Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Capres, Pendidikan Dianggap Tidak Penting

23 Januari 2019   13:50 Diperbarui: 23 Januari 2019   14:10 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begini kata Nelson Mandela tentang pendidikan "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world" https://www.kutipkata.com). Bahwa, bagi Mandela sang tokoh pembebas bangsa kulit hitam ini, pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk meubah dunia. Tanpa pendidikan, tentu sebuah bangsa mudah terjajah oleh bangsa lain. 

Debat capres pertama telah selesai digelar. Meskipun masih banyak kritik agar pelaksanaan debat diubah metodenya. Sebagian masyarakat mungkin kecewa dengan debat yang telah dilaksanakan. Tetapi itu harus dianggap hal lumrah untuk evaluasi KPU sebagai tim penyelenggara debat capres. Ke depan, KPU harus netral dan tidak boleh ada intervensi dari dua kubu calon presiden.

Pada cataan pendek ini, penulis ingin menyampaikan uneg-uneg atau keluh kesah mengenai tema debat capres. Pada sesi pertama tema yang diangkat ada empat poin yaitu Hukum, HAM, Terorisme, dan Korupsi (https://www.cnnindonesia.com). Ada satu tema dari empat tema tersebut, menurut penulis penting tetapi justru tidak dianggap penting yaitu tema pendidikan di Indonesia.

Kita semua paham betul, seluruh tema yang dibahas tersebut adalah produk dari pendidikan. Toh selama ini memang pendidikan di Indonesia seakan dianggap tidak penting. Pendidikan bukan menjadi agenda utama pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Maka, sangat wajar, untuk mencari pemimpin negara kita masih bingung. 

Bukankah, pemimpin negara dan seluruh kabinet menterinya yang didukung oleh DPR merupakan hasil produk pendidikan? Jika pendidikan kita masih tidak layak, mungkinkah menghasilkan pemimpin negara yang mengerti seluruh persoalan bangsa ini.

Segala aspek dari kebangsaan dari ekonomi, politik, budaya, sosial, hukum dan lain-lain merupakan produk dari pendidikan. Tetapi justru pada debat pertama kemarin, tema pendidikan Indonesia malah tidak ada. Penulis sebenarnya sangat kecewa dengan tidak adanya tema debat mengenai pendidikan di Indonesia.

Kita semua tentu memahami, sudah sekian puluh tahun Indonesia merdeka, tetapi pendidikan kita masih belum berkembang. Hasil teknologi dari universitas masih kalah jauh dengan bangsa lain misalnya Cina dan Jepang. Apalagi dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika, negara kita tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Persoalan guru yang digaji 200 perbulan atau guru yang tidak mendapatkan kesejahteraan yang layak, seharusnya dibahas dalam debat. Kemudian, persoalan tidak meratanya pembangunan infra-struktur pendidikan, sangat mendesak untuk diselesaikan. Terdapat kesenjangan yang tinggi, antara pendidikan Jawa dan luar jawa, inipun persoalan serius, tetapi lupa dibahas atau memang sengaja dilupakan untuk tidak dibahas.

Penulis tidak mengerti kenapa, tema pendidikan tidak dibahas. Barangkali, bagi KPU atau capres yang berdebat, pendidikan di Indonesia masih baik-baik saja. Jika masalah pendidikan saja dilupakan, tidak mungkin negara ini memiliki sumbe daya manusia yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Akibat buruknya, justru bangsa kita yang akan dijajah oleh bangsa lain secara ekonomi, politi, sosial budaya, dan lain-lain.

Masih banyak persoalan pendidikan yang sejatinya menjadi akar pokok masalah carut marut bangsa ini. Tanpa pendidikan yang baik, sebuah bangsa akan mudah dijajah oleh bangsa lain. Kita harus mengakui bahwa untuk barang teknologi saja, belum mampu menciptakan. Misalnya teknologi HP Android, kita masih harus membeli dari Jepang atau Cina.

Kita bisa belajar dari bangsa Jepang. Negara ini maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, karena mengagungkan pendidikan. Mungkin begini filosofi bangsa Jepang:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun