Kreativitas Reje/Kepala Desa Lot Kala Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, Kurnia Gading dalam mengelola manajemen sampah dengan mendirikan Bank Sampah dan Kios Sampah, mungkin bukan sesuatu yang baru bagi daerah-daerah yang sudah lama menerapkan manajemen pengelolaan sampah.
Namun bagi provinsi Aceh maupun Kabupaten Aceh Tengah, pengelolaan sampah yang dilakukan oleh kepala desa ini mungkin tergolong baru, karena belum ada kepala desa lain yang melakukan aktifitas seperti ini sebelumnya. Itulah sebabnya, kreativitas Reje, sebutan untuk kepala desa di Aceh Tengah ini, kemudian menjadi perhatian banyak kalangan yang akhirnya tertarik untuk datang ke desa ini, baik untuk tujuan peninjauan, penelitian maupun belajar tentang manajemen pengelolaan sampah.
Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan (Bapedal) Aceh, adalah salah satu instansi di provinsi Aceh yang telah menunjukkan apresiasi atas kreativitas kepala desa ini, sudah beberapa kali tim dari Bapedal Aceh mengunjungi desa Lot Kala terkait dengan keperhasilan desa ini dalam mengelola sampah yang selain membuat lingkungan desa menjadi bersih, juga mampu memberikan keuntungan ekonomis bagi warga desa ini.
Begitu juga Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM dan Kepala Badan Lingkunagan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP) Kabupaten Aceh Tengah, Ir. Zikriadi, merupakan pejabat yang menaruh perhatian serius terhadap manajemen pengelolaan sampah yang telah dilakukan oleh Kurnia Gading. Beberapa hari yang lalu, Bahkan Bupati Aceh Tengah sudah meresmikan Bank Sampah dan Kios Sampah di desa ini sebagai pilot project pengelolaan sampah di kabupaten berhawa sejuk yang dikelingi perbukitan ini.
Apalagi seterah kiprah Reje kreatif ini mulai diangkat ke berbagai media, desa Lot Kala tidak pernah sepi dari para tamu yang ingin melihat dari dekat apa yang sudah dilakukan oleh Kurnia dalam mengelola sampah di desanya. Seperti yang terjadi kemarin, puluhan mahasiswa dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh juga mendatangi desa ini, khusus untuk belajar dan melakukan penelitian tentang pengelolaan sampah di desa ini.
Didampingi oleh Ir. Zikriadi, puluhan mahasiswa itu merasa kagum terhadap konsep dan manajemen pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Kurnia. Para mahasiswa itu begitu antusias mendengarkan penjelasan dari Kurnia, mereka merasa salut, karena selain menerima penjelasan, mereka juga dapat melihat langsung proses pengelolaan bank sampah dan kios sampah di desa ini, sesuatu yang menurut mereka belum pernah dijumapi di desa atau daerah lainnya di Aceh.
Dan sosok Kurnia Gading, bukanlah sosok yang pelit untuk berbagi ilmu dan pengalamannya, semua tamu yang datang ke desanya disambut dan dilayani dengan baik, sehingga para tamu pun merasa dihargai dan mendapat penghormatan saat mengunjungi desa yang terletak di pinggir Danau Laut Tawar ini sekaligus bisa menimba ilmu dan pengalaman dari Reje ini yang mungkin bisa diadopsi dan diterapkan di desa mereka..
Mengelola sampah dengan mendirikan bank sampah, mungkin bukan hal yang baru, tapi mendirikan kios sampah, dimana para warga dapat membeli berbagai kebutuhan sehari-hari disini dan cukup membayarnya dengan sampah, merupakan sesuatu yang baru dan merupakan kreativitas yang agak unik yang mungkin tidak akan dijumpai di tempat lain. Itulah sebabnya, kepala desa ini kini sering di undang oleh berbagai pihak baik dari dalam daerah maupun luar daerah untuk menjadi nara sumber dalam seminar maupun workshop pegelolaan sampah.
Kurnia tidak “bermain” sendiri, dia juga melibatkan keluarganya dalam pengelolaan sampah didesa yang dipimpinnya itu. Isteri dan anaknya, juga aktif membina warga membuat kerajianan tangan dan aneka souvenir berbahan dasar sampah. Hasl kerajinan isteri dan anak kepala desa ini juga sudah mendapatkan pengakuan dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh Tengah dan Aceh. Handicraftcantik hasil karya mereka kini juga sudah mulai mengisi toko-toko penjual souvenir di Takengon maupun Banda Aceh, bhakan pesanan dari berbagai daerah juga mulai berdatangan, sebuah kreativitas yang luar biasa.