Mohon tunggu...
Dicki Andrea
Dicki Andrea Mohon Tunggu... Freelancer - A Full Stack Developer | Learner

Nothing to lose for to be gratefull

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musuh Dari Musuhmu Bukan Berarti Bagian Dari Kawanmu

16 April 2018   09:44 Diperbarui: 16 April 2018   09:55 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman saya pernah berkata, "Jika kau mengenali dirimu tapi tak mengenal musuhmu, maka kau akan selamanya menelan kekalahan. Jika kau mengenal musuhmu namun tak mengenal dirimu, maka kau akan menang hanya sekali. Dan jika kau mengenal dirimu dan mengenali musuhmu, maka kau akan menang ribuan kali". Katanya, kalimat itu ia kutip dari seorang laksamana perang yang dia lupa siapa namanya.

Dari kalimat di atas, saya belajar bahwa penting untuk mengenali setiap orang. Penting agar kita mengetahui mana musuh dan mana kawan. Sebab, di zaman sekarang menurut saya sulit untuk berteman dengan orang yang benar benar dapat di percaya. Sulit, terlebih di tempat kerja atau di kampus. Kebanyakan, orang-orang saat ini ingin berkawan karena ada kepentingan tertentu yang dia enggan untuk jujur tentang hal itu. Apalagi teman yang mau berkorban saat kita dalam kondisi sulit. Ya begitulah, maka bagi saya penting sekali untuk bisa mengenali seseorang.

Sama seperti yang sedang viral baru baru ini, yakni perkataan dari seseorang yang mengaku pernah menjadi dosen di Universitas Indonesia bernama Rocky Gerung. Dalam sebuah acara diskusi di salah satu stasiun telivisi, Rocky berpendapat bahwa kitab suci adalah fiksi.  Pendapat nya kemudian menjadi viral setelah ada beberapa perorangan dan kelompok yang melaporkan dirinya ke Polisi atas dugaan penistaan agama.

Menarik dari peristiwa ini, ada 2 sudut pandang yang coba dibangun oleh 2 bagian masyarakat Indonesia yang masing sebelum nya memang sudah berbeda pendapat. 

Masyarakat bagian ke-1 saya beri nama sebagai kelompok pro konservatif atau saya singkat menjadi koproko. Kelompok ini berisi orang yang pro pemerintah dan orang hipokrit. Apapun kelompok ke-2 saya beri nama sebagai kelompok anti pro konservatif atau saya sigkat menjadi anproko. Kelompok ini diisi orang orang yang peduli dengan Indonesia namun kontra pada pemerintah, makanya mereka berusaha untuk menciptakan perubahan ditahun 2019 nanti.

Setelah perkataan Rocky tersebut viral karena koproko melaporkan Rocky ke Polisi.  Banyak ankropo mengkritik dan menilai koproko sebagai kaum yang hipokrit,dan bodoh.  Ankropo menilai, koproko gagal paham memahami konteks dari pendapatnya Rocky Gerung dan menilai tindakan koproko hanya sekedar penciyraan agar umat muslim kembali percaya pada mereka melalui aksinya tersebut. Padahal bagi Ankropo, Rocky tidak menistakan agama terlebih agama islam. Bahkan Ankropo menganggap pendapatnya Rocky sebagai sesuatu yang tidak salah alias benar.

Bagi saya, penting untuk memahami konteks pembicaraan. Dan sebelum mampu memahami konteks pembicaraan, perlu untuk memahami makna-makna istilah terkhusus istilah-istilah yang penjelasan maknanya sudah disepakati secara umum. Secara umum, "Fiksi" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan. Bila pendapatnya Rocky dinilai dengan basiss pengetahuan seperti ini maka jelas pendapatnya adalah salah. Sehingga wajar bila koproko melaporkan Rocky ke Polisi karena ini. Terlepas ada maksud tertentu atau tidak. 

Patut untuk diperhatikan oleh ankropo. Bahwa musuh dari musuhmu bukan berarti ia bagian dari kawanmu. Rocky memang orang yang rajin mengkritik pemerintah, namun bukan berarti ia bagian darimh yang ingin memperjuangkan sesuatu yang lebih berharga. Janganlah terbuai dengan sudut pandangnya. Ayo pahami konteks dengan sudut pandang dan basis pengetahuan yang benar dan kenali mana musuhmu dan mana kawanmu.

Dan janganlah berpecah belah. Mari kita fokuskan pada apa yang menjadi tujuan kita, yakni terciptanya keadilan dan kesejaahteraan untuk masyarakat umum dengan cara yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun