Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selamat Datang Zhafira Anakku ....

31 Juli 2012   11:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, sekitar 6 bulan kami di sini, alhamdulillah kami mempunyai teman-teman yang baik. Mereka bahkan sudah seperti saudara dan orang tua kami. Sampai sahur istri saya merasa mules perutnya tak kunjung beres. Padahal jadwal lahir menurut dokter masih sekitar seminggu lagi. Tak panjang pikir
sehabis salat subuh, aku telponlah Pak Munir yang sejak awal siap membantu proses persalinan istriku. Dia itu sudah 21 tahun di Aljazair dan semua pejabat negeri ini kenal dia. Dia baik sekali dan sudah aku anggap kakak sendiri. Semoga Allah membalas semua kebaikannya. Amin.

Setelah aku telpon, Alhamdulillah, dia juga habis sahur dan salat subuh. Aku langsung sampaikan niatku meminta tolong mengantar istri ke Elquds. Dia pun tanpa babibu, langsung siap dan menuju rumah mungilku. Padahal semalamnya dia habis begadang sama pak Dubes. Jazakumullah pak ... Aku langsung siap-siap semua tas yang sudah dipersiapkan istri sejak semalam yang berisi kebutuhan lahiran mulai dari pakaian ganti sampai pempers aku angkut keluar bersama anak-anak saya yang masih kiyap-kiyep karena ngantuk sehabis aku bangunkan paksa.

Bertiga dan dua anak-anak kami menuju Elquds dan sesampai di klinik, pintu gerbang masih tutup. Aku harus berupaya keras gedak gedok pintu sampai aku sendiri merasa perlu telpon pak Budi (lokal staf bidang protkon) yang mewanti-wanti juga agar tak sungkan minta tolong jika butuh sesuatu. Dia dan istrinya juga sangat baik. Aku minta dia yang punya kontak orang dalam agar menelpon penjaga yang masih tertidur agar membuka pintu sebab istriku sepertinya sudah tak kuat lagi.

Aku lihat bel di sebelah tembok, aku pencet lah bel samping berkali-kali, tak lama kemudian petugas jaga keluar membuka pintu gerbang di pagi buta itu. Aku tak tau apakah karena telpon pak budi atau bel di tembok, yang penting sekarang aku bisa masuk. Sesaat setelah kami masuk, beberapa perawat jaga malam terlihat baru kiyep-kiyep juga membuka mata, aku langsung meminta istriku diperiksa soal kemungkinan sudah bukaan untuk melahirkan.

Istriku langsung di bawa ke ruang persalinan, dan benar ternyata sudah bukaan dua. Alhamdulillah ternyata benar aku tak telat membawanya dan sekarang sdang proses lahiran. Sementara, istriku meminta aku di sampingnya selama lahiran tetapi perawat separuh baya itu melarangku sambil marah-marah. Aku pun mengalah daripada istriku tak diurus. Aku temani anak-anakku di ruang tunggu yang masih terlihat ngantuk bersama pak Munir yang setia menemani kami sampai pukul 13.00 waktu setempat.Aku coba pantau perkembangan istri di ruang persalinan dengan memberikan HP, tapi sayang sinyal tak sampai. Untungnya tak lama dari itu, istri pak Budi, bu Syafika datang. Alhamdulillah. Sejak saat itu, komunikasi kami lancar karena keterbatasan kami dalam bahasa perancis langsung teratasi.

Dan bu Syafika bisa menemani istri selama persalinan. Seperti Allah telah mengatur sebelumnya, Bu Syafika menjadi seperti ibu baru kami. Semua kebutuhan istriku dia bantu dan bahkan sampai disuapin dan dimasakin semua kebutuhan istri yang ingin makan telur dadar setelah lahiran. makasih ya Allah, kau telah mengirimnya di saat yang tepat. Semoga Allah membalas dan memudahkan semua urusannya. Amin.

Alhamdulillah, ditengah rasa tegang kami menunggu bersama anak-anak karena tak boleh masuk, bu Syafika datang sambil berlari mengatakan kepadaku, Pak Hayid sebentar lagi boleh masuk. Aku dah minta izin sama dokternya. Demikian dia laporan kepada saya soal hasil lobinya. Benar adanya, setelah dokter datang, kami bisa masuk dan saat itu seperti dejavu 4 tahun lalu saat aku menunggui menyaksikan langsung proses lahiran anak pertamaku Areta Chalwacetta di RS Permata Ibu. Subhanallah, aku bisa saksikan bukaan ke 4, 5 dan 6 sampai akhirnya aku tak boleh mendekat lagi dengan istriku yang aku peluk dan pegangi tangannya karena si jabang bayi dah mau keluar.

Aku menyingkir sebentar karena dilarang di dekat dokter yang akan menarik bayi dari rahim, tetapi aku bisa menyaksikan bagaimana proses bersejarah bagi anak ketigaku itu berjalan. Dan subhanallah ... kepala kecil itu mulai nampak, dan brul ... lahirnya Zhafira di tangan dokter yang langsung di serahlan ke perawat agar dibersihkan. Tak ada tangis dalam beberapa saat, baru setelah itu ... pyar ngoek ngoek ngoek ... Alhamdulillah ya Allah .... Aku sujud syukur di tempat itu pula. ku benamkan wajahku di keramik sambil berlinang air mata. Aku sendiri yang menunggui lahiran anak  ketigaku ...

Aku kembali bangkit untuk melihat proses lanjutan sambil mendapatkan ucapan selamat dari dokter Kharraci dan para perawat yang orang Alger dan Hongaria itu. Aku lihat ari-ari sudah keluar dan proses persalinan dinyatakan usai. Aku cium istriku sambil ke bisikkan I love you mama ... makasih ya atas perjuangannya untuk buah hati kita. Di pipinya pun mulai terasa basah karena meleleh air matanya. Dia pun juga mengucapkan hal yang sama, terimakasih ayah telah menemani dan proses panjang selama ini dan maafkan ya kalau ngerepotin," katanya.

Setelah kupeluk dan kucium dia, aku ambil anak ketiga kami dan aku sorongkan telingga kanannya ke mulutku, aku mulailah adzan. Allahu Akbar Allahu Akbar ... Setelah adzan usai, aku lanjutkan ke telingga kirinya ku bisikkan dengan agak lirik tak sekeras adzan kalimat untaian iqomat. Setelah semua prosesi sesuai ajaran agamaku itu usai, aku berdoa untuk si bayi dan kuakhiri kecupan kening dan bibir sebagai rasulullah lakukan kapada cucunya sayyidina Hasan bin Ali.

Setelah itu, bayi Zhafiraku diambil bu suster untuk dipanaskan. Dan sejak itu, aku ambil kamera yang sudah kusiapkan untuk mendokumentasikan semua meomen indah dan bersejarah itu. Di lubuk hati terdalam, rasa syukur dan syukur kepada Allah dan semua yang telah membantu proses ini terus ku lantunkan sambil melakukan aktifitasku. Areta dan Hawra pun mulai masuk ruang persalinan dan melihat adik barunya. Mereka surprise dan meminta foto-foto. Ngantuk mereka hilang saat melihat ibunya dan adiknya dalam gendongan dan pelukan kami. Makasih ya Allah ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun