Mohon tunggu...
Masduri
Masduri Mohon Tunggu... Penulis -

Masduri, lahir di pedalaman Sumenep Madura. Seorang anak desa yang sedang belajar menulis untuk menciptakan mimpi-mimpi di masa depan. Bertempat tinggal di www.masduri.wordpress.com\r\ndan beralamat di masduri_as@yahoo.co.id.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Catatan Perjalanan Interfaith Youth Pilgrimage (2)

15 November 2013   15:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:08 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senin, 11 Nopember 2013-Pagi-pagi sekali saya harus bangun, sebagai seorang muslim saya harus melaksanakan salat Subuh. Setelah itu saya mencoba membuka notebook melihat informasi terbaru di media massa, serta menikmati sajian berita di televisi. Banyak informasi yang saya dapatkan. Kebiasaan ini terus saya pupuk setiap hari agar tidak ketinggalan informasi. Setelah saya rasa cukup, makan pagi sudah tersedia. Bersama teman-teman yang lain, saya menikmati sarapan pagi dengan sangat menggairahkan. Menunya nasi goreng dengan kopi dan teh hangat yang sangat menggoda.

Aktivitas Interfaith Youth Pilgrimage (IYP) harus segera dimulai, setengah delapan saya berangkat menuju kantor Indonesian Corsortium for Religouse Studies (ICRS) di Universitas Gajah Madah (UGM) Yogyakarta, kemudian masuk ke ruangan kelas untuk memulai sesi pertama. Seperti biasa, sesi pertama selalu dibuka dengan perkenalan, setiap fasilitator dan peserta IYP satu persatu diminta untuk memperkanalkan dirinya. Setelah itu, kegiatan belajar dilanjutkan dengan kontrak belajar, sekligus aturan main yang dibuat bersama. Waktu kegiatan begitu mengasyikkan, apalagi fasilitatornya begitu lucu. Peserta selalu tertawa penuh kebahagaian.

[caption id="attachment_278205" align="alignnone" width="960" caption="Peserta IYP bersama fasilitator sedang bersuka ria di Kelas ICRS Pascasarjana UGM Yogyakarta."][/caption]

Selesai kontrak belajar, acara sudah memasuki acara inti, yakni dialog tentang Sejarah, Agama, dan Konflik antar Golongan di Indonesia yang disampaikan oleh narasumber, yakni Pak Leo dan Vicky. Mereka secara runut menyampaikan problem kekerasan di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan hingga era reformasi. Bermacam data yang dimunculkan narasumber, membuat saya terbelalak, betapa selama ini kasus kekerasan sangat banyak sekali, terutama kasus kekerasan antar umat beragama. Mereka juga menjelaskan bahwa sebenarnya hampir semua kasus kekerasan antar umat beragama di Indonesia, motif dasarnya bukan persoalan teologis. Mayoritas motif dasarnya adalah kepentingan politik dan ekonomi, namun kemudian dipolitisasi seolah-olah kekerasan teologis, sehingga mendorong banyak penganut agama ikut melakukan kekerasan, sebab mereka merasa agama mereka sedang terancam.

Dialog tersebut terus berlanjut, hingga akhirnya waktu sesi dialog habis. Sebenarnya masih sangat banyak pertanyaan dan gagasan yang hendak disamapikan oleh teman-teman peserta IYP, tetapi keterbatasan waktu membuat kami harus mengakhiri sesi tersebut. Karena masih ada sesi lain yang juga harus dilakukan. Sebelum melanjutkan ke acara yang lain, kami makan siang terlebih dahulu. Agar nanti ketika melaksanakan kegiatan berikurtnya, bisa lebih semangat. Bersama teman-teman yang lain saya makan bersama di lantai kelas, semua teman-teman ingin merasakan kebahagian mendalam di atas perbedaan. Hal yang mengesakankan, faslitator sekaligus narasumber yang menyampaikan materi dalam dialog waktu itu juga makan bersama dengan kami di lantai kelas. Sungguh terasa sangat membahagiakan makan bersama dengan teman-teman yang berbeda agama tanpa menunjukkan egosime diri.

Kegiatan dan perjalanan harus terus kami lanjutkan. Siang itu saya dengan teman-teman yang lain berangkat menuju DIAN-Interfide Indonesia, sebuah komunitas lintas iman yang konsen di bidang perdamaian antar umat beragama. Di sana saya belajar banyak bagaimana mereka yang berbeda agama dapat berdialog bersama dalam upaya membangun harmoni hidup. Mereka juga memutar video Interfide yang berisi sejarah dan kegiatan mereka. Sungguh sangat menggugah perasaan saya, banyak komentar yang disamapaikan para pemeluk agama-agama di Indonesia tentang pentingnya hidup berdamai dengan siapapun. Serta ada banyak pengalaman dari peserta yang mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh DIAN-Interfide Indonesia, mereka merasa sangat terkesan ketika dapat berdialog dan mengenali agama lain langsung dari sumber pemeluknya sendiri. Bukan sekedar mendengar dari orang lain yang sebenarnya tidak menganut agama bersangkutan, ataupun tidak sekedar membaca dari buku yang kadang isinya sangat bias tafsir.

[caption id="attachment_278206" align="aligncenter" width="648" caption="Peserta IYP, fasilitator, dan narasumber sedang berfoto di Kantor DIAN-Interfide Indonesia."]

1384502913142044616
1384502913142044616
[/caption]

Selesai perbincangan di DIAN-Interfide Indonesia, saya bersama teman-teman yang lain, berangkat lagi menuju Pura Jagatnatha. Di sana saya dapat belajar banyak tentang agama Hindu, bahkan juga menyaksikan secara langsung ritual yang mereka lakukan. Kesaksian yang saya lihat waktu itu, semakin menyadarkan saya betapa pentingnya sikap saling menghargai. Sebab keyakinan merupakan hal esensial pada setiap individu yang tidak boleh diintervensi oleh siapapun. Pemaksaaan dalam berkeyakinan hanya akan menimbulkan problem psikologis, yang pada akhirnya akan berdampak besar bagi kekacauan sosial. Karena itulah, toleransi antar umat beragama merupakan hal mutlak yang tidak bolehdielakkan lagi.

[caption id="attachment_278207" align="aligncenter" width="648" caption="Peserta IYP sedang berkunjung dan berdialog dengan penganut Agama Hindu di Pura Jagatnata Yogyakarta."]

1384503486852249819
1384503486852249819
[/caption]

Kami pun harus meinggalkan Pura, waktu sudah cukup malam. Sesampainya di tempat penginapan, saya segera makan bersama teman-teman. Acara selanjutnya, materi tips memotret dan penulisan journalharian. Dari Ibu Elis, saya mendapat banyak tips memotret yang baik dan benar. Pengetahuan ini bagi saya sangat penting sekali. Apalagi hidup diabad digital yang penuh dengan ragam ekspresi, termasuk melalui foto. Maka belajar memotret yang baik dan benar sangat dibutuhkan, terutama bagi mereka yang menyukai dunia fotografi.

Selesai acara itu, baru kemudian sesi refleksi atas kegiatan yang telah berlangsung sejak pagi hari tadi. Dalam nperbincangan itu, saya menyampaikan, betapa pengalaman IYP ini benar-benar memberikan pengalaman baru yang sangat luar biasa bagi saya. Sebagai seorang Muslim yang besar di pesantren dan daerah yang hemogen. Saya sangat terkesan sekali dengan perjumpaan bersama teman-teman dari lintas agama. Jika selama ini saya hanya berjupa dengan teman-teman dari berbagai daerah yang berbeda suku, ras, bahasa, dan budaya, tetapi agamanya tetap sama. Tetapi kini melalui kegiatan IYP, saya benar-benar merasa menjadi Indonesia yang sempurna.

Selama ini saya hanya mengetahui bahwa di Indonesia itu sangat kaya akan perbedaan. Melalui IYP, saya tidak hanya sekedar tahu, tetapi dapat merasakan secara langsung hidup dalam perbedaan agama, suku, ras, budaya, bahasa, dan budaya. Hal yang sangat mengesankan, hidup dalam perbedaan sangat indah sekali. Keindahan ini didapat, tentu jika kita mau untuk saling menghargai antara sesama manusia yang memiliki hak untuk berbeda, dalam hal apapun.

Surakarta, 13 Nopember 2013

Masduri, Peserta Interfaith Youth Pilgrimage (IYP) Indonesia, kelahiran Sumenep Madura Jawa Timur. Sedang Study di jurusan Teologi dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun