KIJANG YANG MENURUT
Aku menikmati nasi Jamblang yang sudah mulai dingin. Selepas kedatangan laki-laki bernama Bawono yang menantang ayah lalu berhasil dikalahkan, pikiranku justru menjadi tidak tenang. Aku memakan nasi Jamblang ini dengan tidak berkonsentrasi pada aktivitas makan.
"Hei.. jangan melamun... ayo dimakan dulu.. .habiskan...", ucap ayah menyadarkan lamunanku sambil tersenyum.
"Eh.. iya Yah, ini dimakan...", jawabku sekenanya.
Tidak berapa lama, kami semua sudah selesai menghabiskan nasi Jamblang yang ada. Kuteguk air minum yang ada di botol yang ayah bawa. Rasanya segar sekali tenggorokan ini. Aku bersyukur pada Allah atas nikmatnya makanan dan aktivitas memakan yang telah kulakukan. Kata ayah, ada makanan yang enak dan nikmat namun tidak bisa dinikmati. Hal itu disebabkan karena masalah fisik dan masalah perasaan. Misalnya, saat seseorang menderita suatu penyakit berat maka apapun makanan yang sebelumnya nampak enak dan nikmat menjadi hilang semua kenikmatannya. Juga saat seseorang sedang dilanda masalah non fisik seperti misalnya stress, banyak pikiran, atau yang sejens itu maka makanan yang paling enak dan nikmatpun berasa hambar saja. Maka ketika seseorang dapat melakukan aktivitas makan dengan baik, saat itu ia sedang diberikan nikmat yang banyak dari Allah. Hal itu harus disyukuri.
"Siapapun yang mensyukuri nikmat Allah, maka akan ditambahkanlah nikmatNya...", aku terngiang ucapan ayah.
Selesai makan, keringat mulai keluar dari pori-pori kulitku. Rasanya tubuh ini sangat bertenaga.
"Ayah, apakah laki-laki bernama Bawono itu nanti akan datang lagi?", tanyaku penasaran.
"Ayah tidak tahu nak. Tapi untuk saat ini, dan dalam waktu dekat, ayah yakin dia tidak akan datang menemui kita lagi...", jawab ayah sambil tersenyum.
"Ayo kita mulai latihan...", lanjut ayah.
Aku mengangguk.