Kelompok tani adalah wadah berkumpulnya para petani untuk melakukan kegiatan usaha tani secara bersama-sama atau terkoordinir, keberadaan kelompok tani ini sudah di ataur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 172/Permenten/OT.140/8/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani. Dalam peraturan tersebut, pemerintah wajib melakukan pembinaan dan memberikan penyuluhan kepada kelompok tani dan gabungan kelompok tani secara berkesinambungan, menuju kemandirian kelompok. Keawajiban pemerintah itu yang kemudian didelegasikan kepada Kementerian atau lembaga terkait untuk melaksanakan pembinaan tersebut, seperti Kementerian Pertanian serta para Gubernur dan Bupati/Walikota.Â
Jajaran Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) secara intens terus memberdayakan para penyuluh pertanian yang berada di Pusat, Provinsi maupun Kabupaten Kota untuk terus melakukan pembinaan dan penyuluhan kepada kelembagaan petani ini. Demikian juga para Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia terus mengoptimalkan pelayanan penyuluhan dan pembinaan kepada kelompok tani ini melalui Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi maupun Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota yang dalam pelaksanaan pembinaan, bersinergi dengan Satuan Kerja terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Perikanan dan stake holders lainnya.
Badan Koordinasi Penyuluhan maupun Badan Pelaksana Penyuluhan, kemudian mengoptimalkan peran para penyuluh pertanian yang berada di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) atau Badan Penyuluhan Peertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) yang ada di setiap kecamatan, dan penyuluhnya tersebar ke seluruh desa yang ada.
Bertolak dari realita tersebut, geliat nyata sudah ditunjukkan oleh Koordinator BP3K Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah, Athaullah, SP Â yang terus berupaya meningkatkan kemandirian kelompok serta mendorong kewira usahaan kelompok tani yang berada di wilayah binaannya. Dari data yang ada di BP3K tersebut, wilayah kecamatan Bebesen yang terdiri dari 26 Desa itu meiliki 87 Kelompok Tani dan 11 Gabungan Kelompok Tani atau Gapoktan. Athaullah yang membawahi sekitar 14 Penyuluh Pertanian itu, terus berupaya agar kelompok tani dan Gapoktan yang erada di wilayahnya semakin berdaya dengan kegiatan produktif yang mereka lakukan.
Salah satu Gapoktan yang terbilang responsif menyahuti pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian di BP3K Bebesen ini adalah Gapoktan Karang Kelumit yang berada di Desa Bahgie Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Gapoktan yang diketuai oleh Win Rasuluddin ini sudah beberapa tahun ini mulai mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian yang berada di kawasan agrowisata Pantan Terong yang tidak begitu jauh dari desa mereka. Dibawah bimbingan seorang penyuluh pertanian perempuan, Yusfi Leili, SP, Gabungan kelompok tani ini terus menunjukkan geliatnya, mereka telah menunjukkan karya mereka "menyulap" lahan yang selama ini nyaris tidak terurus, menjadi lahan budidaya Kentang dan Kol yang cukup produktif. Dengan memanfaatkan dana bergulir yang berasal dari program Peningkatan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang mereka terima pada akhir tahun 2012 yang lalu, mereka terus "memutar" dana tersebut untuk kegiatan pengembangan horikultura di kawasan argrowisata tersebut. Wajar saja jika hanya dalam tempo kurang lebih 3 tahun, dana PUAP sebesar 100 juta rupiah itu, kini sudah berkembang menjadi dua kali lipatnya.
Dalam menjalankan usaha tani mereka, para petani yang bergabung dalam kelompok ini benar-benar serius, bukan hanya memikirkan agar tanaman mereka tumbuh dan berproduksi dengan baik, namun mereka juga juga sudah memikirkan prospek pasar dari komoditi yang mereka usahakan. Itulas sebabnya memereka memilih fokus pada budidaya Kentang dan Kol, karena kedua komoditi sayuran ini, selama beberapa tahun terakhir, harganya cukup stabil dan pemasarannya pun tidak sulit, serta permintaan pasar yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Kebetulan kawasan agrowisata Pantan Terong yang menjadi lahan usaha mereka, meiliki ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut, tanahnya subur serta memiliki kesesuaian agroklmat untuk m pengembangan kedua komoditi tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, penulis menyempatkan diri untuk "naik lapangan" ke kawasan agrowisata Pantan Terong  yang memang berada di puncak sebuah bukit, yang menjadi lahan pertanian kelompok tani tersebut. Jalan menuju kawasan itu sudah lumayan mulus, sehingga para petani tidak kesulitan untuk mengangkut dan memasarkan produk pertanian yang mereka hasilkan, bahkan mereka tidak perlu mengangkutnya sendiri, karena pra pedagang yang akan menghampiri mereka di lahan usaha mereka. Didampingi Yusfi Leili, penulis sempat takjub saat menyaksikan panen Kol/Kubis hasil budidaya yang dilakukan oleh kelompok tani Karang kelumit ini, Kol atau Kubis yang mereka hasilkan rata-rata berukuran "Jumbo", karena memang keadaan tanah di kawasan yang mirip dengan Puncak Pass Bogor itu sangat subur dan kondisi iklimnyapun sangat mendukung untuk pengembangan komoditi sayuran ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H