Mohon tunggu...
Deni Indracahya
Deni Indracahya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mantan penjaga toko, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya\r\nUniversitas Indonesia, Motivator Training

Selanjutnya

Tutup

Puisi

#savehumanity , Untuk Palestina

5 Agustus 2014   09:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:23 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14071814951435298083

[caption id="attachment_317871" align="aligncenter" width="300" caption="danish56.blogspot.com"][/caption]

Hai Kawan, Demi langit yang kokoh membahu biru

Demi tanah tempat kaki ini berpijak

Demi matahari yang bersinar untuk kehidupan

Dan demi waktu yang mengalir deras seiring masa hidup kita

Di sini, di langit, di tanah dan terpaan matahari yang sama

Taukah kalian? Ada manusia yang tak lagi menjadi manusia

Ada tangan-tangan yang tak lak lagi digunakan sebagai tangan

Ada hati yang bukan hati keturunan anak adam

Hai kawan, taukah kau apa itu Zionis?

Kolonialisme Israel yang merampas, membunuh, membakar, mencabik-cabik tubuh manusia

Dengan pelurunya, dengan roketnya, dengan gas biologinya

Itu zionis, genosida darat dan udara

Hai kawan, apa kau sudah mendengar kabar hari ini?

Jika kau adalah keledai tuli? Tentunya kau masih bisa menangis

Jika kau kuda yang buta, pastinya kau bisa meringkik mendengar ceritan tangisnya

Tapi kita bukan keledai tuli, bukan pula si kuda buta

Kita terlahir sebagai manusia yang punya hati manusia

Sedang di sana ada mereka yang mengaku manusia

Tetapi tidak memanusiakan manusia

Lalu apakah kita biarkan mereka membunuh teman kita? bagian dari kita?

Lalu apakah kita diam saja melihat  genosida Israel?

63 tahun penjajahan, 63 tahun pembunuhan, pemerkosaan, dan kekerasan lain diberikan

Hai kawan, Zionis belum berakhir

Atau tak ada yang mau mengakhiri?

Aku di sini bersama kalian

Kita beritahu kabar ini, kita galakkan suara, materi dan dara juang pemuda

Bahwa Zionis pelanggaran kemanusiaan telah merusak dunia

Hai kawan, darah sang kecil yang mengalir deras,

air mata ibu kehilangan anak dan anak yang kehilangan Ibu

Tau kah kau, dentuman dan getaran bom berguncang setiap waktu

Palestina, walau langitmu hitam, kicau burung tak terdengar

Tangisan mendera,rintihan sakit itu menderu-deru

Kami di sini untukmu Palestina, meski raga tak di sana, tapi jiwa dan doa kami bersama

Bersama dalam setiap perjuangan yang kau lakukan

Begitu pula kami di sini, dengan daya upaya  tak kan tinggal diam

Demi guratan senyum mu,wahai  Palestina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun