Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Capres dan Nasib Guru

15 Februari 2019   14:03 Diperbarui: 16 Februari 2019   04:22 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://www.tribunnews.com

Beberapa waktu viral di media sosial, seorang siswa di Jawa Timur yang menantang gurunya. Siswa tersebut dengan konyol menantang gurunya. Sang guru, dalam video tersebut, nampak diam dan tidak melawan.

Kisah tersebut sebenarnya hanya fenomena gunung es. Tentu, masih banyak kasus lain yang tidak terekspos oleh media. Pendidikan kita melahirkan peserta didik yang hanya mengejar nilai akademik. Pendidikan moral seakan tidak menjadi nilai yang harus dikejar.

Potret pendidikan kita yang acak adul ini, pada debat kedua nanti, nampaknya dilupakan. Tidak ada jam khusus dalam debat yang mengelaborasi pendidikan kita. Padahal, jika mau jujur, seluruh persoalan bangsa ini, baik atau buruk, pondasinya adalah pendidikan.

Pendidikan dan segala keluh kesah guru, dianggap tidak penting untuk diperdebatkan oleh dua capres. Guru yang ditantang oleh murid pada video tersebut merupakan korban sistem pendidikan. Negara belum hadir untuk menjamin hak hidup yang layak bagi seorang guru. Lebih kritis lagi, pemerintah sepertinya belum ikhlas menyelesaikan pendidikan di Indonesia.

Pada saat kasus video murid menantang guru tersebut, banyak guru honorer yang menuntut haknya. Sekian ribu guru honorer yang telah mengabdi puluhan tahun, meminta untuk diangkat sebagai pegawai negeri. Tetapi, tuntutan itu nampaknya hanya dianggap angin lalu.

Jika guru honorer tidak mendapatkan kesejahteraan yang layak, lalu bagaimana bisa mendidik dengan baik. Guru honorer yang meminta kesejahteraan, bukanlah mesin yang tidak memiliki kebutuhan. Selain mengajar, mereka juga memiliki anak dan istri yang harus diberikan sandang, pangan, dan papan.

Penulis menemukan seorang lelaki tetangga rumah mengatakan dengan nada kesal.

"Buat apa pemilu presiden? Toh nasib saya tetap begini saja. Mau coblos atau tidak, saya tetap punya presiden. Presiden mana yang peduli dengan nasib keluargaku mas..."

Dia seorang guru honorer yang sudah puluhan tahun mengabdi. Saat usianya sudah lebih dari 35 tahun, kesempatan menjadi PNS itu selesai. Pengabdiannya selama ini untuk negara, tidak membuatnya hidup layak.

Maka, tidak adanya tema pendidikan dalam debat capres ini, kita harus bertanya. Kenapa tema pendidikan tidak dibahas? Mungkinkah pendidikan di negara ini dianggap tidak penting?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun