Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pengaturan Jarak Tanam, Faktor Penting dalam Pengembangan Jeruk Keprok Gayo

26 September 2016   10:27 Diperbarui: 26 September 2016   13:00 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Jeruk Keprok Gayo, salah satu komoditi unggul nasional dari Dataran Tinggi Gayo (Doc. FMT).

Jeruk Keprok Gayo merupakan salah satu komoditi pertanian unggulan dari Dataran Tinggi Gayo yang sudah medapatkan pengakuan di tingkat nasional, melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 210/Kpts/PR.120/3/2006,Jeruk Keprok Gayo sudah dtetapkan sebagai salah satu Komoditi Unggul Nasional pada tahun 2006 yang lalu, bahkan pada tanggal 18 Juli 2016 yang lalu, komoditi ini juga sudah mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Menteri Hukum dan HAM.

Tentu ini merupakan sebuah kebanggaan bagi masyarakat Gayo, namun sekaligus menjadi tantangan bagi semua pihak untuk terus mempertahankan keberadaan komoditi ini serta terus berupaya untuk mengembangkannya, sehingga predikat tersebut tidak hanya menjadi kebanggaan semu semata. Karena seperti kita tau, pengembangan jeruk keprok Gayo selama ini belum menjadi skala priritas dan belum ada sentra pengembangan komoditi ini dalam areal yang luas. Meskipun saat ini sudah ada sekitar 800 hektar areal pertanaman jeruk, namun lokasinya masih menyebar dan henya menjadi tanaman sela pada kebun-kebun kopi.

Dari segi ekonomi, pengembangan jeruk keprok Gayo jelas sangat menguntungkan, karena saat ini harga buah ini untuk kualitas baik bisa mencapai 25 -35 ribu rupiah per kilogramnya. Tentu saja ini menjadi peluang bagi para petani di Dataran Tinggi Gayo untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, selain dari kopi yang memang sudah menjadi komoditi utama di daerah ini. Namun kondisi riil di lapangan saat ini cukup memprihatinkan, selain pengembangannya mengalami stagnasi, banyak tanaman jeruk di lahan petani yang tidak mampu bertahan akibat serangan berbagai hama dan penyakit tanaman khususnya Citrus Phloem Vein Degeneration (CVPD) dan Jamur Akar.

Kedua penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus dan jamur ini sampai sekarang belum ditemukan cara pemberantasannya yang efektif. Jika tanaman sudah terserang kedua penyakit tersebut, cara pemberantasannya hanya dengan memusnahkan tanaman , sehingga satu-satunya jalan agar tanaman jeruk tidak terserang penyakit ini adalah dengan cara melakukan pencegahan secara dini melalui perbaikan pola budidayanya..

Menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Tengah, Ir. Nasrun Liwanza, MM, serangan CVPD dan jamur akar dipicu oleh kelembaban tanah yang tinggi, sirkulasi udara yang terbatas serta kurangnya intensitas penyinaran matahari pada tanaman jeruk,. hal ini salah satunya disebabkan pola tanam yang tidak memperhatikan jarak tanam. Menurut Nasrun, selama ini petani jeruk di Gayo masih menganut pola tanam jeruk dengan sistim tumpang sari dengan tanaman kopi, namun karena jarak tanamnya tidak beraturan, sehingga tanaman tersebut rentan terkena serangan hama dan penyakit tanaman.

Dia mencontohkan, pada tanaman jeruk yang ditanam terlampai rapat dengan tanaman kopi, sirkulasi udara serta intensitas penyinaran mataharinya menjadi terganggu, sehingga menyebabkan kelembaban tanah menjadi tinggi dan memicu munculnya penyakit tanaman. Selain itu, dengan pola jarak tanam sembarangan tersebut, produktivitas jeruk juga tidak akan optimal, karena haru berebut nutrisi dari dalam tanah dengan tanaman kopi.

Gambar 2, Kadis Pertanian Aceh Tengah, Nasrun Liwanza, menjelaskan potensi pengembangan jeruk keprok Gayo kepada tamunya dari Jepang (Doc. FMT)
Gambar 2, Kadis Pertanian Aceh Tengah, Nasrun Liwanza, menjelaskan potensi pengembangan jeruk keprok Gayo kepada tamunya dari Jepang (Doc. FMT)
Itulah sebabnya, saat ini pihaknya sedang merancang strategi pengembangan jeruk keprok Gayo yang berbasis pengaturan jarak tanam, karena berdasarkan pengalaman dan referensi yang dia peroleh selama ini, pengaturan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan resistensi terhadap serangan hama penyakit tanaman yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas. Selain pengaturan jarak tanam, penggunaan bibit bersertifikat yang bebas penyakit serta pemeliharaan dan perawatan tanaman yang aik juga menjadi penentu keberhasilan pengembangan komoditi jeruk keprok Gayo ini. 

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Dinas Pertanian Aceh Tengah memang cukup serius berupaya untuk terus mempertahanakan keberadaan komoditi unggulan ini melalui pengembangan dan penambahan luas areal penanaman jeruk keprok Gayo. Untuk tahun 2015 yang lalu, tidak kurang dari 20.000 ribu bibit jeruk keprok Gayo telah dibagikan kepada petani dan kelompok tani di semua wilayah yang potensial untuk pengembangan komoditi ini. Meski demikian, ungkap Nasrun, untuk mencapai keberhasilan secara optimal dalam pengembangan komoditi ini, sangat diperlukan upaya pendampingan, pembinaan dan penyuluhan secara berkesinambungan kepada petani, terutama dalam hal pengaturan jarak tanam.

“Idealnya jarak tanam untuk jeruk keprok Gayo pada pola monokultur (tidak bercampur dengan tanaman lain) adalah 7 x 7 meter untuk lahan datar atau 7 x 8 pada lahan miring” ungkap alumni Program Study Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Unsyiah ini saat ditemui di ruang kerjanya beberapa hari yang lalu. Sementara untuk penanaman dengan pola tumpang sari, jarak tanam yang dianjurkan adalah 8 x 8 meter dan jarak tanam dari tanaman kopi minimal 2 meter.

Dengan jarak tanam demikian, menurut Nasrun, ada beberapa keuntungan bagi petani, anatara lain tanaman akan memperoleh sirkulasi udara serta intensitas penyinaran matahari secara optimal sehingga kelembaban tanah dapat dikontrol dan potensi serangan hama dan penyakit tanaman bisa diminimalisir. Selain itu pengaturan jarak tanam juga akan memudahkan petani dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan tanaman, serta tidak akan terjadi rebutan nutrisi antara tanaman jeruk dengan tanaman kopi, sehingga pertumbuhan tanaman bisa lebih optimal dan tidak mengganggu produktivitas tanaman kopi.

Gambar 3, Sosok Kadis Pertanian Aceh Tengah, Nasrun Liwanza yang saat ini sedang giat memprogramkan pengembangan jeruk keprok Gayo secara sistematis dan berkelanjutan (Doc. FMT)
Gambar 3, Sosok Kadis Pertanian Aceh Tengah, Nasrun Liwanza yang saat ini sedang giat memprogramkan pengembangan jeruk keprok Gayo secara sistematis dan berkelanjutan (Doc. FMT)
Untuk bisa “merangkul” para petani agar mau menerapkan pola tanam dengan pengaturan jarah tanam ini, Nasrun sangat berharap dukungan penuh dari para penyuluh pertanian yang ada di daerah ini,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun