Belajar di pondok pesantren terpadu bukanlah semata-mata untuk menimba ilmu pengetahuan dan pelajaran agama. Pola belajar full day yang diterapkan di pondok pesantren, memungkinkan para santri untuk belajar “lebih” dari teman-teman mereka yang menuntut ilmu di sekolah-sekolah umum. Nilai plus yang sering didapatkan oleh para santri, terutama di bidang ekstra kulikuler, dimana para santri diberi kebebasan berekspresi untuk mengembangkan minat dan bakat mereka, khususnya di bidang olah raga dan seni.
Begitu juga pola yang diterapkan di Peantren Terpadu Nurul Islam, Blang Rakal, Bener Meriah, Aceh selama ini. Selain fokus pada kegiatan akademik di bidang pengetahuan umum dan pengetahuan agama, pesantren yang dirintis dan didirikan oleh seorang mantan pejabat di DKI yang berasal dari Gayo, H Abdul Wahab Rahmatsyah pada tahun 2000 ini, juga memiliki kegiatan ekstra kulikuler yang lumayan banyak. Melalui kegiatan di luar jam belajar ini, para santri diberi keleluasaan untuk mengembangkan bakat dan minat mereka di bidang seni dan olah raga.
Untuk bidang seni, para pengasuh pesantren memang mengarahkan kepada kegiatan seni yang bernuansa Islami seperti Tilawatil Qur’an, Hifdzil Qur’an, Fahmil Qur’an, Kaligrafi, Pidato dan Pusi Bahsa Arab dan Inggris, Qasidah, Marawis dan sebagainya. Meski demikian, para santri juga diberi peluang untuk mengembangkan bakat seni lainnya, terutama seni tradisional Gayo dan Aceh seperti Didong, Saman, Seudati dan sebagainya. Kebebasan berekpresi di bidang seni ini pulalah yang akhirnya membawa para santri Nurul Islam berkali-kali menyabet gelar dalam berbagai kejuaraan mulai dari tingkat kabupaten, provinsi bahkan nasional.
Kegiatan ekstra kulikuler di bidang olah raga malah memberi ruang yang lebih luas kepada para santri, sebua cabang olah raga populer seperti sepak bola, tennis meja, bulu tangkis, atletik dan pencak silat, sudah menjadi “menu” wajib kegiatan olah raga bagi para santri ini. Sama seperti di bidang seni, catatan prestasi di bidang olah raga para santri ini juga lumayan menggembirakan. Terakhir, sekitar dua pecan lalu, anak-anak dari pesantren Nurul Islam ini berhasil meraih gelar Runner Up dalam kompetesisi sepakbola Liga Santri Nusantara Regional 2 di Blang Kejeren, Gayo Lues. Begitu juga di bidang atletik, pencak silat, tennis meja dan bulu tangkis, para santri dari Dataran Tinggi Gayo ini juga telah menorehkan berbagai prestasi membanggakan.
Ada satu yang unik dan khas dari kreatifitas anak-anak santri di pesantren ini, yaitu kemampuan memadukan seni kaligrafi dengan desain grafis dan dekorasi. Ini telah mereka tunjukkan selama bertahun-tahun dari generasi pertama sampai sekarang. Setiap kali ada perhelatan atau kegiataan massal di pesantren ini, para santri dengan kreativitas mereka, mampu menciptakan dekorasi panggung yang bisa membuat semua pengunjung atau undangan yang menghadiri perhelatan itu berdecak kagum.
Dalam acara Pekan Olah Raga, Seni dan Pramuka (Porseka) yang digelar setiap awal tahun ajaran barur atau dalam acara Haflah Ihtitam (Wisuda Santri) yang digelar pada akhir tahun pelajaran, para santri ini membuat sendiri pentas atau panggung yang lumayan spektakuler. Memadukan seni kaligrafi, desain grafis dan seni dekorasi, anak-anak santri ini mampu menciptakan pentas indah dengan dekorasi yang memukau. Hanya bermodalkan lembaran-lembaran tripleks dan cat air, para santri Nurul Islam mampu membuat desain panggung yang fenomenal dengan latar belakang lukisan indah dan artistik yang setiap tahunnya berganti tema. Di pentas yang mereka buat sendiri ini, kemudian para santri sering unjuk kebolehan dibidang seni maupun olah raga dihadapan para undangan, serasa semakin melangkapi kretaivitas mereka, ini yang membuat peasntren ini terlihat “beda”.
Lewat kreatifitas para santri dibawah bimbingan para ustadz yang rata-rata memiliki apresiasi seni yang baik, lembaran-lembaran tripleks itu menjelma menjadi background panggung yang indah, layaknya sebuah karya arsitektur. Padahal proses pembuatannya cukup sederhana, para santri itu mengecat dan melukis lembaran-lembaran tripleks itu sesuai desain yang sudah dirancang sebelumnya, kamudian dilekatkan pada peranca atau penopang yang terbuat dari kayu atau bambu. Tapi meski dibuat secara sederhana, panggung yang mereka garap, bisa lebih bagus dari latar di foto studio atau bahkan pentas para artis. Dan uniknya, setiap kali digelar perhelatan di pesantren itu, desain dan dekorasi panggung selalu berubah, sehingga tidak terlihat monoton.
Sikap kebersamaan yang memang sudah ditanamkan oleh para pengasuh pesantren, membuat kreativitas para santri ini terus berkembang, meski santrinya setiap tahun berganti mengikuti siklus pendidikan yang ada. Di pesantren ini, kreativitas santri seperti sudah “turun temurun” dari satu angkatan ke angkatan lainnya, dan setiap tahunnya selalu mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Itulah sebabnya tidak ada alasan bagi para orang tua untuk “alergi” menyekolahkan putra putrid mereka di peasntren ini, Karena selain kualitas pendidikannya yang cukup baik, kreativitas para santri akan terus terasah disini.