Mohon tunggu...
Masganti Sitorus
Masganti Sitorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Sumatera Utar Medan

Saya suka menulis hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tut Wuri Handayani: Filosofi Pendidikan Modern

25 Maret 2023   09:14 Diperbarui: 25 Maret 2023   10:01 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tut Wuri Handayani merupakan salah satu Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Tut Wuri Handayani telah menjadi ikon pendidikan Indonesia. Semua baju yang dipakai siswa sekolah dasar sampai sekolah menengah telah menggunakan logo Tut Wuri Handayani.   Tut Wuri Handayani bermakna seorang pendidik menempatkan dirinya di belakang peserta didiknya sebagai pengamat, pemerhati, pemberi semangat, pendorong moral bagi peserta didiknya ketika belajar. Pendidik harus memerdekakan anak ketika belajar dan memberikan  perhatian sepenuhnya ketika anak membutuhkan petunjuk dan arahan dalam proses belajarnya. Meskipun anak TK/PAUD belum menggunakan logo ini dalam pakaian sekolahnya, namun guru PAUD wajib menggunakan konsep ini dalam pembelajarannya.

Bagaimana konsep ini ketika diterapkan kepada anak usia dini? Jawabnya ada tigal hal yang sebaiknya dilakukan guru.

Mengurangi pemberian contoh 

Saat ini hampir semua guru memberikan dalam setiap kegiatan belajar anak. Misalnya memberi contoh gambar yang harus ditiru anak. Peniruan sebaiknya hanya berkaitan dengan pembelajaran agama dan moral. Untuk pengembangan kreativitas, seperti menggambar atau membuat sebuah produk sebaiknya guru memberi kesempatan anak mencoba tanpa contoh,   kecuali jika anak-anak benar-benar memerlukannya. Kreativitas memerlukan keaslian dan inovasi sehingga buru-buru memberikan contoh dapat mengurangi keberanian anak mencoba ide-idenya.

Memberi Kesempatan Anak Memilih kegiatan belajar yang diminati anak

Pembelajaran model sentra sebenarnya dirancang agar anak dapat memilih kegiatan yang diminatinya. Misalnya dalam sentra persiapan ada banyak media pembelajaran yang berkait aksara dan anak. Sentra ini dapat menfasilitasi anak agar dapat belajar sesuai dengan minatnya. Anak yang suka dengan kegiatan menggambar dapat memilih menggambar atau mewarnai angka sambil mengenal berbagai bentuk angka dan cara menghitung, mengurangi, atau menjumlahkannya. Guru harus sabar jika anak memilih cara berbeda dalam belajar angka dan mendapatkan hasil yang berbeda pula. Minat belajar yang tumbuh sejak usia dini sangat bermanfaat untuk kegiatan belajar pada usia selanjutnya.

Mengamati, Mencatat, dan Memberikan Bantuan

Dalam pembelajaran sebaiknya guru menempatkan dirinya sebagai pengamat, pencatat, dan pemberi bantuan jika dibutuhkan. Hasil pengamatan guru yang dicatat secara detail dapat menjadi informasi yang berharga bagi guru, anak, dan orang tua dalam mengenali kemampuan dan minat belajar anak. Hasil catatan pengamatan guru dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan bantuan kepada anak sesuai dengan kebutuhannya. Guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan anak dalam belajar. Guru perlu memberikan bantuan pada kekurangan anak dan mengoptimalkan kelebihan anak dalam belajar. Berikan bantuan ketika anak membutuhkan, sehingga bantuan bermanfaat bukan memberi mudharat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun