Menyadari bahwa kawasan Pantan Terong kini mulai berkembang sebagai kawasan wisata agro, Ahdi dan kawan-kawan tidak ingin kehilangan momentum. Mereka mulai melakukan budidaya markisa secara intensif, yaitu menggunakan para-para yang terbuat dari kayu. Mereka punya obsesi, suatu saat para wisatawan yang datang ke kawasan agrowisata pantan terong akan bisa menikmati buah markisa dengan cara memetik sendiri dari pohonnya, tentu ini sebuah peluang ekonomi yang sangat menjanjikan.
Apalagi infrastruktur jalan menuju kawasan ini juga sudah baik, sehingga akan semakin banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi lokasi wisata agro ini. Ada keunikan dari wisata agro Pantan Terong ini, selain bsa menikmati hijaunya lahan pertanian, dari tempat ini para wisatawan juga dapat menikmati keindahan Danau laut Tawar dari kejauhan, karena Pantan Terong memang berada di puncak perbukitan kecil. Mirip dengan daerah Dieng di Wonosobo atau Puncak di Bogor.
Keberhasilan P4S Rebe Bahgie “menghijaukan” kawasan Pantan Terong dengan berbagai tanaan hortikultura, kahirnya menarik perhatian banyak petani dari berbagai daerah, bukan hanya dari seputaran kabupaten Aceh Tengah tapi juga dari daerah lain. Rta-rata mereka datang memang ingin melihat laksung aktifitas P4S ini sekaligus belajar dari mereka tentang budidaya sayuran organic.
Tak hanya petani yang kemudian mendatangi tempat ini, para pejabat di lingkungan Kementerian Pertanian baik di tingkat pusat maupun provinsi juga tertarik untuk melihat keberhasilan P4S ini. Dari buku tamu yang pada P4S ini, sudah ada puluhan pejabat dari Ditjen Hortikultura, Ditjen Peternakan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian< Balai Pengakjian dan Penerapan Teknologi Pertanian, Balai Pelatihan Pertanian Jambi, Dinas Pertanian Aceh, Balai Diklat Pertanian Aceh dan masih banyak lagi pejabat yang tercatat pernah mengunjungi kelompok ini.
Mengingat bahwa kunjungan petani maupun pejabat pertanian ke kelompok P4S ini semakin meningkat, Ahdi berharap kepada pihak terkait untuk membantu pembangunan saung atau tempat pembelajaran yang lebih representatif, bahkan kalu isa lengkap dengan tempat pemondokan. Jadi petani yang mau belajar disini selama beberapa hari bisa menginap disini, tentu ini menjadi lebih efektif dan efisien.
“Kalau bisa bapak-bapak pejabat terkait, mohon dibantu lah kami ini untuk membangun saung tani yang lebih besar dan luas, kalu bisa dengan tempat pemondokannya sekalian, kalau ada pameondokan, kan para petani yang ingin belajar disini nggak perlu pulang balik setiap hari” begitu kira-kira harapan Ahdi setiap kali ada pejabat pertanian yang mengunjungi P4S yang diketauinya.
Beberapa pejabat yang pernah hadir memang sudah berjanji untuk membantu merealisasikan “mimpi” Ahdi dan kawan-kawan, namun sampai saat ini harapan Ahdi belum juga terwujud. Saung yang dibangun secara swadaya yang ada saat ini kondisinya sudah tidak layak lagi dan memang sangat membutuhkan perbaikan atau pebangunan saung baru, mudah-mudahan janji para pejabat itu sgera terelaisasi.
Setelah “berjuang” lebih dari 7 tahun membuka lahan tidur di kawasan Pantan Terong, kini para anggota P4S Rebe Bahgie mulai merasakan hasil dari apa yang telah mereka usahakan selama ini. Setiap hari beberapa unit mobil pick up siap menjemput puluhan karung kol, wortel atau buncis, karena jenis sayuran itu bisa ditanam ditempat ini sepanjang musim. Sementara untuk komoditi kentang, setidaknya dua kali setahun mereka menanamnya disini, dan pada saat panen, puluhan ton kentang akan “turun” dari perbukitan ini untuk mengisi pasar-pasar lokal dan pasar luar daerah seperti Banda Aceh dan Medan.