Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kepala Desa Ini Ingin Warganya Cerdas dan Sejahtera

28 Juli 2016   12:39 Diperbarui: 28 Juli 2016   12:42 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Kurnia Gading, Sosok Kepala Desa Cerdas dari Lot Kala, Kabayakan, Aceh Tengah (Doc. FMT)

Seorang pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin yang selalu berfikir, bertindak dan bekerja untuk kesejarteraan warganya, itulah sebabnya seorang pemimpin yang baik, selain memiliki kecerdasan intelektual, juga harus mempunyai kecerdasan emosional dan kepekaan sosal yang tinggi. Dan sosok pemimpin ideal seperti ini jelas tergambar dari seorang kepala desa Lot Kala, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, sebuah desa yang tepat berada di gerbang menuju lokasi wisata Danau Laut Tawar melalui jalur lingkar utara.

Sekalilas penampilan Reje, sebutan bagi kepala desa di wilayah Gayo ini, mirip aktor dan pengacara Gusti Randa, berwajah ganteng, berperawakan tegap dan selalu berpenampilan trendy. Kurnia Gading, nama kepala desa Lot Kala ini, dia baru menjabat sebagai kepala desa sekitar dua setengah tahun, namun berbagai gebarakan yang dilakukan oleh Reje ini bisa membuat semua orang mengacungkan kedua jempolnya.

Berawal dari keprihatinannya melihat serakan sampah yang ada di lingkungan desanya, Kurnia mulai memutar otak agar sampah-sampah baik yang berasal dari sisa-sisa bawaan para wisatawan yang melintasi desa ini amupun sampah yang dihasilkan dari rumah tangga para para warganya,lambat laun menjadi sangat menganggu kebersihan dan kenyaman lingkungan di desanya. Setelah melakukan inventarisasi dari berbagai jenis sampah tersebut, akhirnya dia memutuskan untuk membuat Bank Sampah di desanya, karena dia melihat banyak dari sampah tersebut yang masih bisa di daur ulang dan meiliki nilai jual, sebuah ide cemerlang belum semua pemimpin bisa menggagas dan  mengimplementasikannya, apalagi untuk level desa. 

Mulailah dia mensosialisasikan kepada warganya agar memilah antara sampah organik dengan sampah anorganik yang masih isa dimanfaatkan atau di daur ulang, dia kemudian menyediakan ruangan khusus disamping kantor desa khusus untuk menampung sampah yang dikumpulkan oleh warganya. Tidak gratis, untuk setiap warga yang “menyetorkan” sampah anorganik seperti botol plastic bekas air mineral, kaleng bekas minuman ringan, karton atau kardus bekas wadah makanan, Kurnia memberikan “kompensasi” kepada warganya tersebut.

Karena dirasa bisa memberikan keuntungan bagi warga, maka warga pun antusias menyambut gebrakan sang kepala desa, setiap hari ratusan kilogram sampah terkumpul di bank sampah yang dikelola bersama pemuda desa tersebut. Untuk setiap kilogram sampah yang disetorkan oleh warga, sang kepala desa memberikan kompensasi minimal seribu rupiah dan bisa lebih dari situ, tergantung jenis sampahnya. Berkat gebarkan ini, desa Lot Kala yang dipimpinnya kini terlihat bersih dan nyaris tidak terlihat ada sampah berserakan lagi. Ada beberapa keuntungan dari gerakan bank sampah yang digagas oleh Kurnia,

 selain lingkungan desa menjadi bersih dan  nyaman, warga pun bisa memperoleh penghasilan tambahan dari sampah yang selama ini mengotori desa mereka, disamping itu desa juga mendapat keuntungan berupa pemasukan bagi kas desa dari hasil penjualan sampah tersebut. Menurut pengakuan Kurnia, setiap minggunya dia mampu mengirim tidak kurang dari 1,8 ton sampah daur ulang ke Medan, selain mampu “menggemukkan” kas desa, upaya cerdas dari kepala desa ini juga mampu membuka lapangan kerja bagi para pemuda desa yang direkrut untuk ikut mengelola bank sampah ini.

Keberhasilan Kurnia mengelola sampah di lingkungan desanya ini, akhirnya “dilirik” oleh berbagai pihak, dia sering di undang untuk menjadi nara sumber di berbagai seminar maupun pelatihan. Bukan hanya dia yang merasakan dampak positif dari usahanya ini, isteri dan anaknya yang juga ikut aktif mengolah beberapa jenis sampah menjadi produk-produk kerajinan, juga sering mendapat kesempatan di undang oleh berbagai instansi baik di tingkat kabupaten provinsi bahkan sampai ke Jakarta. Pengelalan sampah yang terintegrasi ini, juga memberikan andil yang cukup besar atas keberhasilan Kabupaten Aceh Tengah meraih Sertifikat Adipura baru-baru ini, karena tim penilai Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup, juga menjadikan desa Lot Kala ini sebagai salah satu tolok ukur dalam penilaian itu.

Gambar 2, Suasana nyaman di ruang baca Perpustakaan Desa Lot Kala (Doc. FMT)
Gambar 2, Suasana nyaman di ruang baca Perpustakaan Desa Lot Kala (Doc. FMT)
Sukses mengelola sampah yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan warga desanya, tidak lantas membuat Kurnia berpuas diri, dia terus berupaya sekuat tenaga agar desanya lebih maju dari desa-desa lainnya. Dalam benaknya, hanya ada satu cara untuk memajukan desanya, yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia nya, salah satunya dengan menanamkan kegemaran membaca bagi warganya. Kurnia pun mulai membangun perpustakaan di desanya sebagai wahana belajar bagi warga.

 Hanya dalam beberapa bulan saja setelah dibuka, perpustakaan desa itu kini sudah menjelma menjadi sebuah taman baca yang sangat repersentatif, tidak kurang dari 500 judul buku dengan jumlah buku sekitar 2000an, sudah menjadi koleksi perputakaan desa ini, jumlah yang cukup "wah" dan fantastis untuk ukuran perpustakaan desa.

Gambar 3, Koleksi Buku di Perpustakaan Desa Lot Kala ini tergolong "Wah" untuk ukuran Perpustakaan Desa (Doc. FMT)
Gambar 3, Koleksi Buku di Perpustakaan Desa Lot Kala ini tergolong "Wah" untuk ukuran Perpustakaan Desa (Doc. FMT)
Untuk memberi kesempatan membaca seluas-luasnya, Kurnia membuka perpustakaan ini nyaris 24 jam. Para pengunjung perpustakaan pun serasa dimanjakan dengan penataan taman baca ini, ruang baca di area terbuka dengan pemandangan sawah dan lahan pertanian yang subur di sekelilingnya, membuat para pengunjung merasa betah berlama-lama berada di perpustakaan ini.  Pada malam hari, 

Kurnia juga sudah menyediakan tungku parapian di area baca itu, supaya pengunjung dapat merasa kan kehangatan di tengah sejuknya udara di Dataran Tinggi Gayo, karena daerah ini dikenal dengan udara sejuk khas wilayah pegunungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun