Bekerja dengan pola teratur, pergi kerja pagi, bertemu dengan teman teman, membicarakan masalah pekerjaan, mendiskusikan berbagai hal tentang pekerjaan, bercanda dengan teman kerja, lalu pulang sore hari hari, bagi saya sudah memberi keasyikan sendiri.Â
Work From Home, memaksa saya untuk langsung berhadapan dengan laptop atau alat kerja canggih  lain yang serba digital menuntut saya untuk berinteraksi dengan benda mati .Â
Belum lagi jika kendala lain muncul, seperti jaringan lelet , aplikasi bermasalah, bahan kerja yang dioalah kurang lengkap atau komunikasi yang slow respon . Membuat ' tensi darah agak naik' Alih alih pekerjaan selesai, malah bikin lelah mental.Â
Belum lagi jika muncul gangguan kerja dari lingkungan sekitar. Sudahlah!!!. Konsentrasi kerja jadi terhenti. Contohnya, enak enak kerja diteriaki istri, gas habis. Mau tidak mau, pekerjaan jadi terjeda. Mau menolak perintah istri tak berani,he,he,he,he. Daripada tak disediakan makan!!!
Lain lagi jika kita Aparatur Sipil Negara. Kewajiban absensi ditempat kerja menjadikan Work From Home hal dilematis. Jika WFH dijalankan, timbul pertanyaan. Penilaian Kinerjanya:  apakah dinilai dari realisasi targe kerja atau kehadirannya?  Tidak hadir ditempat kerja dianggap mangkir, walaupun target kerja bisa diselesaikan.Â
Ujung ujungnya tetap dianggap tidak hadir yang berimbas pada pemotongan uang makan dan tunjangan kerja. Rugilah....he...he...he... Kerja selesai tapi penghasilan berkurang. Belum lagi sanksi disiplin pegawai sudah menunggu. Sudah lelah mental karena gangguan kerja, ditambah lelah mental karena peringatan dan penghasilan yang berkurang. Makin lengkap penderitaan.... !!!
Bagi saya, Kegiatan Work From Home bisa diterapkan, tetapi juga harus dipikirkan juga dampak sosialnya . Lalu  dampak  apa yang harus diminimalisir? :
1. Motivasi Kerja menurun. Hal ini disebabkan karena suasan kerja yang berbeda dengan situasi di kantor
2. Miskomunikasi. Miskomunikasi ini disebabkan kesalahan mempersepsi maksud dari komunikasi yang dilakukan. Komunikasi yang tidak langsung menyebabkan sering gagal faham yang berdampak pada kualitas hubungan
3. Banyaknya gangguan kerja. Bekerja di kantor dengan lingkungan yangbersifat isolatif  dan jauh dari kebisingan pasti mengurangi gangguan kerja. Gannguan kerja yang terlalu bvanyak akan memunculkan rasa jengkel dan marah
4. Â Tidak ada jam kerja yang teratur, bagi saya yang biasanya menyukai keteraturan akan menimbulkan masalah kejiwaan tersendiri.Â