Fenomena alam berupa hujan es kembali terjadi di wilayah kecamatan Jagong Jeget Aceh Tengah, Minggu (7/7/2019). Ratusan warga di beberapa kampung di kecamatan tersebut seperti Jeget Ayu, Paya Tungel, Paya Dedep, Bukit Kemuning dan beberapa kampung di sekitarnya, merasakan dampak langsung dampak langsung dari kejadian langka tersebut.Â
Tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, tetiba saja mereka dikejutkan oleh turunnya butiran-butiran es dengan ukuran lumayan besar dalam jumlah sangat banyak menimpa rumah, pekarangan dan kebun mereka.Â
Atap rumah warga yang sebagian besar terbuat dari seng seperti dijatuhi ribuan batu kerikil dari langit dengan suara gemeretak mengemuruh yang membuat warga panik luar biasa. Rumah-rumah dengan atap seng yang sudah agak tua, bahkan jebol tidak mampu menahan "serbuan" ribuan butiran es berukuran rata-rata sebesar kelereng itu.
Kejadian itu sebenarnya bukanlah yang pertama terjadi di daerah dengan ketinggian sekitar 1.500 mdpl ini, pada tahun 2015 yang lalu, daerah ini juga pernah mengalami kejadian serupa.
Namun kejadian hari minggu kemarin terhitung lebih dahsyat dari kejadian 4 tahun yang lalu, selain cakupan wilayahnya lebih luas dan butiran es yang lebih besar, hujan es yang terjadi kemarin juga telah berdampak kerusakan pada puluhan hektare lahan pertanian di wilayah ini serta merusak puluhan rumah warga, terutama pada bagian atap yang terbuat dari seng, ini yang membuat warga setempat trauma.
Menurut teori klimatologi, hujan es sebenarnya merupaka fenomena lama biasa yang bisa terjadi kapan dan dimana saja. Hujan es terjadi akibat proses presipitasi hujan yang terjadi tidak sempurna akibat perbedaan suhu permukaan dengan suhu atmosfer yang cukup signifikan. Pada proses normal, presipitasi terjadi ketika gumpalan awan yang berisi uap air yang sudah membeku berubah menjadi titik-titik air ketika memasuki atmosfer.Â
Namun dalam peristiwa hujan es, karena suhu atmosfer yang sangat rendah, menyebabkan presipitasi tidak terjadi secara sempurna, akibatnya butiran-butiran uap air beku turun dalam bentuk gumpalan atau butiran-butiran es dengan ukuran bervariasi.Â
Gesekan dengan udara dingin di atmorfer, tidah mampu memecah butiran-butiran es tersebut menjadi air hujan, sehingga ketika sampai ke permukaan bumi masih berbentuk butiran-butiran es, fenomena inilah yang kemudian disebut sebagai hujan es. Kerusakan lingkungan dan dampak perubahan iklim global, ditengarai menyebabkan intensitas kejadian seperti ini lebih sering terjadi.
Rusak rumah dan lahan pertanian
Menurut salah seorang warga, Suprihono yang menyaksikan langsung kejadian tersebut, hujan es itu terjadi secara tiba-tiba sekitar jam 14.15 waktu setempat. Suprihono yang  juga seorang penyuluh pertanian itu menuturkan nahwa selama beberapa hari terakhir di daerah tempat tinggalnya tidak pernah turun hujan, tapi tiba-tiba langit terlihat mendung dan beberapa saat kemudian turun hujan es tersebut.
"Sudah beberapa hari ini disini tidak pernah turun hujan, kemarin tiba-tiba langit terlihat mendung, saya fikir ini gejala hujan biasa, ternyata yang turun bukan air tapi butiran-butiran es yang ukurannya lumayan besar," ungkap Supri.