Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peserta Asal Papua, Favorit Pengunjung PENAS XV

13 Mei 2017   12:14 Diperbarui: 13 Mei 2017   12:48 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Sfarin Zailani, berreuni dengan peserta Penas asal Papua (Doc. FMT)

Even akbar Pekan Nasional (PENAS) Petani Nelayan ke XV tahun 2017 yang baru saja usai di gelar di provinsi Aceh, dihadiri tidak kurang dari 35.000 peserta yang berasal dari semua provinsi di Indonesia. Di provinsi yang terletak di ujung barat Indonesia ini, para petani dan nelayan dari seluruh Nusantara berkumpul untuk mengikuti berbagai agenda yang telah dipersiapkan. Selain itu, gelaran besar tiga tahunan ini juga merupakan ajang untuk mempromosikan produk-produk pertanian dan perikanan unggulan dari daerah masing-masing, serta bisa menjadi ajang transaksi bisnis pertanian antara petani dengan para pelaku usaha di bidang pertanian, karena acara ini juga dihadiri oleh para pelaku usaha di bidang pertanian, khususnya yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia.

Bagi sebagian besar peserta Penas, selain membawa misi dari daerah mereka masing-masing, mereka juga memanfaatkan even ini seagai ajang untuk menjalin silaturrahmi antar peserta yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dan tentu saja dengan ciri khas dan kultur budaya yang berbeda pula. Disinlah kemudian terjalin komunikasi dan interaksi serta keakraban dari semua peserta Penas, dan inilah sebenarnya esensi dari gelaran yang merupakan agenda rutin dari Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) ini.

Ada yang menarik dalam even Penas XV di Aceh yang digelar selama sepekan dari tanggal 6 – 11 Mei 2017 ini, yaitu kehadiran kontingan dari ujung timur Indonesia. Para peserta Penas yang berasal dari Papua dan Papua Barat ini mampu menarik dan menyedot perhatian pengunjung, baik peserta Penas sendiri maupun pengunjung dari sepotaran kota Bnnda Aceh dan kota-kota lainnya di provinsi Aceh. Ciri khas peserta dari Papua ini sangat mudah dikenali oleh semua pengunjung, selain dari cirri fisik kulit hitam dan rambut keriting, dari asesoris yang mereka kenakan, para pengunjung akan langsung bisa mengenali bahwa mereka adalah peserta dari Papua.

Dari tampilannya, para peserta asal Papua ini memang kelihatan “sangar”, tapi ternyata mereka sangat ramah dan baik, mereka menyapa siapa saja yang dijumpainya dengan logat khas dan sikap ramah mereka. Itulah yang menyebabkan kehadiran mereka di setiap sudut arena Penas sangat disukai oleh para pengunjung. Dalam sekejap, mereka sudah bisa terlihat akrab dengan para pengunjung Penas, logat bicara mereka yang agak “berbeda” justru bisa menjadi penghangat suasana, karena terkadang melahirkan kelucuan-kelucuan yang mengundang gelak tawa pengunjung.

Keunikan yang mereka tampilkan, akhirnya mengundang keinginan banyak peserta Penas maupuun pengunjung untuk mengajak mereka berfoto atau selfie bersama. Dan dengan senang hati mereka akan menerima ajakan selfie itu, bahkan mereka mampu bergaya layaknya foto model professional, menebar senyum kesana kemari saat mereka difoto. Itu yang membuat para pengunjung Penas merasa terkesan bisa berfoto bersama mereka, karena momen seperti itu sangat langka bagi para pengunjung.

Seperti yang diungkapkan oleh Siti Fadilah, ibu rumah tangga asal Banda Aceh ini sengaja mengajak putrinya yang masih berusia 2 tahun untuk bisa berfoto bersama salah seorang peserta dari Papua,

siti-berpose-bersama-peserta-penas-asal-papua-5916950375977327277fd296.jpg
siti-berpose-bersama-peserta-penas-asal-papua-5916950375977327277fd296.jpg
Gambar 2, Siti sengaja mengajak putrinya untuk berpose bersama peserta Penas asal Papua (Doc. FMT)

“Awalnya agak serem melihat penampilan mereka, tapi ternyata mereka baik dan ramah-ramah, senang sekali bisa berfoto bersama salah seorang dari mereka, jarang-jarang ka nada momen seperti ini, itung-itung nambah saudara” ungkap Siti sambil tersenyum.

Lain lagi dengan Riga, petani muda asal Aceh Tengah ini, dia terlihat merangkul mesra seorang peserta Penas asal Papua, seolah teman lama yang sudah lama tidak pernah ketemu.

riga-bersama-peserta-penas-asal-papua-5916953f759773ed0b7fd29a.jpg
riga-bersama-peserta-penas-asal-papua-5916953f759773ed0b7fd29a.jpg
Gambar 3, Riga, petani asal Aceh Tengah terlihat akrab dengan peserta asal Papua (Doc. FMT)

“Menyenangkan bisa ketemu teman-teman dari Papua, mereka sangat menyenangkan dan bisa jadi teman diskusi yang mengasyikkan, ketemu mereka rasanya seperti ketemu teman lama saja, bisa ngobrol kesana kemari disertai candaan-candaan ringan” ungkap Riga.

Sementara bagi Safrin Zailani, koordinator tim expo pertanian Aceh Tengah, bertemu dengan sesame peserta Penas dari Papua seakan menjadi reuni baginya, karena sebelumnya Safrin juga pernah bertemu mereka di ajang Penas XIV di Malang, tahun 2014 yang lalu.

“Tiga tahun lalu saya pernah ketemu mereka di Malang, dan hari ini saya kembali bertemu dengan mereka, rasanya seperti reunian saja, hahaha, mereka teman yang sangat menyenangkan” kata Safrin.

Ungkapan yang hampir sama juga disampaikan oleh Dian Utami, peserta Penas asal Yogyakarta. Sama seperti Safrin, Dian juga pernah ketemu dengan para peserta dari Papua dalam even Penas sebelumnya, bahkan Dian sudah dua kali bertemu dengan mereka. Tapi meski sudah pernah bertemu, Dian tetap kepingin berfoto dengan mereka, karena menurutnya berfoto dengan saudara dari ujung timur Indonesia yang berpenampilan unik ini sangat berkesan baginya.

“Saya pernah ketemu mereka di Palembang tahun 2011 dan di Malang tahun 2014 yang lalu, tapi setiap ketemu mereka, saya tetap kepingin selfie sama mreka, karena berfoto bersama mereka bagi saya sangat mengesankan, mereka sangat baik, tidak seserem penampilan mereka” ungkap Dian sambil tersenyum.

peserta-penas-dari-aceh-tengah-berfoto-bersama-peserta-asal-papua-591695846d7e610d0d2a6859.jpg
peserta-penas-dari-aceh-tengah-berfoto-bersama-peserta-asal-papua-591695846d7e610d0d2a6859.jpg
Gambar 4, Peserta Penas asal Papua jadi favorit selfie pengunjung Penas XV di Banda Aceh (Doc. FMT)

Tak heran dimana ada peserta asal Papau berada, disitu selalu antri pengunjung yang ingin berfoto bersama. Dan para peserta berpenampilan unik ini memang mobilitasnya cukup tinggi, baru beberapa saat berada di arena Penas, tau-tau mereka sudah berada di salah satu sudut kota Banda Aceh, dan beberapa saat kemudian sudah terlihat nongkrong di salah satu Mall di kota itu. Teriknya udara kota Banda Aceh bukanlah kendala bagi mereka, dengan santainya mereka menyusuri jalanan kota berjalan kaki tanpa alas kaki, seperti kebiasaan di daerah asal mereka. Dan setiap kehadiran mereka selalu menarik perhatian siapa saja yang bertemu dengan mereka.

Ada alasan kenapa mereka begitu terlihat senang mengelilingi kota Banda Aceh, sebagian besar dari mereka memang belum pernah menginjakkan kaki di Tanah Rencong sebelumnya. Beberapa obyek kota yang menarik perhatian mereka adalah Museum Tsunami dan Masjid Raya Baiturrahman anda Aceh. Salah seorang peserta asal Papua, Robertus mengungkapkan rasa gebiranya bisa menginjakkan kakinya di bumi berjuluh Serambi Mekkah ini.

“Selama ini kita orang hanya bisa lihat Aceh dari layar televisi, ada tsunami besar yang pernah terjadi disini juga cuma kita orang tau dari tivi, tapi sekarang kita orang se  bisa lihat langsung ke museumnya, bagus sekali, kami bisa tau kejadian tsunami yang banyak memakan korban saudara kami di Aceh” ungkap Robertus dengan logat Papuanya yang kental.

Meski mengaku non Muslim, tapi Robertus sangat mengagumi Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, beberapa kali dia mendatangi masjid ini meski hanya dari luar pagar masjid.

“Kita orang punya cirri khas daerah masing-masing dan harus saling menghormati, saya juga menghormati saudara-saudara Muslim saya di Aceh, saya juga kagum sama keindahan masjid Banda Aceh ini, tapi saya hanya lihat dari luar, karena saya bukan Muslim” sambungnya, sebenarnya dia punya keinginan untuk masuk kedalam masjid, tapi dia takut dianggap tidak sopan dan mengganggu ummat Islam disana.

“Kita orang diajarkan untuk tidak saling mengganggu sesama saudara, kita orang sangat hormat sama saudara-saudara di Aceh, saya se ingin sekali lihat masjid dari dekat, tapi saya takut itu akan mengganggu saudara-saudara kita” pungkasnya.

Mengagumkan, ternyata prinsip toleransi mereka luar biasa, meski punya keinginan, tapi mereka mampu menahan diri untuk tidak mengganggu penganut agama lain. Dan itulah saudara-saudara kita dari Papua, dibalik penampilannya yang “seram”, ternyata hati mereka sangat lembut dan menyimpan kearifan lokal yang sangat luhur. Wajar kalau peserta Penas asla Papua ini jadi favorit bagi para pengunjung Penas.

Gelaran Penas XV usai sudah, dan saudara-saudara kita dari Papua sudah beranjak untuk kembali ke daerah asal mereka, tapi kesan yang mereka tinggalkan begitu indah, seindah kearifan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun