Ada berbagai kisah menyentuh hati dalam setiap perjalanan. Di sana ada sebuah pelajaran penting tentang kehidupan. Agar tidak hilang begitu saja, maka saya menuliskannya. Selalu saja di luar sana ada kisah-kisah hikmah yang bisa diambail sebagai pelajaran.
Malam tadi saya mencari makan makan malam. Pilihan menu malam ini adalah ayam bakar. Kaki saya melangkah ke persimpangangan Jalan Bangka Raya Jakarta Selatan. Jalanan sudah sangat macet. Riuh kendaraan kesana kemari. Di Kemang sedang diadakan Festival Pantun Pela Mampang.
"Mas, ayam bakar satu tambah tahu tempe..."
Saya memesan pada lelaki yang sedang sibuk berjibaku dengan asap. Membakar paha ayam yang dipesan oleh pembeli.
"Paha atau dada, minumnya apa?"
Lelaki muda itu sedikit senyum. Barangkali dia belum pernah belajar ilmu marketing. Senyum pada pembeli merupakan pendekatan psikologis. Berjualan tanpa senyum, jangan berharap pembeli akan datang lagi.
"Dada, minumnya air putih hangat..."
Kebiasan saya adalah setelah makan minum dengan air putih agak panas. Saya menghindari minum air es setelah makan. Saya juga menghindari minum teh apalagi minuman berkarbonasi. Dalam sebuah artikel yang pernah saya baca, minum es setelah makan berbahaya untuk tubuh. Tentu itu jika dilakukan terlalu sering.
Maka, saya memilih air putih hangat untuk menetralisir gula darah. Kebiasaan ini sudah lama saya lakukan. Ikhtiar untuk menjaga kesehatan tubuh, sangat perlu. Kebiasan makan yang tidak benar itulah yang terkadang menimbulkan banyak penyakit.
Sambil menunggu makan jadi, saya duduk sembari mengamati lalu lalang motor. Juga melihat orang-orang yang berjalan untuk menghabiskan malam minggu.
"Jakarta ramai sekali. Kalau di kampung malam minggu ditemani suara jangkrik"