Mohon tunggu...
Mas Didot
Mas Didot Mohon Tunggu... -

Pengelana belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesantunan Berdialog

11 Maret 2011   04:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:53 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mau bicara soal sopan santun kok sepertinya seorang moralis. Mau bicara soal prinsip kok gayanya seperti filosop. Padahal rasanya hanya ingin curhat tentang saling memberi tanggapan dalam forum terbuka. Curhat, maksudnya membuang rasa sebal membaca (apalagi andaikan dengar) pembahasan topic berubah menjadi tudingan kearah pribadi, dan dengan kata yang murah-cabai.

Dengan terjadi dialog yaitu adanya tanggapan yang ditanggapi, bahkan dibalas lagi, itu sudah hal yang baik. Terjadilah komunikasi berkelanjutan. Dialog aslinya adalah komunikasi dengan kata-kata. Kalau kita bicara dialog di kompasiana misalnya itu analog saja. Kumunikasi tertulis disini saya katakan dialog.

Sebenarnya tujuan dialog bisa mewarnai bentuk dialog. Tujuan berbagi pengalaman mestinya berbeda dengan dialog pembahasan dalam rapat kerja. Rapat kerja harus mengarah kepastian segalanya, keterukuran, jumlah, waktu dsbuntuk pedoman kerja. Berbagi pengalaman mestinya kita percayai kebenarannya sejauh itu menjadi pengalaman pembawa pesan itu.

Ada pelbagai bentuk dialog itu menurut isi yang diungkapan. Ada ungkapan pujian, ungkapan sapaan saja, ada ungkapan kritik dan atau perbedaan pendapat. Tentu dapat jadi untuk itu ada tanggapan terima kasih, sanggahan dan atau penjelasan untuk mengarah kependekatan pada persamaan pendapat.

Namun bagaimanapun tujuan dan bentuk dialog, Arah dialog sebaiknya tidak meloncat-loncat atau diubah-ubah sebelum sampai pada titik temu atau kesimpulan. Meskipun kesimpulan tidak ditegaskan tetapi dapat tersirat pada kata-kata akhir, yang dinilai oleh partner dialog untuk tidak perlu ditanggapi lagi. Misalnya kata-kata “betul pendapat anda terima kasih, maaf saya khilaf, saran saya terima” dsb.

Pengalihan arah dialog yang paling mudah terjadi adalah dari pembahasan permasalahan dan atau perbedaan pendapat beralih ke tudingan terhadap pribadi rekan dialog yang berseberangan. Pergeseran dari materi problem kepada cara pendekatan lawan dialog lalu kepada orangnya atau sifat-sifat pribadi orangnya. Yang seperti itu sangat sering terjadi. Dalam teori debat itu disebut “argumentum ad hominem”. Saya suka alih bahasakan: “tembakan kearah orangnya”.

Biasanya hal itu disebabkan oleh beberapa hal/kemungkinan antara lain :

1.yang bersangkutan kehabisan argument untuk meyakinkan “lawan” dialognya.

2.perbedaan sudut pandang yang tidak disadari oleh salah satu atau kedua pihak

3.emosi atau kita sering bilang “keceplosan” kalau tidak sadar lepas kendali.

4.menganggap dirinya paling benar dan harus diterima orang lain.

Tentulah sebaiknya kita sepakat beberapa hal sebagai berikut :

a.Perbedaan pendapat adalah wajar dan sah-sah saja di Kompasiana, dan rasa kesantunan merupakan selera dan perasaan pribadi yang dilatarbelakangi kehidupan masing-masing.

b.Kesan permusuhan yang tersirat pada perbedaan pendapat merupakan hal yang pada umumnya diterima sebagai hal yang tidak nyaman.

c.Admin dan peraturan yang ada mungkin tak akan pernah dapat menutup semua peluang untuk yang mungkin tidak nyaman, demi kebebasan untuk berpendapat dan berbeda pendapat.

Maka sebaiknya kita sepakat pula bahwa :

a.Kesantunan berdialog adalah sopan santun yang menunjukkan nilai martabat dan harkat kemanusiaan kita, maka perlu ditumbuh kembangkan pada setiap pribadi berbudaya.

b.Dalam berproses didalam berkomunikasi sebaiknya kita taat azas :

·menghargai perbedaan dan pribadi martabat kemanusiaan “lawan”-dialog,

·pembahasan materi atau permasalahan bukan dialihkan pada orangnya

c.Saran dari saya perbedaan pendapat jadikan bahan masukan untuk dibahas sendiri dengan kemasan sendiri untuk dipostingkan sendiri sebagai sumbangan kepada pembaca.

d.Apa si susahnya menghargai orang lain, dengan membiarkan orang lain itu bahagia dengan pendapatnya. Sebab pada saatnya orang itu akan menemukan kebenaran yang anda rasa miliki sekarang. Itupun kalau anda pasti benar, sebab saya yakin pada saatnya anda dan pendapat anda pun akan berproses……. Hanya Dia Yang mutlak Maha Benar.

e.Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun