Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Desa Terpencil, Udin Linge Lahirkan Buku TTS Bahasa Gayo

9 Desember 2017   10:18 Diperbarui: 11 Desember 2017   10:10 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3, Desain cover Bku TTS Bahasa Gayo yang direka sendiri oleh penciptanya (Doc. FMT)

Kreativitas bisa lahir dari siapa saja, di mana saja dan kapan saja, bahkan terkadang lahir dari keterbatasan dan keprihatinan. Begitulah yang yang tergambar dari sosok Kamaruddin atau yang biasa dipanggil Udin Linge, seorang putra Linge kelahiran Owaq, 2 Agustus 1980 ini. Berasal dari keluarga kurang mampu di desa terpencil, tepatnya di Kampung Linge, Kecamatan Linge, Udin sudah menjadi yatim sejak ayahnya meninggal dunia saat dia masih duduk di bangku SMP. Ibunya yang harus menghidupi Udin bersama dua saudara kandungnya, hanya mampu mengantarkannya menamatkan sekolah sampai jenjang SMP. Padahal sebagai sosok anak yang tergolong cerdas, Udin sangat berkeinginan melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk menggapai mimpinya itu, akhirnya Udin memutuskan untuk tidak membebani ibunya yang sudah menjadi singel parent'itu, dia memilih untuk menjadi 'penghuni' Panti Asuhan Budi Luhur Takengon. Di tempat berkumpulnya para yatim dan yatim piatu itulah, akhirnya dia mampu menyelesaikan pendidikan SLTAnya pada SMEA Negeri Takengon (sekarang SMKN 1 Takengon) pada tahun 1999. Sebenarnya, dia masih punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, namun dia juga harus berfikir relaistis, bahwa dengan kondisinya saat itu, sangat muskil baginya untuk bisa menduduki bangku kuliah. 'Kepahitan' hidup yang dialaminya sejak kecil inilah, justru membuat Udin menjadi sosok yang tegar dan tidak mengenal putus asa, untuk mengubah nasibnya.

Tak mau tenggelam dalam mimpi, Udin segera merajut masa depannya meski harus melupakan ijazah yang dimilikinya. Dia memilih untuk menjadi petani, dan Kampung Pantan Reduk, Kecamatan Linge menjadi pilihannya untuk 'merukah' (membuka lahan). untuk di jadikan lahan pertanian sebagai tumpuan hidupnya. Dari hasil kebunnya itulah, saat ini Udin bisa menghidupi istri dan anak semata wayangnya, Aramiko. Selain membudidayakan kopi, dia juga menyelinginya dengan tanaman semusim seperti cabe, tomat dan kentang.

Gambar 2, Kamaruddin alias Udin Linge, dalam keterbatasan mampu melahirkan kreativitas (Doc. FMT)
Gambar 2, Kamaruddin alias Udin Linge, dalam keterbatasan mampu melahirkan kreativitas (Doc. FMT)
Lahirkan kreativitas

Meski tinggal di daerah yang jauh dari kota, namun ide dan pemikiran Udin tidak terpaku hanya lahan pertanian yang dia kelola. Bahkan pemikiran cerdasnya mampu 'menembus' bukit-bukit yang mengelilingi kampung dimana di bertempat tinggal. Merasa sebagai bagian dari Tanoh Linge, yang menurut sejarah menjadi cikal bakal masyarakat Gayo, Udin merasa ikut bertanggung jawab untuk melestarikan adat istiadat dan budaya Gayo.

Ada kegalauan yang selalu mengganggu pikirannya melihat kondisi kekinian generasi muda Gayo yang cenderung mulai meninggalkan adat dan budaya Gayo, termasuk pemahaman tentang bahasa Gayo. Rasa tanggung jawab moral seperti itulah yang kemudian melahirkan sebuah kreativitas yang sebelumnya belum pernah dilakukan putra Gayo lainnya.

Awalnya dia punya keinginan untuk menulis sebuah buku tentang pelajaran tata bahasa Gayo yang dia harapkan bisa menjadi materi muatan lokal di sekolah-sekolah. Namun dia menyadari dirinya tidak punya kemampuan untuk menulis. Sebenarnya dia punya keinginan kuat untuk belajar menulis, namun karena dia tinggal jauh di pelosok desa, dia tidak tau harus belajar kemana. Hanya sesekali saja dia 'turun gunung', itupun hanya kalau ada keperluan. Meski keinginannya untuk bisa menulis, belum bisa terealisasi, namun dia tetap memendam cita-cita untuk bisa berkiprak dan memberikan andil dalam pelestarian adat dan budaya Gayo bagi generasi muda di daerahnya.

Ciptakan Buku Teka Teki Silang Bahsa Gayo

Udin terus memutar otak untuk mewujudkan cita-cita mulianya itu, dalam benaknya terpikir, bahwa ada banyak cara untuk ikut berkiprah dan memberikan andil dalam upaya melestarikan budaya leluhurnya. Selintas dia teringat pada masa-masa dia duduk di bangku SMEA, untuk menghilangkan kejenuhan dari aktifitas rutin di sekolah, dia sering secara  iseng mengisi buku teka teki silang yang dipinjam dari temannya.

Kenangan masa lalu itulah yang kemudian mengilhami idenya untuk menciptakan buku teka teki silang yang materinya khusus tentang pemahaman bahasa, adat istiadat dan budaya Gayo. Menurut pemikirannya, dengan permainan ringan seperti mengisi TTS ini, justru generasi muda Gayo secara tidak sadar mulai masuk dalam upaya pelestarian budaya 'Muyang Datu' mereka, disbanding jika disajikan secara formal. Tentu ini sebuah ide cemerlang dari seorang putra Gayo yang berasal dari daerah terpencil, ide seperti ini juga belum pernah muncul sebelumnya.

Tak ingin karyanya menjadi karya asal jadi, Udin pun berusaha untuk 'memperkaya' muatan adat dan budaya Gayo dalam buku teka teki silang yang diciptakannya, dia kemudian mulai berburu informasi dan pengetahuan tentang budaya Gayo dari para orang tua dan tokoh-tokoh adat Gayo. Untuk mewujudkan idenya itu, dia terpaksa harus mengorbankan kepentingan pribadinya, meninggalkan kebun dan keluarganya untuk sementara waktu, karena untuk merealisasikan mimpinya itu, dia memang harus pergi ke kota Takengon.

Bahkan dia rela mengorbankansebagian penghasilannya sebagai petani untuk mendanai 'proyek'nya itu, karena berharap bantuan dari pihak terkait, dia tidak tau 'jalur'nya, dan kemungkinan untuk mendapat bantuan finansial juga kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun