Berawal dari sebuah pertemuan bulanan dengan para penyuluh pertanian di aula Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah, medio Desember 2013 lalu, dimana para penyuluh mengeluhkan tentang kesulitannya menyampaikan informasi penting yang bersifat mendadak atau segera secara cepat, murah dan akurat kepada pimpinan kelembagaan penyuluh di tingkat kabupaten. Letak geografis Kabupaten Aceh Tengah dengan topografi berbukit kondisi infrastruktur jalan dan jembatan yang belum semuanya bagus, semakin mempersulit para penyuluh untuk dapat menyampaikan informasi, laporan kegiatan, programa dan berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan. Untuk menyampaikan informasi tersebut, para penyuluh khususnya yang bertugas di wilayah terpencil, harus menempuh perjalanan puluhan kilometer dan tentu saja membutuhkan biaya yang cukup membebani para penyuluh.
Keterbatasan dana, ruang dan waktu menjadi faktor pembatas bagi obsesi para penyuluh tersebut, suatu permasalahan yang seharusnya mendapatkan solusi secepatnya, harus terkendala oleh berbagai keterbatasan tersebut, sehingga solusi yang didapatkan oleh para penyuluh seringkali terlambat, begitu pula informasi-informasi penting dari instansi yang menangani kelembagaan penyuluh di tingkat kabupaten, sering kali terlambat diterima oleh para penyuluh di lapangan.
Berawal dari keprihatinan bapak Drs. Muhammad Syukri. MPd , Asisten II pada Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Tengah yang pada waktu itu ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar penyuluh pertanian di Dataran Tinggi Gayo yang masih mengalami banyak kesulitan dalam menyampaikan informasi penting secara cepat, akurat dan murah itu, muncullah ide untuk “menjembatani” kepentingan para penyuluh pertanian lapangan itu dengan memanfaatkan teknologi informasi, karena kebetulan hampir semua wilayah di Dataran Tinggi Gayo sudah terjangkau jaringan komunikasi seluler yang dapat dimanfaatkan untuk mengakses teknologi informasi.
Dari “diskusi kecil” itu, akhirnya muncul gagasan untuk membuat sebuah forum di dunia maya yang nantinya bisa digunakan sebagai ajang tukar informasi dan komunikasi antar penyuluh pertanian di Kabupaten Aceh Tengah. Maka dipilihlah media sosial facebook untuk merealisasikan ide tersebut, medsos ini dipilih karena dari pengamatan beliau sudah banyak penyuluh yang sudah cukup familiar menggunakan medsos ini.
Maka di penghujung tahun 2013 yang lalu, dalam pertemuan bulanan penyuluh tersebut , sebuah grup rahasia di sosmed facebook yang kemudian diberi nama “Forum Penyuluh Aceh Tengah (Back Office)” resmi di” launching” di kalangan para penyuluh di Kabupaten Aceh Tengah. Pak Syukri kemudian menunjuk saya (Fathan Muhammad Taufiq, pen), Kasubbid. Pelatihan pada Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah untuk bertindak sebagai pengelola atau admin dalam grup di social media tersebut.
Respon awal yang ditunjukkan oleh para penyuluh pada waktu itu cukup bagus, tapi yang namanya memulai sesuatu yang baru tentu saja ada kendala. Kendala utama yang kami hadapi adalah masih banyaknya penyuluh yang masuk dalam kategori “gaptek”, bahkan untuk sekedar membuat akun facebook sekalipun, masih banyak yang belum bisa, tentu saja kendala ini menjadi “PR” bagi kami.
Akhirnya secara perlahan saya mulai “mengajarkan” bagiamana membuat dan menggunakan akun di medsos ini kepada para penyuluh, agak sulit memang “mengajari” para penyuluh yang rata-rata sudah senior itu, harus “step by step”, itupun tidak cukup dengan sekali dua kali pertemuan. Sementara pak Syukri yang kesibukan dinasnya sebagai seorang pejabat teras di kabupaten cukup banyak, terus memonitor dan memberi motivasi kepada saya untuk terus mensosialisasikan “inovasi” baru ini kepada teman-teman penyuluh.
Perlahan tapi pasti, grup forum penyuluh ini mulai “berjalan” dan saat ini sudah lebih dari 60% penyuluh sudah bergabung di grup ini, para penyuluh sudah mulai familiar menggunakan medsos ini untuk saling berkomunikasi, menyampaikan informasi dan laporan kegiatan di lapangan, meski mereka berada dalam jarak jangkau yang berbeda. Pimpinan instansi yang menangani kelembagaan penyuluh pun merasa diuntungkan dengan adanya “inovasi” ini, beliau dapat memantau setiap saat apa yang dilakukan oleh para penyuluh di lapangan hanya dengan meng “klik” menu di grup ini. Bapak Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM, yang kemudian juga ikut bergabung dalam grup di medsos ini, kemudian mengintrukstikan kepada Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Sabilul Rasyid, S Sos, agar para penyuluh lebih mengintensifkan pemanfaatan media sosial ini, karena beliau berasumsi bahwa keberadaan forum ini merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk melakukan pelayanan penyuluhan kepada masyarakat.
Dampak Positif
Setelah berjalan lebih dari setahun, manfaat dari “terobosan baru” ini mulai dapat di rasakan oleh para penyuluh di Dataran Tinggi Gayo. Beberapa manfaat yang merupakan dampak positif penggunaan media sosial ini untuk mendukung kegiatan penyuluhan pertanian sudah mulai terlihat, manfaat tersebut bukan saja dinikmati oleh para penyuluh tapi juga menjadi “berkah” bagi petani dan kelompok tani yang ada di daerah itu. Diantara dampak positif dari peluncuran media sosial facebook tersebut antara lain :
Pertama, Akurasi, Efektifitas dan Efisiensi, dengan adanya forum penyuluh ini, para penyuluh dapat menyampaikan informasi, laporan kegiatan, programa dan sebagainya kepada Badan Penyuluhan kabupaten tanpa harus mengeluarkan tenaga dan biaya ekstra dengan menempuh perjalanan puluhan kilometer, karena semua laporan dan informasi tersebut dapat diunggah dan dikirim melalui forum tersebut dari lokasi dimana para penyuluh itu bertugas. Demikian juga informasi, instruksi, permintaan data dari pimpinan kelembagaan penyuluh di kabupaten kepada para penyuluh dapat diakses langsung oleh para penyuluh secara cepat tanpa harus melali jalur distribusi yang panjang dan sulit. Peneyampaian informasi itu juga nyaris tidak membutuhkan anggaran secara khusus, karena fasilitas Wifi yang ada di kabupaten dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktifitas pelayanan publik secara online tersebut, begitu juga para penyuluh di lapangan, mereka hanya membutuhkan beberapa rupiah saja untuk mengakses informasi ini, system paket internet murah yang banyak ditawarkan oleh operator seluler, sangat membantu para penyuluh untuk “berhemat”.
Kedua, Pembelajaran dan Percontohan, beberapa informasi tentang penerapan teknologi tepat guna yang di unggah oleh para penyuluh melalui forum ini, telah memberikan pembelajaran bagi para penyuluh lainya, bahkan dapat menjadi contoh atau acuan yang kemudian diterapkan oleh para penyuluh kepada petani dan kelompok tani di wilayah binaannya masing-masing. Contohnya unggahan tentang kiprah Ir. Masna Manurung, MP, seorang THL-TBPP di wilayah kecamatan Bintang yang berhasil membina kelompok tani wanita untuk mengolah limbah pertanian menjadi pupuk bokashi, kemudian menjadi bahan pembelajaran dan percontohan bagi penyuluh lainnya untuk melakukan hal yang sama pada kelompok tani di wilayah kerja mereka, dampaknya para hampir setengah petani dan kelompok tani di daerah ini, sekarang sudah mampu memproduksi pupuk bokashi sendiri.
Ketiga, Memicu Peningkatan Produktifitas, melalui forum ini baik Admin, Kepala Badan, para Kepala Bidang maupun para penyuluh senior sering meng”upload” informasi tentang keuntungan usaha tani padi dengan pola tanam jajar legowo, informasi tersebut kemudian diadopsi oleh para penyuluh dan diterapkan pada petani dan kelompok tani binaan mereka. Hasilnya, saat ini hampir semua petani padi sudah menerapakan pola ini pada lahan sawah mereka, dan penerapan pola “jarwo” ini terbukti mampu meningkatkan produktifitas padi mreka dari rata-rata produktifitas 4 ton per hektare dengan pola konvensional menjadi 6,5 – 7 ton per hektar dengan pola tanam jajar legowo, sebuah peningkatan yang cukup signifikan untuk daerah pegunungan yang memiliki luas lahan sawah terbatas ini.
Keempat, Menciptakan Iklim Kompetisi dan Peningkatan Kinerja Penyuluh, dengan adanya forum penyuluh ini, masing-masing penyuluh semakin terpacu untuk menunjukkan eksistensi mereka dengan mengunggah aktifitas mereka di lapangan melalui forum ini, hal ini kemudian melahirkan “iklim kompetisi” positif di kalangan penyuluh, keberhasilan seorang penyuluh dalam membina petani di suatu tempat akan memacu penyuluh lainnya untuk melakukan hal yang sama di tempat tugasnya. Iklim kompetisi seperti ini yang kemudian memotivasi setiap penyuluh untuk terus meningkatkan kinerja mereka.
Kelima, Menginspirasi Penegembangan Komoditi Baru, keberhasilan seorang petani di Kabupaten Aceh Tengah yang telah berhasil mengembangkan komoditi Apel di dataran Tinggi Gayo yang diunggah oleh penyuluh yang bertugas di wilayah itu, telah mendapat respons luar biasa baik dari kalangan petani maupun instansi teknis terkait. Dari informasi yang disebarluarkan melalui media social tersebut, saat ini para petani di daerah ini mulai “melirik” potensi pengembangan komoditi Apel yang merupakan komoditi “baru” di daerah ini karena dininilai memiliki prospek ekonomi yang cukup bagus, demikian juga instansi terkait seperti Dinas Pertanian juga terpacu untuk mengembangkan komoditi ini.
Keenam, Sebagai Solusi dan Pemecahan Masalah, beberapa penyuluh yang mengunggah tentang serangan hama atau penyakit yang menyerang tanaman Kopi, Padi, Tomat, Cabe dan sebagainya melalui forum ini kemudian mendapatkan jawaban atau solusi dari penyuluh lainnya, bahkan tidak jarang Bupati Aceh Tengah, Ir. Nasaruddin, MM, yang nota bene mantan penyuluh pertanian itu juga memberikan tanggapan, saran dan solusi melalui forum ini. Solusi tersebut yang kemudian “dibawa” oleh para penyuluh untuk disampaikan kepada para petani, dampaknya secara perlahan para petani mampu mengatasi kendala dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Disamping itu, keberadaan forum penyuluh ini juga telah menginpirasi pemerintah Kabupaten Aceh Tengah untuk melakukan inovasi serupa dengan meluncurkan “Forum SKPK (Forum Satuan Kerja Perangkat Kabupaten) Aceh Tengah” yang bertujuan untuk mempercepat akses pelayanan kepada publik melalui para pimpinan SKPK tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Di kalangan internal sendiri, forum ini juga sudah mulai dikembangkan dengan lahirnya “Forum Komunikasi Kelompok Tani kabupaten Aceh Tengah” yang merupakan ajang tukar informasi dan tranformasi teknologi antar kelompok tani dan antara kelompok tani dengan para penyuluh pertanian dengan memanfaatkan teknologi informasi.
Sampai ke Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada publik sebagai implementasi fungsi aparatur Negara sebagai pelayan public (abdi masyarakat), pada awal tahun 2015 ini Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) untuk kedua kalinya menggelar Kompetisi Inovasi Peningkatan Pelayanan Publik, sebuah kompetisi terbuka dalam bidang peningkatan pelayanan publik yang diperuntukkan bagi seluruh Instansi Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah.
Keberadaan grup Forum Penyuluh Aceh Tengah sebagai sebuah “inovasi baru” inilah yang kemudian “dikemas” oleh pak Syukri dalam sebuah proposal bertajuk “Memanfaatkan Facebook Untuk Percepatan Pelayanan Publik” dan diikutsertakan sebagai salah satu peserta dalam kompetisi inovasi pelayanan publik yang digelar oleh KemenPAN dan RB tersebut.
Alhamdulillah karya tersebut berhasil masuk nominasi “99 (Ninty Nine) Karya Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015” bersama 98 nominator lainnya dari seluruh Indonesia. Kemudian, sesuai dengan surat dari Kementerian Pemerdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : Und/282/S.PANRB/5/2015 tanggal 17 Maret 2015, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah yang dalam hal ini diwakili oleh karya inovasi dari Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, dijadwalkan untuk melakukan presentasi dalam ajang kompetsi tersebut pada tanggal 1 April 2015. Bapak Bupati Aceh Tengah, kemudian menunjuk Drs.H. Muhammad Syukri, MPd didampingi oleh saya sendiri (Fathan Muhammad Taufiq) untuk menyampaikan presentasi karya inovatif tersebut di kantor KemenPAN dan RB Jakarta.
Di Gedung Majapahit Komplek Kemen PAN dan RB, dihadapan para panelis yang merupakan pakar-pakar komunikasi dan birokrasi dari berbagai perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia, akhirnya kami berhasil menyelesaikan presentasi, tanya jawab dan wawancara terkait dengan kompetisi inovasi pelayanan publik tersebut.
Apa yang telah kami lakukan tersebut mungkin hanyalan sebuah “terobosan kecil” yang belum berarti apa-apa, namun masuknya karya inivatif tersebut sebagai salah satu nominator dalam kompetisi tingkat nasional tersebut, setidaknya sudah merupakan bukti dan “pengakuan” dari Kementerian PAN dan RB, bahwa apa yang telah kami lakukan tersebut merupakan sebuah inovasi dalam pelayanan publik yang layak untuk dipertahankan dan terus dikembangkan. Bagi kami sendiri, terobosan ini merupakan salah satu upaya mengoptimalkan pelayanan kami kepada para petani sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan mereka. Dari pengelaman kami tersebut, di era teknologi informasi ini, ternyata media sosial juga bisa menjadi media penyuluhan yang cukup efektif, murah dan akurat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H