Mohon tunggu...
Masganti Sitorus
Masganti Sitorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Sumatera Utar Medan

Saya suka menulis hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kerelaan Hati Seorang Ibu

12 Maret 2023   11:40 Diperbarui: 12 Maret 2023   11:56 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Fir’aun telah bermimpi bawa dirinya akan dibunuh oleh salah seorang laki-laki dari kaum Bani Israil. Meskipun Fir’aun telah mengaku dirinya Tuhan, tapi dia sangat takut mati terbunuh. Untuk menghindari mimpinya menjadi kenyataan,  Fir’aun telah memerintahkan Hamman dan para tentaranya  untuk membunuh setiap anak laki-laki yang lahir dari kaum Bani Israil dan membiarkan anak perempuannya hidup (Q.S. al-Qasas/28:4) Dalam kondisi seperti itu, Nabi Musa dilahirkan.  Ibu Nabi Musa sangat takut jika anaknya juga akan dibunuh Fir’aun. Dia telah menyembunyikan kehamilannya agar tidak diketahui bala tentara Fir’aun. Tetapi ketika anaknya lahir rasa takutnya semakin besar.  Dia berdoa tanpa henti kepada Allah agar anaknya diselamatkan dari kekejaman Fir’uan.

Allah menjawab doa Ibu Nabi Musa. Ketika Musa telah dilahirkan, Allah memerintahkan ibu Nabi Musa menyusukan anaknya (Nabi Musa yang masih bayi) dan memasukkan anaknya ke dalam peti dan menghanyutkannya ke sungai Nil yang besar kemungkinan akan sampai ke pemandian istri Fir’aun. Sebagaimana difirmankan Allah yang artinya:

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul (Q.S. al-Qasas/28: 7) 

Dengan keyakinan yang sangat kuat kepada Allah, Ibu Nabi Musa mengikuti perintah Allah meskipun hatinya sangat sedih harus berpisah dari bayinya,  tetapi dia menyakini Allah akan mengembalikan anaknya. Apalagi Allah telah menjanjikan anaknya akan menjadi Rasul-Nya. Untuk memenuhi janji-Nya, Allah telah menyampaikan peti yang berisi bayi tersebut ke pemandian Asiah (istri) Fir’aun. Melihat Nabi Musa yang masih bayi, Asiah jatuh hati dan bermohon kepada Fir’aun agar tidak membunuhnya. Rasa cinta Fir’aun kepada istrinya membuatnya memenuhi permintaan istrinya, meskipun pada hakekatnya dia sangat tidak setuju.

Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir´aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir´aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. Dan berkatalah isteri Fir´aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedang mereka tiada menyadari (Q.S al-Qasas/28: 8-9)

Mengetahui anaknya telah dipungut oleh Fir’aun hati ibu Nabi Musa semakin sedih. Dia takut anaknya akan dibunuh atau disiksa. Tetapi Allah memenuhi janjinya dengan mengembalikan Musa kepada ibunya. Allah tidak membenarkan Nabi Musa menyusu kepada wanita lain. Asiah bingung karena Musa tidak mau menyusu kepada ibu susu atau minum air susu yang disediakan, sehingga dia mengumumkan mencari perempuan yang dapat menjadi ibu susu Musa. Saudara perempuan Nabi Musa yang mengikuti adiknya ketika dihanyutkan atas perintah ibunya, menawarkan keluarganya (ibunya) menjadi ibu susu dan pengasih Nabi Musa kepada Asiah. Akhirnya Musa dikembalikan Allah kepada ibunya (Q.S. al-Qasas/28:10-13).

Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah) (10). Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya (11). Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?"(12) Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya (13).

Kisah ini menunjukkan seorang ibu rela melakukan apapun dan mengorbankan segalanya demi anaknya. Meskipun dia sedih, khawatir, dan takut tetapi dia tetap akan melakukan yang terbaik untuk anaknya. Kisah ini menunjukkan kasih sayang ibu yang tidak terbatas, mencintai anak lebih dari mencintai dirinya sendiri, teguh hati dalam mengikuti ajaran Allah, cerdas, pemaaf, dan lemah lembut. Sifat-sifat ini sangat perlu dimiliki para ibu pada saat ini yang tanpa sengaja mendahulukan kepentingan dirinya dari kepentingan anak-anaknya. Wallahu A’lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun