Di dunia pendidikan seringkali masyarakat disajikan data sekolah-sekolah yang berprestasi dengan data-data lulusannya rata-rata nilainya di atas 9 atau nyaris sempurna. Sementara bagi sekolah dengan output nilai lulusannya rata-rata dibawahnya dianggap prestasinya dibawahnya. Inilah kekeliruan kita hanya tertipu oleh hasil bukan oleh proses dalam menilai kualitas lembaga pendidikan atau sekolah.
Kerangka berpikirnya jika ada sekolah menghasilkan output lulusan dengan rata-rata nilai 9 sedangkan siswanya pada waktu masuk juga dengan rata2 nilai 9, sementara sekolah yang lain menghasilkan output lulusan rata-rata 7 sedangkan inputnya ketika siswanya pada waktu masuk di sekolah tersebut hanya rata-rata 5, jadi manakah sebenarnya yang berprestasi?
Meskipun output rata-rata nilai lulusannya 9 tetapi jika pada waktu siswa masuk di sekolah tersebut awalnya sudah rata-rata 9 dari jenjang sekolah sebelumnya, tentunya kualitas pembelajarannya masih terbilang biasa, kenapa? karena tidak terlihat peningkatan kualitasnya. Mustinya jika input rata-rata nilai 9 ketika lulus harus mendekati sempurna entah 9,5 atau bahkan 100.
Di sisi lain ada sebuah sekolah hanya dapat meluluskan siswanya dengan rata-rata nilai 7 tetapi ketika siswanya masuk dari jenjang pendidikan sebelumnya rata-rata nilai hanya 5 Â maka proses pembelajaran di sekolah tersebut dapat dikatakan berkualitas, kenapa? karena bisa meningkatkan kompetensi siswanya dari sebelumnya hanya mampu di rata-rata nilai 5 menjadi rata-rata nilai 7.
Jadi kepada orang tua yang sebentar lagi akan mencari sekolah atau lembaga pendidikan untuk putera puterinya, silahkan mencari sekolah yang berkualitas, tetapi jangan semata-mata melihat hasil lulusannya, cari data tentang kualitas proses pembelajarannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI