Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dengan Perawatan Intensif, Kopi Arabika Gayo Mampu Hasilkan 2 Ton Per Hektar

15 November 2016   10:25 Diperbarui: 16 November 2016   10:53 4205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Ir. M Nur Gaybita, M Sc, dengan tanaman kopi arabika di kebun percobaab miliknya (Doc. FMT)

Kopi Arabika Gayo (Coffea Arabica) merupakan komoditi perkebunan utama di Dataran Tinggi Gayo, di kawasan yang meliputi 2 kabupaten yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah, terdapat hamparan kebun kopi rakyat seluas hampir 100.000 hektar.

Menurut sejarahnya, kopi arabika yang berkembang di dataran tinggi berhawa sejuk ini mulai dikembangkan sejak tahun 1908 yang lalu, dibawa oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk ditanaman di daerah berketinggian rata-rata 1.200 mdpl ini. Tapi kopi arabika Gayo mulai berkembang secara luas sejak tahun 1950an, dimana permintaan pasar dunia akan kopi arabika mulai meningkat, ini yang kemudian membangkitkan minat para petani Gayo untuk menanam komoditi ini.

Kopi arabika tidak hanya ditanam oleh petani di Dataran Tinggi Gayo tapi juga ditanam oleh petani di Sidikalang dan Mandailing (Sumatera Utara), Toraja (Sulawesi Selatan), Bondowoso (Jawa Timur), dan belakangan juga mulai dibudidayakan di beberapa daerah di Jawa Barat.

Namun demikian, dari segi aroma, rasa dan kualitas, kopi Gayo sudah diakui oleh dunia sebagai kopi arabika terbaik, bahkan harganya di pasar kopi dunia, jauh diatas kopi arabika dari daerah lain bahkan dari Negara-negara penghasil kopi seperti Brazil dan Vietnam.  Keunggulan kopi Gayo, selain dari kualitas juga karena kopi dari dataran tinggi ini sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dan memiliki spesifikasi aroma dan rasa yang tidak dimiliki oleh kopi dari darah lainnya.

Meski sudah mendapat pengakuan sebagai penghasil kopi arabika terbaik di dunia, dan hamparan kebunnya sangat luas, namun produktivitas kopi arabika Gayo masih tergolong rendah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa produktifitas kopi Gayo saat ini baru mencapai rata-rata 720 kg green bean per hektar setiap tahunnya.

Salah satu penyebabnya adalah, petani masih menggunakan pola konvensional dalam budidaya komoditi ini, hanya beberapa petani saja yang sudah melakukannya secara intensif. Padahal dengan pemeliharaan dan perawatan intensif, produktivitas kopi Gayo bisa didongkrak sampai 2 ton/hektar/tahun.

Hal ini sudah dibuktikan oleh seorang pakar pertanian asal Gayo yang sudah melanglang buana ke berbagai daerah dan manca negara, Ir. M. Nur Gaybita, M Sc. Pria 76 tahun yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Aceh dan Direktur Bina Usaha Tani Departemen Pertanian pada era 1990an ini, selama 3 tahun belakangan ini konsens melakukan penelitian terhadap produktivitas kopi Gayo.

Dari hasil penelitiannya tersebut Pak Nur, panggilan akrab laki-laki alumni IPB ogor ini berani menyimpulkan bahwa produktivitas kopi Gayo bisa dinaikkan sampai 2 ton per hektar dan berbuah sepanjang tahun, asal dipelihara dan dirawat secara intensif.

Tanaman kopi adalah tanaman tahunan yang butuh asupan nutrisi hara yang cukup agar bisa berproduksi secara optimal, ungkap Pak Nur. Untuk itu tanaman kopi juga membutuhkan air dan pupuk yang cukup, karena tanpa kecukupan air dan nutrisi hara, mustahil tanaman akan tumbuh baik dan berproduksi tinggi.

Dalam penelitian yang dilakukan di lahan miliknya yang terletak di Desa Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, Pak Nur mencoba penerapan pupuk berimbang dan kontinyu pada tanaman kopi miliknya. Setiap 3 bulan sekali, tanaman kopi diberikan pupuk yang dosisnya disesuaikan dengan umur tanaman. Selain menggunakan pupuk organik yang berasal dari limbah tanaman dan kotoran ternak, juga ditambahkan pupuk buatan sebagai stimulant.

Pada umur 0 sampai 1 tahun, setiap batang kopi hanya membutuhkan pupuk yang memiliki kandungan Nitrogen (N), Phosfat (P) dan Kalium (K) sebanyak 0,06 kilogram (60 gram) per batang atau 90 kilogram per hektarnya dengan populasi 1.500 tanaman untuk 4 kali pemupukan atau 15 gram sekali memupuk. Selanjutnya pada umur 1 sampai 2 tahun, kebutuhan nutrisi hara makaro NPK dibutuhkan  sebanyak 270 kg per hektar atau 0,18 kg per batang untuk 4 kali pemupukan, berarti 45 gram per batang untuk sekali pemupukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun