Mohon tunggu...
Masfufah Chiptoworohapsari MPd
Masfufah Chiptoworohapsari MPd Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Sahabat Teknologi Jatim

Seorang yang berani memeluk mimpi... Maju dan bangkit...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Cara Mendeteksi Kesulitan Belajar Siswa?

16 Januari 2014   16:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Oleh sebab itu, pendidikan di sekolah dasar saat ini wajib menerima semua calon peserta didik dengan segala keistimewaannya asalkan telah memenuhi usia masuk sekolah dasar, yaitu berusia tujuh tahun. Meskipun demikian untuk kedepannya akan ada sedikit hambatan di dalam pembelajarannya, misalnya mengalami kesulitan belajar atau kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-temannya.

Dalam pendidikan reguler di sekolah dasar sering dijumpai peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dikarenakan kemampuan dan kebutuhan siswa yang satu dengan siswa yang lain berbeda. Ada siswa yang cepat sekali dalam menerima pelajaran, ada yang sedang, adapula yang sangat lambat. Guru sebagai pemimpin di dalam kelasnya, harus cepat tanggap jika menjumpai hal yang demikian. Adanya pengelolaan yang cepat dan tepat oleh guru, dapat mengoptimalkan kemampuan siswa agar bisa turut bersaing di dalam kelasnya. Namun jika guru lambat dalam memberikan respon dan kurang tahu bagaimana cara mengatasi peserta didik yang heterogen tersebut, maka pembelajaran yang berlangsung di kelas akan kurang optimal dan daya saing antar peserta didik tidak seimbang.

Guru harus bisa yang memberikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa pada sekolah regular dalam satu kesatuan yang sistemik. Dalam melaksanakan pembelajarannya, guru harus mampu melibatkan seluruh peserta didik tanpa kecuali, meliputi: anak yang memiliki perbedaan bahasa, kekurangan gizi, tidak berprestasi, anak yang berbeda agama, dan sebagainya. Mereka dididik dan diberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan cara yang ramah dan penuh kasih sayang tanpa diskriminasi. Guru harus mampu menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat, menerima keanekaragaman, dan menghargai perbedaan. Guru juga mempunyai tanggung jawab menciptakan suasana kelas yang menampung semua anak secara penuh dengan menekankan suasana dan perilaku sosial yang menghargai perbedaan yang menyangkut kemampuan, kondisi fisik, sosial ekonomi, suku, agama, dan sebagainya.

Untuk menciptakan suasana kelas yang optimal, guru sedini mungkin harus bisa mendeteksi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami masing-masing peserta didiknya. Adanya komunikasi yang baik antara guru dengan peserta didik, diharapkan mampu membuat peserta didik untuk lebih bersikap terbuka dan mau menceritakan kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya. Oleh karena itu, dalam proses pendeteksian ini, guru pertama kali harus menciptakan hubungan yang baik dengan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun