Mohon tunggu...
Didik Setiawan
Didik Setiawan Mohon Tunggu... -

Alumni Mahasiswa UIN Syarief hidayatullah jakarta Mahasiswa Magister ilmu komunikasi UMJ

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Hacktivis Mahasiswa”

22 Mei 2014   12:44 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Didik Setiawan

Mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah Jakarta

Dengan eksisnya media social baik Facebook, maupun Tweeter membuat sebagian besar mahasiswa yang seharusnya menjadi agent of change di dunia nyata kini berubah menjadi Hacktivis di mana mereka meneriakkan kekesalan-kekesalanya dan perlawananya hanya melalui media social tanpa melihat objek atau sasaran siapa yang di lawan dan siapa penentu kebijakan tersebut.

Mereka lebih berani mengumpulkan kata-kata mutiaranya dalam bentuk status-status di Facebook maupun tweeter Dan bahkan sebenarnya jikalau mereka mau mengembangkan dan menyusun rapih dari seluruh status yang mereka tulis mungkin sudah dapat menghasilkan beberapa tulisan buku. Mahsiswa maupun mantan aktivis tersebut sudah sangat puas dengan puluhan statmen yang di lontarkan setiap hari sehingga rasa muak dengan adanya penindasan-penindasan yang di lakukan oleh para penentu kebijakan sudah hilang begitu saja dengan adanya pelampiasan yang dia utarakan lewat media social tersebut.

Padahal kalau di lihat secara cermat sasaran unek-unek mereka itu tidak aktif di media tersebut dan jikalaupun pemerintah memang aktif di media social tersebut maka segala kritikan kita akan hanya mendapatkan sebuah reaksi yang simple dan tidak ada pertimbangan untuk di lakukan perubahan nyata oleh pemerintah dalam kinerja mereka. Beda cerita dengan sebelum adanya media social tersebut, perlawanan para mahasiswa di utarakan melalui tulisan-tulisan sastranya, perlawananya di utarakan melalui aksi-aksi demonstrasi untuk menyampaikan aspirasinya, perlawananya di utarakan melalui teater-teaternya, puisinya, maupun dakwah-dakwahnya.

Sungguh sangat ironis jikalu para aktivis benar-benar melakukan ejakulasi perlawanan melalui gerakan onani yang sia-sia melalui media social Facebook maupun tweeter tanpa adanya keseimbangan yaitu dengan wujud gerakan perlawanan yang riel atau nyata terhadap pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun