Salah satu faktor penentu keberhasilan upaya khusus peningkatan produktivitas padi, (Upsus Padi) adalah ktersediaan air yang mencukupi selama musim tanam. Dengan ketersediaan air yang cukup, tanaman padi akan tumbuh dan berkembang dengan baik,, karena selama masa pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman padi butuh air yang cukup, sehingga produktivitas bisa di tingkatkan. Dalam rangka memenuhi ketersediaan air tersebut, kemudian dibutuhkan sarana dan prasara pendukung berupa jaringan irigasi, baik primer, sekunder maupun tersier. Selain untuk menjaga ketersediaan air sepanjang musim tanam, pembangunan sarana pengairan tersebut juga akan mengefektifkan pemakaian air serta menjamin pemerataan pembagian air bagi lahan pertanian di wilayah tersebut.
Kabupaten Aceh Tengah, meskipun bukan daerah dominan penghasil padi/beras, namun tetap berpartisipasi aktif dalam peningkatan produktivitas padi ini, karena sampai dengan saat ini produksi padi di Dataran Tinggi Gayo ini belum mampu mencukupi kebutuhan pangan bagi masyarakat di daerah ini, sehingga perlu upaya intensif untuk terus meningkatkan produktivitas padi untuk segera mencapai swasembada pangan. Salah satu upaya agar produktivitas padi meningkat, adalah dengan menyediakan sarana dan prasarana irigasi yang memadai, sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Selain tentunya diiringi dengan penyediaan sarana produksi yang baik seperti benih unggul, pupuk dan obat-obatan yang dibutuhkan oleh petani. Yang lebih utama lagi adalah dukungan para penyuluh pertanian dalam melakukan pendampingan dan penyuluhan kepada petani, sehingga upaya khusus percepatan swasembada beras ini dapat tercapai secara optimal.
Peran para penyuluh juga tidak sebatas melakukan pendampingan pada saat petani melakukan aktifitas usaha tani mereka, tapi juga berupaya agar sarana dan prasarana infrastruktur pendukung seperti irigasi, bisa terbagun di wilayah kerja mereka. Itulah sebabnya, para penyuluh sudah mulai terlibat aktif dalam pembangunan pertanian di wilayahnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawalannya.
Seperti yang dilakukan oleh Juanda, SP, Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah ini. Menyadari bahwa wilayah kecamatan dimana dia ditugaskan memiliki potensi lahan sawah yang cukup luas, Juanda berupaya agar pemerintah terus mengalokasikan pembangunan sarana dan prasaran pendukung upaya peningkatan produksi padi di wilayah kerjanya. Mengingat bahwa di kecamatannya tidak memiliki jaringan teknis, dan selama ini para petani padi hanya mengandalkan pola tadah hujan, maka Juanda pun tidak bercita-cita muluk, dia hanya ingin ada pembangunan jaringan irigasi perdesaan (Jides) yang lebih banyak dan merata di semua desa yang memiliki potensi lahan sawah potensial di kecamatan Bintang.
Itulah sebabnya dia selalu aktif berkoordinasi dengan Dinas Pertanian setempat, agar wilayah kerjanya mendapat alokasi pembangunan jaringan irigasi pedesaan yang lebih proporsional. Dengan adanya jaringan irigasi perdesaan ini, sumber-sumber air yang selama ini tidak termanfaatkan secara optimal, akan tersalurkan melalui jaringan irigasi sederhana tersebut sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan ketersediaan air di sekitarnya. Jaringan irigasi perdesaan merupakan jaringan irigasi sederhana yang berfungsi sebagai pengganti irigasi tersier dan tali air untuk lahan sawah yang berada di sekitar jaringan irigasi tersebut. Namun meski konstruksinya sederhana dan dikerjakan secara swakelola oleh para petani atau kelompok tani, namun memiliki peran penting bagi daerah-daerah yang memiliki potensi lahan sawah cukup luas seperti di kecamatan Bintang ini.
Usaha Juanda untuk “melobi” instansi terkait tidaklah sia-sia, tahun 2016 ini, setidaknya ada 11 Unit Jaringan Irigasi Perdesaan (Jides) yang akan dibangun di 11 desa yang ada di kecamatan Bintang, masing-masing unit Jides ini memilki panjang jaringan sekitar 200 meter dan mampu mengairi sawah kurang lebih 50 hektar setiap unitnya. Dengan demikian 11 unit Jides dengan total panjang 2.200 meter yang akan dibangun di wlayah kerjanya itu akan mampu memenuhi kebutuhan air sekitar 550 hektar lahan sawah yang tersebar pada 11 desa di kecamatan Bintang tersebut. Meski belum mencukupi kebutuhan pengairan bagi seluruh lahan sawah yang ada di wilayah kerjanya yang mencapai lebih dari 1.000 hektar tersebut, namun Juanda merasa bersyukur, setidaknya dengan jaringan irigasi perdesaan ini, dia dan jajaran penyuluhnya akan lebih mudah memotivasi petani untuk meningkatkan produktivitas padi para petani di wilayah binaannya. Dengan adanya jaringan irigasi perdesaan ini, dia juga berharap, indeks pertanaman (IP) padi bisa ditingkatkan dari sekali setahun menjadi dua kali setahun.

Lebih lanjut Juanda menyatakan, bahwa dirinya akan terrus meperjuangkan agar semua desa di kecamatan Bintang yang meiliki potensi lahan sawah bisa mendapatkan alokasi pembangunan jaringan irigasi yang bersumber dari dana APBN Kementerian Pertanian ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI