Ada berita yang menarik ketika penulis membaca berita koran Republika pada hari ini 25 Oktober 2016, tentang pemeriksaan Ahok oleh polisi. Sinyal ini penulis bertanya mungkinkah Pak Ahok akan ditangkap polisi? Jika benar itu terjadi, tentu saja seluruh teman Ahok akan merasa kecewa. Para pendukung Anies dan Agus mungkin akan merasa sangat lega, sebab sebentar lagi akan menggoreng isu Ahok yang ditangkap polisi.
Judul yang menarik penulis temukan di Koran Republika yaitu “Seusai Temui Jokowi, Ahok diperiksa Polisi” (Republika, 25 Oktober 2016, hal. 2). Pak Ahok dipanggil polisi untuk diperiksa dalam kasus dugaan penistaan agama di Bareskrim Polri, Senin (24/10). Pak Ahok dijerat dugaan kasus penistaan agama saat memaparkan program perikanan di kepulauan Seribu, akhir bulan lalu (Republika, 25 Oktober 2016, hal. 2).
Menjelang pilkada tahun bulan Februari mendatang, segala usaha dan strategi dilakukan oleh tiga pasangan calon. Berita tentang pemeriksaan Ahok oleh polisi tentu saja ditunggu oleh lawannya yaitu Anies dan Agus. Sebab, berita seperti ini adalah isu menarik yang dapat digoreng melalui media sosial dan media massa yang lain.
Pertanyaan yang muncul adalah kenapa Ahok menemui Jokowi? Ada hubungan spesial apa antara Ahok dengan Jokowi? Pertanyaan ini sepertinya memerlukan jawaban yang panjang dan rumit. Ada isu yang berkembang selama ini, Ahok memang dekat dengan orang nomor satu di Indonesia. Sehingga, ada semacam jaringan yang struktrual yang terjadi antara Ahok dan Jokowi.
Ahok dan Jokowi memang pernah duduk bersama memimpin DKI. Pada waktu itu Jokowi menduduki DKI 1 sedangkan Ahok sebagai DKI 2, namun tidak selesai. Sebab, Jokowi sudah kadung menjadi Presiden RI mengalahkan Prabowo Subianto. Ahok akhirnya melenggang dengan bebas menduduki DK1. Perjalanan yang sangat mudah dan tanpa didahului proses pemilihan umum.
Beberapa isu media juga menyebutkan, bahwa Ahok dekat dengan beberapa taipan (pengusaha) China. Ada isu santer menyebutkan, bahwa Ahok memang secara khusus didanai oleh para taipan-taipan tersebut. Benar atau tidaknya, memang masih harus ditelusuri secara mendalam. Paling tidak Ahok adalah berdarah Tionghoa jadi bukan tidak mungkin memilki ideologi yang sama dengan para taipan tersebut.
Tidak mudah memang untuk membenarkan isu yang berkembang tentang Ahok. Isu tentang korupsi Sumber Waras dan Reklamasi juga pernah menjadi headline media massa. Tapi, beberapa waktu setelahnya, isu-isu tersebut hilang begitu saja. Media massa tidak pernah memberitakan lagi dugaan kasus korupsi tersebut. Benarkah memang Pak Ahok tidak korupsi? Bagaimana dengan proyek Reklamasi?
Pak Ahok memiliki satu point kemenangan di atas Anies dan Agus, yaitu tentang kedekatan dengan RI 1. Titik penting ini yang secara langsung atau tidak, akan dimanfaatkan oleh Pak Ahok. Hubungan kedekatan sewaktu memimpin DKI masih akan berlanjut. Apalagi, dukungan Ahok semakin kuat dengan kehadiran PDI perjuangan. Pak Ahok juga kandidat petahana sehingga memiliki akses yang mudah pada jaringan birokrasi di Jakarta.
Sepertinya, Anies dan Agus harus benar-benar berjuang untuk merebut kursi DK1 dan mengalahakan sang petahana. Kelemahan yang mungkin terjadi adalah pecahnya pemilih muslim di Jakarta. Penulis memprediksi, bahwa umat Islam di Jakarta akan terbelah dua yaitu separoh ke Anies dan separoh lagi ke Agus. Kondisi ini yang sangat menguntungkan bagi Ahok sebagai petahana .
Tentu saja, ada beberapa bagian masyarakat muslim yang masih mau memilih Ahok menduduki DKI 1. Ada beberapa umat Islam di Jakarta yang menganggap sah-sah saja Jakarta dipimpin bukan oleh orang yang beragama Islam. Sebagai contoh adalah kubu PPP (P3) pimpinan Djarot yang sudah resmi mendukung Ahok. Nampaknya, dewi fortuna (keberuntungan) memang masih mejadi milik Ahok. Seluruh teman Ahok nampaknya tidak perlu lagi melakukan usaha yang terlalu sulit.
Perjalan masih akan memakan waktu kurang lebih 4 bulan lagi. Ketiga calon tentu saja telah mempersiapkan strategi pemenangan. Anies bisa saja diuntungkan dari pemilih yang berstatus akademisi. Pasalnya, selama ini Anies Baswedan memang seorang akademisi dan dekat dengan Akademisi. Pak Anies adalah penggagas program yang cukup bergengsi yaitu Sekolah Mengajar Indonesia. Progam ini cukup mengangkat citra Anies Baswedan sebagai bapak pendidikan Indonesia pasca Reformasi. Pak Anies juga memiliki kemampuan retorika yang sangat bagu dan khas. intonasi dan gaya Pak Anies sangat runut sehingga membuat orang yang mendengarnya terkesima.