Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Gayo, Menggapai Asa di Surabaya

27 Januari 2016   12:06 Diperbarui: 27 Januari 2016   12:36 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Senyum Arief usai dinyatakan lulus dalam sidang skripsinya di Unair (Doc. Pribadi)

Berperawakan kecil dengan rambut sedikit “kriwil” pemuda kelahiran Takengon 14 Januari 1994 yang lalu itu memiliki nyali dan tekad yang melebihi postur tubuhnya. Merintis pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri Pinangan (sekarang SD Negeri 7 Kebayakan) saat usianya masih empat setengah tahun pada tahun 1999, Arief Rahman Hakim, nama pemuda “mungil” ini berhasil menamatkan sekolah dasarnya pada usia sebelas tahun pada tahun 2005 yang lalu.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan menimba ilmu pengetahuan dan belajar tentang agama, Arief kemudian mengikuti saran kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikan menengahnya di pondok pesantren terpadu, dan pilihannya jatuh pada Pesantren Terpadu Nurul Islam, Belang Rakal, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah. Meskipun awalnya merasa begitu berat, karena dalam usia yang masih sangat muda harus “berpisah” dari orang tua dan kedua adiknya, tapi pemuda ini terlihat pantang menyerah. Dia bisa segera beradaptasi dan menyatu dengan lingkungan pesantren yang memiliki ratusan santri itu.

Mengingat bahwa kedua orang tuanya sudah bersusah payah meiayai pendidikannya, Arief pun tidak mau menyia-nyiakan amanah dari kedua orang tuanya, dan hasilnya segera terlihat, mulai dari semester pertama pada jenjang pendidikan menengah pertama (tingkat Madrasah Tsanawiyah), anak pertama dari pasangan Fathan dan Ikawati Dewi ini langsung menyabet rangking pertama di sekolah yang memadukan pendidikan umum dan agama secara berimbang itu, prestasi itu tetap dia pertahankan sampai lulus dari jenjang SLTPnya pada tahun 2008.

Merasa sudah menyatu dengan lingkungan pesantren, Arief tidak punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan menegah atasnya di luar pesantren, dia pun membulatkan tekad untuk melanjutkan jenjang berikutnya yaitu tingkat Madrasah Aliyah pada pesantren yang sama. Berbekal prestasi pada jenjang berikutnya, Arief tak mengalami kesulitan untuk mempertahankan prestasinya di tingkat SMA, rangking pertama tetap dia pegang kukuh dan tidak pernah “lepas” dari tangannya selama mengikuti pendidikan SMAnya.

Bahkan prestasi Arief semakin “berkibar”, beberapa kali gelar juara pertama cerdas cermat dalam rangka memperingati Hari Amal Bakti (HA) Kementerian Agama tingkat Kabupaten Bener Meriah berhasil dia sabet, sehingga beberapa kali pula diia  berhak mewakili sekolah dan kabupaten untuk “bertarung” di tingkat provinsi Aceh, dan di level provinsi dia juga bisa menembus tiga besar.

Bukan itu saja, kemampuannya dibidang eksakta yang “diatas rata-rata”, juga membawanya beberapa kali meraih juara Olimpiade Sains tingkat kabupaten Bener Meriah, bahkan mampu menyisihkan “rival”nya dari sekolah-sekolah negeri favorit di kabupaten yang merupakan bagian dari Dataran Tinggi Gayo itu. Diapun melenggang ke tingkat provinsi, dan gelar sepuluh besar Olympiade Sains Matematika tingkat provinsi Aceh pun melengkapi prestasinya tahun 2010 yang lalu.

Tahun 2011 merupahan tahun “krusial” baginya, karena pada tahun itu dia akan menamatkan jenjang SLTAnya, dan seperti siswa lainnya dia pun ingin menggapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebuah kebetulan atau memang petunjuk dari Allah SWT, pada tahun itu Kementerian Agama membuka peluang bagi para santri pondok pesantren untuk meraih beasiswa melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Beruntung bagi Arief, berbekal prestasinya sebagai pemegang rangking pertama di sekolahnya, dia berhak mengikuti seleksi tingkat provinsi Aceh bersama ratusan santri dari berbagai pesantren yang ada di Serambi Mekkah itu.

Bersaing dengan sekitar 600 peserta yang merupakan santri-santri terbaik dari pesantren masing-masing dengan materi test yang lumayan sulit, “uji kompetensi” yang merupakan kerjasama Kementerian Agama dengan 10 Perguruan Tinggi Negeri terbaik di Indonesia, Arief kemudian melenggang bersama empat rekannya yang berasal dari Banda Aceh, Pidie Jaya dan Aceh Timur yang berhasil “menembus” perguruan tinggi pilihan mereka. Tercatat seorang santri lolos ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, satu orang santri melaju ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, satu orang ke UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan seorang lagi masuk mulus ke Institut Pertanian Bogor (IPB). Arief sendiri kembudian “melenggang” ke Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Usai mengantongi ijazah Madrasah Aliyahnya, Arief kemudian “terbang jauh” meninggalkan kampung halamannya di Gayo, tekadnya sudah bulat untuk menggapai cita-citanya di kota terbesar kedua di Indonesia itu. Ternyata jalan yang harus dilaluinya tidaklah semulus yang dia bayangkan, meski sudah dinyatakan lolos seleksi oleh Kementerian Agama, namun Arief bersama 41 temannya dari berbagai daerah masih harus menjalani seleksi di tingkat perguruan tinggi.

Namun tekad yang kuat diiringi usaha keras dan do’a, akhirnya Arief dapat “menembus tembok” salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia itu. Dan sesuai dengan pilihan awalnya ketika mengikuti seleksi, Arief pun berhak menduduki sebuah kursi di Fakultas Sains dan Teknologi (FSaintek) dan program study Kimia menjadi pilihannya, karena dia berprinsif bahwa tenaga skill di bidang kimia masih tergolong “langka” di daerah kelahirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun