Gak terasa, kopiku dah habis. Padahal jam baru menujukkan pukul 11 malam. Biasanya, jam segini kopiku masih setengah gelas. Dan lagu letto masih setengah playlist. Entah apa gerangan ko begitu cepat rasanya waktu berlalu.
Huh, ku coba sejenak menghelas nafas ditengah heningya malam itu. Ku tengok dari jendela, jalan setapak depan rumahku masih basah bekas hujan sore tadi. Dan angin lembut menyapa.. agak dingin. Aku duduk kembali di depan komputer sambil nyruput sisa kopi yang nyampur sama cethe..
Aku akui, malam itu terasa agak membingungkan. Atau aku sendiri yang membuatnya bingung?? Yang jelas terasa sekali perfeksionisme menggelanyuti otakku hingga seret untuk mengeluarkan peta peta ide yang sebenarnya berserakan. Padahal dengan segala kerendahan hati aku memahami bahwa pola pikir untuk selalu mempersembahkan yang terbaik gak selalu benar. Tapi yo piye maneh, aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk dinikmati..
Perseteruan itu terus terjadi sampai terdengar... denting jam 12 kali. Bertanda sudah jam 12 malam. Mau tidur gak bisa (gak terbiasa tidur sebelum menelurkan ide hari ini). Mau browsing wes males, mau ngeblog gak tau mau posting apa.
Dan akhirnya aku putuskan untuk menulis beberapa hal hal filosofis yang radikal (radikal artinya mendasar dan mengakar) tentang kerancuan malam ini. Hahaha, walaupun katrok banget tapi gak papa.
Kerancuan yang jelek adalah pertentangan antara kebaikan dan keburukan. Dan bodohnya, aku blom paham betul. Kerancuan yang baik adalah kerancuan filsafat ibnu rusyd menurut al ghazali. Mengapa baik? Karena telah menelurkan ratusan doktor filsafat dengan membahasnya.
Antara perfeksionis dan lugasisme (lugas+isme) terlalu kentara sehingga membingungkan pelakunya. Nunggu yang terbaik untuk diberikan atau memberikan yang biasa biasa saja saat ini juga??
Jalan mana yang akan ditempuh. Jalan kenyamanan atau kegengsian?? Seringkali aku ke mall pake sandal jepit kaos oblong dan celana cargo. Hemm... Begitu nyantai dan nyaman. Tapi cewekku ngamuk ngamuk!!
Bisa nggak aku menikmati hidup, mensyukurinya, dan sukses dengan menempuh jalanku dewe (non formal)?? Sebenarnya aku bisa, tapi sayangnya aku belum berani menempuh jalur yang penuh resiko.
Ada nggak ya orang yang takut kaya?? Aku pengen banget jadi orang kaya, dan sepertinya aku tau jalannya dan yakin bisa mendapatkannya. Tapi hiiii...... aku masih merinding. Kalau aku nanti gak bisa memanfaatkannya dengan baik.
Sebenarnya aku ini bukan siapa siapa, dan bukan apa apa. Tapi yang membuat aku sedikit bangga, aku selalu ingin tau. Salah gak yaa?? Kata mereka gak boleh seh. Tapi gak papa, namanya juga manusia.