Tak Bisa Kuliah Karena Miskin
Pendidikan di negeri ini bagi saya merupakan hal yang mahal. Tentu bagi saya, anak seorang buruh tani miskin, mimpi untuk masuk universitas saja tidak berani. Mendengar nama kampus, kami sudah keder atau ketakutan.
Selepas lulus SMK, saya pernah ingin kuliah di kampus negeri misal UGM, UNY, atau UIN Jogja. Tetapi, takdir tidak membawa saya masuk kampus itu. Kemiskinan itulah yang menyebabkan saya tidak mampu masuk.
Setelah lulus SMK itu pun, saya sangat minim informasi beasiswa. Pada waktu itu belum ada facebook atau media sosial seperti sekarang yang memudahkan akses informasi beasiswa. Jika ada beasiswa, orang tua saya tidak akan mampu membayar uang muka (uang gedung). Meskipun mendapatkan beasiswa tetap harus membayar uang gedung dan lain-lain.
Salah seorang anak dari paman waktu itu mendapatkan beasiswa masuk UGM. Dia lulus lewat penjaringan siswa berprestasi. Di UGM dia mengambil kuliah jurusan Teknik Sipil.
"Sangat beruntung teman saya ini. Bisa kuliah di UGM..."
Waktu itu saya iri dengannya. Ingin juga menjadi mahasiswa seperti dirinya. Dia pintar dan beruntung punya orang tua yang mampu membayar uang muka kuliah.
Jika tidak salah, waktu itu, meskipun mendapatkan beasiswa, dia masih harus membayar uang bangunan atau apalah, saya tidak tahu. Uang yang harus disetorkan kurang lebih Rp 15 juta sampai Rp 20 juta.
Mendengar uang sebesar itu, kuduk yang merinding. Mimpi saya untuk kuliah benar-benar saya kubur. Tanah pekarangan dan rumah bambu milik bapak, jika dijual tidak akan laku sebesar itu. Siapa yang mau membeli rumah berdinding bambu (gedek, kalau dalam istilah Jawa).
Kemiskinan memang menyakitkan. Pupus sudah harapan saya untuk masuk kuliah. setelah itu saya merantu ke Solo bekerja sebagai penggiling bakso. Bekerja serabutan apa saja, yang penting saya bisa mengirimkan uang untuk bapak dan simbok.
Meskipun begitu, keinginan untuk kuliah masih ada. Saya berharap, kelak bisa kuliah sambil bekerja. Saya yakin, akan sukses jika kuliah. Meskipun saya tidak bisa kuliah di kampus negeri seperti teman saya tadi. Saya berharap bisa kuliah di swasta sambil bekerja.