Mohon tunggu...
Masfik Seven
Masfik Seven Mohon Tunggu... Freelancer - Pegiat Literasi

Bismillah! Lillah!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Sia-sia

6 November 2020   22:46 Diperbarui: 6 November 2020   22:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kamis, 5 November 2020

Aku tersesat sampai ke dalamnya lautan yang begitu pekat dan suram
Aku tak mendengar apapun selain gemuruh kehampaan dan putus asa
Aku semakin rapuh ditelan garam dan membangkai seperti mayat
Ragaku hancur lapuk tak berbentuk
Membusuk lebih buruk dari apapun di dunia
Aku tak mampu berkata aku ini apa
Hanya gemeretak rahang dan gigi yang tersisa
Mata terpejam tak mau melihat entah itu apa
Tangan menggenggam amarah tak terlampiaskan
Jantung dan paru berdegup memompa nafas kematian
Lalu, jiwaku sekarat! Harga diriku habis ditelan hawa
Tak sersisa sedikitpun jua.

Ditulis oleh Masfik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun