Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengintip Kreativitas Penyuluh Pertanian di Gayo

7 April 2017   14:39 Diperbarui: 8 April 2017   02:30 2194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

alat-caplak-jajar-legowo-buatan-legimin-penyuluh-bpp-celala-58e73da18923bdd61e0a3fdf.jpg
alat-caplak-jajar-legowo-buatan-legimin-penyuluh-bpp-celala-58e73da18923bdd61e0a3fdf.jpg
Gambar 1, Legimin dengan "landak" alat penyiang gulma  dan alat caplak jara legowo buatannya (doc. FMT)

Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah, selain memiliki potensi pertanian yang luar biasa seperti Kopi Arabika, Jeruk Keprok, Alpukad, Kentang, Cabe, Tomat, Kol dan sebagainya, ternyata juga “kaya” potensi sumberdaya manusia di bidang penyuluhan pertanian. Para penyuluh pertanian di Gayo ini, selain menjalankan tugas mereka sebagai pendamping dan pembina petani untuk mencapai keberhasilan dalam usaha tani, beberapa diantara mereka juga memiliki kreativitas yang sangat bermanfaat bagi pembangunan pertanian di daerah ini. 

Keterbatasan fasilitas yang dimiliki para penyuluh, ternyata tidak lantas membatasi kreativitas dan inovasi mereka. Dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada, mereka mampu menciptakan temuan baru yang sangat bermanfaat bagi petani. Ada beberapa orang penyuluh pertanian di kabupaten Aceh Tengah yang menurut penuluran penulis, memiliki kreativitas “lebih” dibandingkan dengan penyuluh lainnya, mereka telah menunjukkan daya kreasi mereka untuk mengsailkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka sendiri maupun bagi petani binaan mereka. Berikut beberapa penyuluh yang penulis anggap memiliki kreativitas luar biasa;

  • LEGIMIN

Penyuluh pertanian kotrak atau THL-TBPP kelahiran Takengon, 20 Agustus 1979 ini sudah menekuni profesi sejak tahun 2009 yang lalu, dan sejak diangkat ebagai penyuluh kontrak, di ditempatkan di wilayah kecamatan Celala, salah satu kecamatan di kabupaten Aceh Tengah yang memiliki potensi lahan sawah cukup luas.  Otomatis, selama menjalankan tugasnya, dia lebih fokus untuk membina petani padi di wilayah kerjanya tersebut, meski demikian petani kopi dan petani hortikultura yang ada di sana juga tidak luput dari pembinaannya.

Program percebatan  swasembada pangan melalui Upaya Khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedele (Upsus Pajale) yang mulai dilaksanakan pada awal tahun 2015 yang lalu, akhirnya melibatkan Legimin untuk lebih intensif membina petani agar mereka dapat meningkatkan produktivitas padi mereka. Salah satu upaya meningkatkan produktivitsa padi tersebut adalah melalui penerapan pola tanam jajar legowo. Namun tidak mudah bagi Legimin mengajak petani untuk menerapkan pola tanam jajar legowo ini, karena menurut para petani, pola tanam ini cukup ribetdan menyita waktu serta tenaga pada saat penanaman, karena mereka sudah terbiasa dengan pola tanam konvensional. Itu yang membuat Legimin berfikir bagaimana agar petani dapat melaksanakan pola tanam jajar legowo ini secara mudah, cepat dan praktis. Garis lurus sebagai acuan jajaran tanaman padi, sering menjadi keluhan petani, karena sebelum menanam, petani harus menggaris atau membentangkan tali terlebih dahulu, dan ini menurut mereka sangat menyita waktu dan tenaga.

Menjawab keluhan petani tersebut, dia mulai berfikir untuk membuat alat yang bisa membantu memudahkan petani dalam menerapkan pola tanam jajar legowo ini, sampai akhirnya dia bisa membuat alat caplak jajar legowo yang ternyata sangat bermanfaat  Dari rancangan sederhana yang dia buat, jadilah sebuah alat yang kemudian dikenal sebagai alat caplak jajar legowo. Dengan alat ini, petani tidak perlu lagi repot-repot menggarias atau membentangkan tali untuk meluruskan barisan tanaman padi, tapi cukup mendorong lurus alat ini dan mengikuti garis yang ditinggalkan oleh alat ini untuk menanam padi.

legimin-menunjukkan-cara-kerja-landak-alat-penyiang-gulma-58e73e1d1697733f6045345a.jpg
legimin-menunjukkan-cara-kerja-landak-alat-penyiang-gulma-58e73e1d1697733f6045345a.jpg
Gambar 2, Legimin menunjukan cara kerja "landak" untuk menyiangi gulma di sawah (Doc. FMT)

Tak hanya “menciptakan” alat caplak jajar legowo, Legimin juga membuat alat lain yang bisa memudahkan petani untuk mengendalikan gulma di lahan sawah, karena penanggulangan gulma juga sering menjadi kendala bagi petani. Penyiangan gulma secara manual, banyak menyita waktu, tenaga bahkan biaya, dan ini dapat membebani biaya produksi yang harus dikeluarkan petani. Itu yang akhirnya menjadi pertimbangan Legimin untuk memodifikasi alat sederhana yang bisa membantu petani untuk melakukan penyiangan gulma secara cepat dan praktis. Alat yang dinamai “landak” ini, berupa roda kayu atau besi yang seluruh permukaannya dipasang paku besar, mirip dengan bulu Landak, kemudian diberi gagang untuk memudahkan pengoperasiannya. Alat tersebut kemudian digunakan pada lorong-lorong di sawah yang ditanami padi dengan pola jajar legowo, gulma yang ada akan tersangku pada paku-paku tersebut dan petani tinggal membuangnya. Aadnya lorong-lorong memanjang dan lurus pada pola tanam jajar legowo, memudahkan untuk pengoperasian alat ini, sementara untuk pola konvensional, alat ini agak sulit digunakan, karena pada pola konvensional, garis tanam tidak lurus dan tidak beraturan.

Sederhana memang, dua alat yang “diciptakan” oleh Legimin dibantua oleh teman-teman penyuluh lainnya ini, tapi manfaatnya begitu besar, karena langsung menunjang program upsus peningkatan produksi padi. Antusias petani untuk menerapka pola tanam jajar legowo setelah adanya alat ini, akan menjadi pemicu peningkatan produktivitas padi, khususnya di kecamatan Celala. Meski masih berstatus penyuluh kontrak, semangat dan kreatifitas penyuluh yang satu ini pantas diacungi jempol.

  • SUYITO, SP

Dia merupakan salah seorang penyuluh senior yang ada di kabupaten Aceh Tengah, sudah bertugas sebagai penyuluh pertanian sejak tahun 1980an, Suyito memang sudah kenyang makan asam garam di bidang penyuluhan pertanian. Peraih Satya Lencana dari Presiden RI pada tahun 2015 yang lalu itu sudah tidak asing lagi bagi para petani di saentero kabupaten Aceh Tengah. Hampir semua daerah di kabupaten ini pernah menjadi wilayah binaanya, dan berbagai ilmu serta pengalaman di bidang pertanian yang dimilikinya sudah tidak diragukan lagi. Bhkan dalam kapasitasnya sebagai Faslitator Daerah, dia sudah sering diundang oleh kabupaten-kabupaten lain di Aceh untuk memberikan penyuluhan dan motivasi kepada para petani di daerah tersebut. 

Saat ini penyuluh kelahiran Paya Tumpi, Aceh Tengah 11 Desember 1963 ini dipercaya sebagai Kepala BPP Lut Tawar yang wilayah kerjanya meliputi seluruh kecamatan Lut Tawar yang berada di pinggiran Danau Laut Tawar. Sesuai dengan potensinya, wilayah ini merupakan areal pengembangan hortikultura khususnya cabe, bawang merah dan tomat, selain komoditi padi. Sistim usaha tani cabe dan bawang merah yang dilakukan petani di kecamatan Lut Tawar dan juga daerah lain di kabupaten Aceh Tengah adalah penanaman dengan menggunakan mulsa plastic sebagai penutup lahan. Ini dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma pengganggu tanaman yang pertumbuhannya sangat cepat dan penanggulangannya cukup sulit. Dengan menggunakan mulsa plastik, pertumbuhan tanaman cabe maupun bawang merahb isa optimal, karena tidak terganggu oleh berbagai gulma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun