Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

FTV Religi tetapi Isinya Penuh Mitos

11 Desember 2018   16:36 Diperbarui: 13 Desember 2018   13:42 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Muvindo TV)

Siang tadi saya pergi ke sebuah warteg untuk mencari makan. Hanya di warteg itulah, saya bisa makan. Harap maklum, kondisi keuangan yang setipis ATM. Pada tulisan ini saya ingin menuliskan tentang tontonan di warteg. Budaya menonton yang di warteg bisa menjadi representasi budaya menonton masyarakat kita.

Saya selalu jengah dan dongkol melihat tontonan di layar kaca (televisi). Jaman sudah masuk era postmodern, tema tontonan kita sepertinya tidak banyak berubah. Sejak saya kecil hingga sekarang, tontonan di layar kaca sungguh tidak mendidik. Tidak pernah ada kreatifitas yang meubah tontonan layar kaca menjadi tontonan yang edukatif.

Cobalah kita saksikan sejak beberapa tayangan FTV Religi di beberapa stasiun swasta. Judul yang digunakan menggunakan framing religi, tetapi isinya jauh dari apa yang disebut dengan religi. Masyarakat pada akhirnya hanya disuguhi tontonan yang justru penuh mitos dan kekerasan.

Siang tadi kebetulan, saat mampir di warteg, penunggu warung, sedang menonton FTV Religi "Azab". Warteg ramai dengan beberapa orang yang juga ikut menonton. Mereka terbawa emosi saat melihat adegan-adegan dalam tayangan televisi.

Saya tidak terlalu paham apa judul FTV tersebut. Tetapi beberapa adegan saya melihat. Saya mengatakan tema itu selalu diulang-ulang. Hanya menggunakan tokoh yang berbeda. Juga menggunakan sudut pandang yang sedikit berbeda.

Film "Azab" siang tidak menarasikan seorang suami yang kasar. Suami itupun malas bekerja dengan jujur. Ia membuka lapak service barang elektronik dengan tidak jujur. Kecurangan ia lakukan dengan mengambil onderdil resmi barang elektronik milik pelanggan. Tujuannya agar cepat rusak dan sang pelanggan balik lagi untuk service di tempat dia.

Narasi tokoh wanita (istri) digambarkan sebagai seorang yang sholehah. Simbol-simbol religius sang istri ditampilkan dengan jilbab besar yang dikenakan. Tidak hanya menggunakan jilbab besar, sang istri juga sering menegur suaminya agar melaksanakan shalat. Meskipun sang suami tetap menolak dan tidak mau diajak shalat. Istri tersebut masih sabar, meski berulang kali suami mencuri uangnya.

Film ini memiliki alur yang hampir sama dengan film Religi berbalut mitos di televisi yang lainnya. Narasi awal adalah lelaki ini terkena azab. Saat akan mati, tubuh gosong dan terbakar.

Narasi inilah yang selalu diulang-ulang dalam FTV Religi tetapi penuh mitos. Sang suami akhirnya tidak bisa dikuburkan sebab bumi menolak jasadnya. Alur cerita kemudian berjalan mundur dengan menceritakan kejahatan sang suami tersebut.

Film seperti itulah yang mendominasi pertelevisian Indonesia. Masyarakat kita disuguhi tontonan yang jauh dari mendidik. Dengan kondisi seperti wajar, cara berpikir masyarakat kita tertinggal dari bangsa lain. Tontonan yang ditayangkan tidak membuat masyarakat mau berpikir kritis.

Misalnya, adakah selama mitos-mitos yang ditayangkan dalam film itu benar-benar ada? Bukankah itu hanya sebuah mitos yang tidak bisa dinalar oleh akal? Jawabannya memang tidak ada. Kita juga mungkin akan menjawab, "tidak ada apa-apa film seperti itu. Masyarakat saja sangat suka menonton."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun