Mohon tunggu...
Muhammad Nur Hayid
Muhammad Nur Hayid Mohon Tunggu... -

ingin mengabdi untuk kemaslahatan, menjadi sinar bagi gelapnya kehidupan akhir zaman, seperti kanjeng nabi muhammad khoirul kholqi walbasyar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

5. Iqra' Surat Albayyinah ...

17 September 2012   12:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi itu kami dikumpulkan di ruang tamu saudaranya Pak Haji Fadil, tempat singgah kami malam itu. Sambil sarapan pagi, kami berkenalan dengan sang pemilik rumah yang punya tempat jahitan itu. Setelah proses kenalan dan sarapan kami anggap cukup, kami minta izin kepada tuan rumah untuk berangkat menuju lokasi tes dengan naik becak karena memang lokasinya tidak terlalu jauh. “Matur nuwun atas semua bantuan dan tumpangannya ya pak, semoga Allah membalas semua kebaikan ini dengan kebaikan yang banyak,” demikian kata Kiai Fadil saat itu sebelum mengucap salam perpisahan kepada tuan rumah.

Setelah keluar dari rumah yang kami tumpangi, awalnya kami akan menyewa Temo, angkutan yang separo taksi dan angkot, namun karena tidak kunjung lewat, kami pun memutuskan untuk naik becak karena kami takut telat tiba di lokasi ujian mengingat waktu yang semakin siang. Sesampainya di kantor Depag wilayah, kami langsung melakukan registrasi dan langsung dilakukan penempatan peserta ujian.

Aku yang didampingi Cak Karim saat itu langsung melihat ruang ujian yang ada di sebelah kanan kantor Depag. Sementara temanku Syamsul dan Faiza berada di tempat tes lainnya. Sekitar 2 jam, kurang lebih, kami mengikuti seleksi masuk MAPK dan prosesi ujian tes tulis dan wawancara. Sementara pak Kiai Fadil dan Cak Karim terlihat ikut menggerombol dengan para pengantar peserta lainnya. Aku masih ingat betul pertanyaan yang diajukan kepadaku dalam sesi wawancara saat itu, meskipun aku sudah lupa nama pengujinya karena dia bukan guru MAPK Jember.

Beberapa pertanyaan yang saya tak bisa lupakan saat itu adalah soal hapalan Alqur’an juz 30. “Iqro’ surat Attin,” kata pengujiku saat itu, dan aku baca dengan lancar surat attin saat itu, kemudian lompat “iqro surat altatfif,” tambahnya, dan aku langsung baca dengan lancar surat yang dimulai dengan ayat ‘wailul lilmuthaffifin’ itu. Dan terakhir aku diminta membaca surat albayyinah yang berbunyi ‘lam yakunilladzina kafaru min ahlilkitabi ... Disnilah aku agak agak grogi dan ada yang kebolak balik bacanya saat mengulang kalimat innallazina amanu dan innalazina kafaru. Namun aku tetap percaya diri karena akhirnya aku bisa selesikan hapalan surat albayyinah itu dengan baik meskipun ada yang diajari sedikit.

Sementara untuk wawancara dengan mengunakan bahasa arab dan ingris, aku merasa nilainya hampir sempurna karena aku bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan tegas, termasuk saat wawancara soal pengetahuan agama dan umum serta motivasi belajar di MAPK. Saat itu, aku disuruh menjelaskan diri saya dengan mengunakan bahasa arab dan ingris sebelum ditanya apa tujuan sekolah di MAPK yang harus dijawab dengan bahasa arab. Setelah sekitar 2 jam proses ujian dari meja ke meja itu aku pun merasa lega dan optimis lulus karena hampir bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Aku pun langsung menemui para pengantarku yang sedang menunggu di depan halaman kantor depag di bawah pohon rindang.

Aku lihat temanku Syamsul dan Faiza sudah tiba duluan dan mereka langsung bertanya, “Bagaimana ujiannya, lancar? Kata Kiai Fadil. Dan langsung ku jawab dengan ucapan syukur, “Alhamdulillah, semua lancar. Doakan saa semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita,” jawabku. Syamsul pun juga menjawab yang sama. Alhamdulillah, lancar pak,”. Demikian halnya dengan Faiza juga menjawab lancar. Setelah semua proses ujian selesai, kami kembali ke tempat singgah untuk mengambil tas yang kami simpan di sana.

Setelah tes pagi sampai siang itu, tugas kami tinggal menunggu hasil ujian dan pengumuman kelulusan. Sementara, untuk menghibur diri sehabis ujian dan tes yang melelahkan ini, kami diajak keliling kota pahlawan dan mampir lagi ke kebun binatang Surabaya, eih senangnya saat itu rasanya. Kami pun sempat juga jalan-jalan di mal tunjungan Surabaya. Setelah puas kami jalan-jalan, sementara saat itu jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Kami putuskan melakukan salat duhur jamak taqdim di masjid daerah kota Surabaya, lalu kami pun langsung menuju terminal Purabaya di Bungurasih Surabaya. Terminal ini pada awal peresmiannya merupakan terminal kebanggaan Jawa Timur karena termasuk terminal terbesar di Asia. Kami pun langsung mencari bus jurusan Jember atau Banyuwangi yang lewat lumajang, karena kami akan turun di terminal Menak Koncar, Wonorejo Lumajang.

Setelah beberapa menit menunggu, bus yang akan membawa kami pun memasuki ruang penumpang dan kami langsung menaikinya bersama rombongan. Setelah kami letakkan tas dan pantat kami di kursi, Pak Kiai Fadil pun mulai membuka percakapan soal ujian kami pagi tadi. Aku dan Syamsul pun menjawab, ada yang bisa diselesaikan dan ada juga yang tidak, sementara Faiza kuliat mulai mengantuk dan merebahkan kepalanya ke kursi. Namun demikian, dalam hati kecilku saat itu, aku optimis dan kemungkinan besar aku lulus, insyallah. Meskipun aku merasa masih ada sedikit kekhawatiran karena ada beberapa hapalan yang gagal aku tuntaskan khususnya surat Albayyinah tersebut.

Aku pun ingat beberapa penjelasan para senior di MAPK yang menjadi pembantu dalam persiapan tes ujian masuk bahwa, nilai hapalan menjadi salah satu faktor penentu juga. Tetapi, kembali kepada nasihat bapak dan ibuku di rumah, bahwa setiap usaha yang sudah dilakukan dengan total dan kerja keras, insyallah hasilnya akan maksimal. Sebab itu janji Allah dan Allah tidak akan pernah ingkar janji. Selebihnya setelah kita berusaha maksimal, yang kita bisa lakukan hanyalah tinggal berdoa sambil pasrah dan tawakkal kepada Allah, sebagaimana firman Allah ‘faida azamta fatawakkal ala Allah’. Bahwasanya jika hasil yang keluar itu nantinya tidak seperti yang kita harapkan, berarti memang Allah tidak mengizinkan kita di tempat itu dan yakinilah bahwa Allah sayang kepada kita dan sedang menyiapkan tempat lain yang lebih baik buat kita, karenamemang Allah maha tahu.

Dan ini juga sesuai dengan nasehat Kiai Fadil yang mengambil hikmat dari firman Allah yang maknanya, mungkin kamu suka sesuatu tetapi itu ternyata berakibat buruk kepadamu, sebaliknya juga demikian, maka pasrahkanlah kepada Allah segala urusan itu dan ihlaskanlah semua ketentuan dan ketetapan Allah, niscaya kamu akan menjadi orang-orang yang beruntung. Ketika ingat nasehat itu, saya langsung tenang dan bersyukur karena telah menjalani satu proses dan tahap perjalanan hidup saya.

Seiring dengan nasehat itu, aku pun terlelap dalam bus yang membawaku ke Lumajang sampai aku pun dibangunkan sekitar pukul 7 malam. “Bangun … bangun. Sudah sampai. Ayo turun,” kata Cak Karim yang sudah menenteng tas. Aku pun membuka mata dan kulihat bus yang membawaku tadi sudah berhenti di terminal minyak koncar. Aku ambil tas yang ada di bawah kakiku, dan aku langsung melompati kursi karena takut terbawa bus menuju Jember. Setelah kami turun dari bus malam itu, kami langsung naik mobil jemputan keluarga Cak Karim berupa carry. Setelah sampai di kampungku, aku langsung diantar pulang ke rumah oleh Cak Karim. Alhamdulillah, setelahsampai rumah, kami pun berpamitan dengan para pengantar setiaku itu, dan tak lupa keluargaku juga mengucapkan terima kasih atas bantaun beliau berdua selain bersyukur kepada Allah karena kami sampai dengan selamat.

Dan malam itu pun kami kembali berkumpul dengan keluarga di rumah. Bunyi jangkrik dan kodok mulai aku nikmati kembali, karena mereka itu ternyata sedang bertasbih dan berzikir kepada tuhanNya. Setelah ku rebahkan badanku yang mulai terasa capek di kasur, anganku pun melayang, “Seperti mimpi, begitu cepat waktu berlalu dari berangkat, kini aku sudah di kampung lagi untuk menunggu hasil ujian di Surabaya itu,” gumamku pendek lalu aku terlelap lagi. Kegiatanku di rumah setelah ujian itu tinggal menunggu hasil ujian. Aku pun kembali kepada kehidupan sehari-hariku seperti sebelumnya, membantu orang tua mulai dari bersih-bersih rumah, ikut ke sawah dan kadang-kadang mengantar makanan sarapan pagi untuk para pekerja bapak di sawah. Semantara sore hari aku masih mengaji seperti biasa di pesantren sebelah rumah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun