“Kita orang diajarkan untuk tidak saling mengganggu sesama saudara, kita orang sangat hormat sama saudara-saudara di Aceh, saya se ingin sekali lihat masjid dari dekat, tapi saya takut itu akan mengganggu saudara-saudara kita” pungkasnya.
Mengagumkan, ternyata prinsip toleransi mereka luar biasa, meski punya keinginan, tapi mereka mampu menahan diri untuk tidak mengganggu penganut agama lain. Dan itulah saudara-saudara kita dari Papua, dibalik penampilannya yang “seram”, ternyata hati mereka sangat lembut dan menyimpan kearifan lokal yang sangat luhur. Wajar kalau peserta Penas asla Papua ini jadi favorit bagi para pengunjung Penas.
Gelaran Penas XV usai sudah, dan saudara-saudara kita dari Papua sudah beranjak untuk kembali ke daerah asal mereka, tapi kesan yang mereka tinggalkan begitu indah, seindah kearifan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H