Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat sudah memastikan untuk tidak akan menggeser tanggal pelaksanaan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang ditetapkan sesuai jadwal, yakni 29 Agustus 2013. Kini saatnya menghitung hari sambil menyiapkan segepok pundi-pundi hasil tabungannya selama ini untuk modal kampanye
Ada empat pasangan yang bakal maju dalam pilgub Jatim nanti, masing-masing:
Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2013:
1. Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa)
Wow, ternyata pasangan Karsa ini didukung sepuluh parpol yang memiliki kursi di DPRD Jawa Timur yakni, Partai Demokrat (24 kursi), Golkar (11 kursi), PKS (7 kursi), PAN (7 kursi), Gerindra (8 kursi), PPP (4 kursi). Kemudian, dari Partai Hanura (4 kursi), PKNU (5 kurs)i, Partai Damai Sejahtera (1 kursi), Partai Bintang Reformasi (1 kursi).
2. Eggy Sudjana-Muhammad Sihat (pasangan dari jalur independen atau nor palpol).
3. Bambang DH-Said Abdullah didukung satu parpol saja PDI Perjuangan. Kedua figur ini pun merupakan politisi PDIP. Bambang DH merupakan mantan Wali Kota Surabaya, dan saat ini menjabat Wakil Wali Kota Surabaya. Ada pun Said, pria asal Sumenep, Madura, yang masih duduk sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PDIP.
Pada Pilgub Jatim 2013, selain Partai Demokrat, PDIP juga memiliki kuota bisa mengusung calon tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Di DPRD Jatim, PDIP memiliki 17 Kursi atau setara dengan 17 persen suara sah di Pemilu 2009 lalu. Sementara persyaratan untuk mengusung sebanyak 15 persen kursi di parlemen atau setara dengan 15 persen suara sah.
4. pasangan Khofifah Indar Parawansa (ketua PP Muslimat NU) dan Irjen Pol Herman S Sumawiredja yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur sempat tidak diloloskan KPU Jatim, kali ini didukung dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memiliki basis NU di Jawa Timur.
Dengan adanya Khofifah, dukungan PKB terpecah belah, dari PKB kubu Muhaimin mendukung Khofifah, di kubu PKB lainnya, yakni KH Azis Mansyur, ketua Dewan Syura DPP PKB Jatim yang juga pengasuh Ponpes Tarbiyatun Nashi’in, Pacul Gowang, Jombang mendukung pasangan KarSa.
Khofifah (48 tahun) politikus PKB yang masih terbilang muda ini sebelumnya berkiprah dalam tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sempat menjadi anggota DPR dari tahun 1992 dan selepas runtuhnya orde baru hingga kini, Khofifah bergabung dalam tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PENDUKUNG PASANGAN
Dalam pemilihan gubernur Jawa Timur ini, partai demokrat beserta partai politik koalisi pendukung KarSa merencanakan akan menurunkan kekuatan sebesar 80%, mendekati kekuatan penuh, hal ini lantaran masuknya Khofifah yang dianggap sebagai pemecah suara kaum Nahdliyin (NU).
Masuknya pasangan Khofifah-Herman yang baru saja di disetujui sebagai Cagub-Cawagub Jatim setelah melewati masa gugatan KPU Jatim, membuat sosialisasi nomor pasangan ini menjadi terlalu singkat sehubungan dengan waktu pemilihan yang telah ditetapkan yakni 29 Agustus 2013 nanti.
Meski demikian Khofifah tak gentar dan bertambah semangat, setelah mendapat kepastian dukungan PKB kubu Muhaimin dan 8 partai nonparlemen, sudah cukup modal baginya untuk maju dalam Pilgub 29 Agustus mendatang.
"Dukungan 8 partai nonparlemen dan PKB sudah cukup buat saya berlayar (maju Pilgub) karena sudah mengantongi sekiutar 16,48 persen suara di Jatim," terang Khofifah kepada Surya.co.id, usai pidato politik dalam acara Harlah Muslimat NU ke-67 'Jalin Silaturrahmi Pimpinan NU Beserta Banom se-Korda Madiun untuk Mengawali NKRI' di Tambak Kemangi Resort, Ponorogo, Selasa (12/3/2013) siang.
Pasangan Khofifah ini diprediksi akan memperoleh separuh kemenangan, lantaran sempat tersingkirkan dalam drama politis Jawa Timur. Basis massa pendukung Khofifah di Jatim adalah warga NU ini, tidak menutup kemungkinan akan menyalurkan hak pilihnya setelah dikecewakan (diprediksi Golput) dengan dicoretnya Khofifah dari Cagub Jatim beberapa waktu lalu yang menunjukan gambaran buruk anti demokrasi yang dilakukan oleh lawan politiknya dengan campur tangan lembaga penyelenggara pemilu.
Sejumlah survei yang dilakukan beberapa lembaga menyebutkan bahwa Khofifah memiliki popularitas tinggi dan merupakan lawan terberat pasangan petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf.
Kekecewaan publik terhadap buruknya tata cara berdemokrasi di pilgug Jatim ditambah lagi terbelahnya dukungan PKB, dalam hal ini ke kubu KarSa dan kubu Khofifah menambah keberuntungan tersendiri bagi kandidat lainnya yakni pasangan Egi Sudjana-Muhammad Sihat (Independen) dan Bambang-Said (PDIP).
Kesempatan ini tidak dibiarkan percuma, kali ini PDIP dengan segala kekuatannya menurunkan kader-kadernya antara lain, Megawati (Ketua Umum PDIP),Jokowi Widodo (Gubernur DKI Jakarta, Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), Rieke Dyah Pitaloka (Anggota DPR) dan lain-lain.
Kali ini PDIP ingin menunjukkan kemampuannya dalam permainan tunggal strategi politik di Jawa Timur, yang sebelumnya berhasil memenangkan Ganjar-Heru sebagai Gubernur & Wakil Gubernur Jawa Tengah tanggal 23 Mei 2013 lalu yang hanya didukung dari PDIP saja, sedangkan pasangan Bibit Waluyo-Sudijono didukung dari tiga partai besar yakni Demokrat, Golkar dan PAN, dan pasangan lainnya Hadi Prabowo-Don Murdono di dukung dari PKS, Gerindra, PPP, PKB, Hanura dan PKNU. Pada pilgub Jawa Tengah itu, pasangan Ganjar-Heru (PDIP) menang telak 48,82% dari pasangan Bibit-Sudijono (Demokrat, Golkar & PAN) yang hanya 30,26%.
Tak tanggung-tanggung, PDIP menerjunkan pula 19 bupati sebagai kantung-kantung suara PDIP dari 29 kabupaten se-Jawa Timur, sehingga PDIP dalam perhitungan di atas kertas sudah dapat diunggulkan.
JURKAM DADAKAN
Pilkada Jatim menjadi batu loncatan peta politik pileg dan pilpres 2014 nanti, dengan mengetahui persentase arah suara pemilih, maka dapat terbaca peta politik kekuatan partai.
Ada sisi lain yang menarik untuk di simak, dari Jumlah pemudik di Jawa Timur pada tahun 2013 diprediksi akan melonjak. Data dari Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dihub LLAJ) Jatim, pada tahun ini pemudik di Jatim diprediksi mencapai 8,9 juta orang. Angka tersebut mengalami kenaikan 8,9 persen dari tahun 2012 lalu yang hanya sebesar 8,4 juta pemudik.
Akan kah mereka mampu menjadi juru kampanye dadakan bagi partainya masing-masing? Namun kemanakah arah partai yang dituju dapat terlihat dari seberapa banyak pemudik yang menggunakan jasa transpotasi untuk kelas-kelas tertentu (Ekonomi, Bisnis, VIP).
Semoga para pemudik menjadi Jurkam yang layak dihandalkan dengan menyampaikan hal-hal yang sebenarnya dari hasil-hasil capaian kepala daerahnya yang ia ditempati dengan demikian maka para pemilih akan memperoleh pencerahan dan fakta-fakta lapangan ketimbang yang diperoleh dari jurkam partai yang berupa bualan-bualan belaka.
Dengan mengetahui kekuatan politik Jawa Timur, maka terbacalah keinginan rakyat sesungguhnya, memilih partai koalisi, agama atau partai oposisi.
Salam Mudikers.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H