atas dolar hingga 20 ribu per satu dolar dari awalnya yang hanya 2500 rupiah persatu dolar menjadikan situasi semakin kauacau dan tak terkendali. Krisisekonomi yang tak kunjung bisa diatasi itu semakin parah dengan ditambahnya kririsi kepercayaan dan krisisi politik kepada penguasa. Sehingga keributan dan kerusuhan pun terjadi dimana-mana. Yang palaing parah adalah di Jakarta dengan terjadinya pembakaran dan penjarahan kepada tempat usaha etnis china yang selama ini dianggap paling diuntungkan dalam kebijakan politik ekonominya rezim Suharto. Bahkan meneurut berita TV, selaian penjarahan dan pembakaran juga ada pemerkosaan.

Akibat hal itu tak bisa di atasi dan dikendalikan, maka rezim penguasa semakin represif terhadap massa demonstranyang menjadikan para pimpinan gerakan mahasiswa yang dikritis pada diculik dan yang dijalanan pada ditembakin. Harapannya para mahasiswa akan takut untuk turun lagi ke jalan dan kembali ke rumah menghentikan semua tuntutan yang sudah disuarakan sejak terjadinya krisis moneter, demikian masyarakat dan media Indonesia menyebutnya saat itu. Aksi represif yang diharapkan menjadi pukulan balik rezim kepada ara mahasiswa dan rakyat yang bergerak itu ternyata berbalik 180 derajat dengan tujuan rezim. Represifitas aparat yang menewaskan beberapa mahasiswa dan rakyat aktivis gerakan justru menjadikan solidaritas gerakan smakain mengental. Sehingga jika pada awalnya gerakan itu hanya diikuti oleh para mahsoswa semata, para pelajarpun mulai ikut turun dan belajar ikut-ikutan demo dan orasi. Pun juga elemen masyarakat dan para santri.

Akibatnya, suasana chaso tak terkendali dan akhirnya dengan berbagai gerakan politik dan upaya lobi yang dibangun oleh para elit politik dan desakan mahasiswa kepada MPR-DPR agar mengelar siding menjatuhkan Suharto di respon olehketua DPR yang juga orangnya suhartoo yang paling setia namun kemudian dimata Suharto dan kroninya dia berkhianat, namun di mata rakyat dia adalah pahlawan sesaat saat itu juga, harmoko. Setelah harmoko menyetujui tuntutan para mahasiswa yang telah beberapa hari menduduki gedung parlemen untuk menuntut wakil rakyat bersidng menjatuhkan Suharto, para elit politik yang berisi para pemimpin ormas dan politik yang memiliki massa dan pengikut banyak di Indonesia berkumpul di ciganjur untuk merumuskan langkah bersama dengan elit lain guna mendesak pak harto mundur saja ketimbang dimundurkan. Gus Dur Amien rais, megawati sukarno putri dan sri sultan hamengkiubowono ke X dtambah aktivis gerakan lain, ca knur, emha dan banyak lagi yang lainnya pun akhirnya bersama-sama menghadap Suharto dan meninta dia mudnur sebagaimana harapan ketua DPRharmoko. Sebab, kalaupun dia tetap memakskan kehendak untuk bertahan, ya percuma karena massa rakyat sudah tak percaya dan dpr pun akaan mengelar siding penggulingan Suharto. Atas dasar itulah, akhirnya suhartoi turun dan lengser keprabon dan menunjuk habibi sebagai presiden enganti untuk mempersiapkan pemilu pasca lengsernya Suharto dan reformasi bersejarah di Indonesia.

Susana hiruk pikut politik yang sebelumnya diawali dengan berbagai isu yang melibatkan rakyat seperti pembantaian dukun santet dan sebagainya membuat rakyat menjadi ikut prihatin dan tergerak hatinya untuk bersama-sama segera menuntaskan reformasi yang tuntutannya adalah turunnya Suharto, usut koropsi dsuharto dan kroninya stop kkn, kehidupan politik sosiald an ekonomi yang lebih baik dan sebagainya. Kami yang saat itu masih kelas 2 SMA pun jadi ikut-ikutan dengan arusdan situasi gerakan massa. Ini adalah pengalam bersejarah karena sebelumnya pasti tak ada anak sma demo apalagi demonya meinta Suharto turun. Namun, sekarang hal itu terjadi dan dilakukan juga oleh para siswa yang mendapat beasiswa dari Negara melalui depagnya pemerintahan Suharto. Demonya para siswa ini digelar di depan asrama sambil mengambil bangku sekolah dan mejanya untuk tempak orasi tampa mik dan sound sistem, namun hanya mendagalkan suara keras saja.

Kontan saja, aksi para aktivis MAK ini mendapat perhatian para pengguna jalan di kaliwates karena memang kami mengelar aksi di pinggir jalan di depan pintu gerbang masuk. Saya tak tahu siapa yang menginisiasi aksi ini, tapi yang pasti ansori sang ketua PII yang memimpin dan memulai orasi, dilanjutkan teman-teman lain termasuk saya berkoar-koar ikut-ikutan meminta Suharto turun. Kami pun juga menajdi sering ikut aksi di kampus jember dan kota jember di alun-alun kabupaten. Semua aksi ini tentu illegal karena kami masih siswa dan terancam bisa tak ikut ujian jika sekolah kami tegas. Namun karena mungkin situasi politik nasional yang sedemikian tak terkendali, sehingga kami menajdi bebas dan lancar saja tak ada masalah dengan ujian, karena akhirnya apa yang dituntut rakyat Indonesia termasuk kami terkabul, yakni suharto jatuh. Andai saja orangtua kami tahu kami ikut-ikutan demo, pasti kami disuruh pulang. Karena sebagai orang desa yang sudah terpatri dan terdoktrin tak boleh melawan aparat, apalagi melawan pemeritrinah yang sah dan presiden Suharto, tentu itu akan sangat menakutkan. Karena tentu para orangtua termasuk orangtua saya masih ingat soal mendukung PPP saja dipenjarakan dan dipanggil koramil serta di sel di kodim. Apalagi meminta Suharto turun.

Namun Allah maha tahu dan maha adil, roda terus berputar dan penguasa terus silih berganti sebabgaimana sunnatullahnya. Karena itu, kami yang daam pespektif psikologi dinaggap deawasa dan matang sbelum waktunya karena ikut-ikut demo dan sok tau dnegan urusan politik menjadi keannagan tersendiri yang tak akan terlupakan dan sekaligus menjadi bekal kami ketika meniti penddikan di jenjang yang lebih tinggi di PT. kami akan langsung paham tentang hak-hak dan kewajiban sebagaiwarga Negara. Tidak seperti sebelumnya yang didoktrin dengan pancasila yang kaku dan P4 yang tanpa tafsir agar menjadi warga Negara yang hanya boleh tahu kewaibannya tanpa boleh tahu banyak soal hak-hak kita sebagaiwarga Negara apalagi hak-hak dasaer yang paling hakiki dan asasi yaitu kebebasadn an demokrasi sejati. Dan sore itu, setelah orasi selesai kebetulan sengaja, saya tak tahu, ustad muhayyan lewat dan meminta kami bubar dan mengakhiri demonstarsi di depan asrama. Kami pun langsung bubasr karena memang sudah lama mengelar aksi ini dan sekaligus menghargai guru. Hehe. Itulah sebgian dari penjalan hidup kami yang sangat menarik dan unik serta luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun